webnovel

Awal

"Anak-anak selamat kalian lulus! Semoga kalian menjadi sarjana yang sukses" ucap dosen yang ada di atas panggung.

"Aminn" ucapku dan mahasiswa lain.

"Selamat ya Callista! Kamu jadi yang terbaik!" Irfan mengucapkan selamat padaku dan kami bersalaman.

"Makasih" Aku agak canggung menerima sanjungan itu.

"Callista!" Tiba-tiba Riska dan Arna memelukku.

"Yaampun, berat!" Aku tersenyum lebar dan membalas pelukan mereka berdua, pelukan terakhir dari sahabatku. Entah lah yang terakhir atau bukan, tapi pastinya kira akan berpencar mencari pekerjaan sendiri-sendiri.

"Callista!" Arvin memanggilku.

"Ada apa?" Aku berjalan menuju dia.

"Nih, ada surat buat lo, selamat ya, lo jadi yang terbaik! Gua ikut seneng, semoga kita bertemu lagi" Arvin memelukku, aku pun membalas pelukannya.

"Makasih ya" Aku bahagia memiliki teman-teman seperti mereka, tapi kali ini adalah yang terakhir, tidak akan ada masa seperti dulu lagi.

***

        Kenalkan namaku Callista Nararya, aku seorang perempuan yang baru lulus dari kuliah atau di sebut sarjana, aku di sebut gadis manis ada juga yang menyebut gadis cantik, aku anak tunggal yang di tuntut mandiri oleh Papah ku, dan aku masih singel, belum pernah pacaran sekalipun.

"Callista, kamu mau daftar kerja dimana?" Mamah bertanya padaku di meja makan.

"Emm...aku mau ke jakarta, aku mau ngelamar kerja di sana aja, aku bakal kerja keras, aku harus dapet pekerjaan di kantor yang bagus!" Callista tersenyum lebar.

"Kamu beneran jadi ke Jakarta? Gak mau di sini aja, mbantuin papah ngelola perusahaannya?!" raut wajah mamah tiba-tiba berubah jadi serius.

"Enggak, Mah. Mamah tenang aja, aku pasti bisa jaga diri kok di sana" Callista meyakinkan Mamah nya agar setuju.

"Iya, Mah. Lagian anak kita udah dewasa, udah umur dua puluh tiga, dia pasti bisa jaga diri, gak baik kalo terus-terusan di jagain kaya gini, nanti jadi gak mandiri. Besok kalo papah udah bener-bener tua, papah pasti suruh Callista gantiin papah ngurus perusahaan papah." Papahnya Callista tiba-tiba turun dari tangga.

"Iya tuh bener kata papah, aku tuh udah dewasa, mah. Mamah percaya deh, mamah percaya, ya" Callista memeluk Mamahnya.

"Papah gak di peluk nih?" Papah Callista mengerutkan dahinya.

"Iya kok, Papah juga di peluk!" Callista langsung memeluk Papah nya dengan erat.

"Anak Papah harus mandiri ya!" Papah Callista tersenyum di pelukan Callista.

      Dua hari kemudian, hari keberangkatan Callista, Callista pergi ke bandara dengan Papah dan Mamah nya.

"Jaga diri kamu baik-baik ya, sayang" Mamah Callista memeluk Callista sebelum kepergiannya.

"Iya, Mamah tenang aja, aku bakal jaga diri aku baik-baik, pokoknya aku gak akan ngecewain Mamah sama Papah, pulang ke Bandung, aku akan jadi anak yang mandiri" Callista memeluk erat Mamah nya.

"Papah percaya sama kamu, Callista!" Papah Callista tersenyum penuh keyakinan.

"Iya, Pah. Makasih ya, Pah" Callista gantian memeluk Papah nya.

"Di sana luas, padat penduduk, banyak orang berbahaya, kamu harus benar-benar bisa jaga diri, Papah sama Mamah akan selalu doain kamu di sini, kamu juga jangan lupa ibadah lima waktu wajib ya" Papah Callista mencium dahi Callista.

"Jangan lupa kabarin Mamah sama Papah kalo udah sampai di sana" Mamah nya Callista tersenyum kepada Callista.

"Iya, Mah" Callista meyakinkan lagi Mamah nya, lalu mencium pipinya.

"Udah ya Mah, Pah. Keburu pesawat nya berangkat, aku berangkat dulu" Callista tersenyum lebar, agar Mamah dan Papah nya tenang saat dia meninggalkan mereka.

"Iya, hati-hati ya sayang!" Mamah dan Papah nya Callista melambaikan tangan ke Callista.

    Callista  membalas lambaian mereka dan pergi menuju pesawat.

***

    Sudah beberapa jam Callista melakukan perjalanan menuju Jakarta, akhirnya sampai dengan selamat.

"Aku akan menelfon Karina kalo aku sudah sampai di sini, supaya dia menjemput ku" Callista mau menelfon temannya yang bernama Karina, namun Karina sudah menelfon nya lebih dulu.

"Anak ini ternyata sangat peka ya" Callista lalu mengangkat telfon nya.

"Halo! Kau jadi menjemput ku kan?" Callista mengomel pada Karina.

"Iya, jadi kok, ini perjalanan ke sana, kamu tunggu aku di depan pintu masuk bandara ya!" Karina kini sedang menyetir mobilnya.

"Baiklah, cepat ya!" Callista mengulangi ucapan Karina, memastikan dia benar-benar akan cepat sampai ke situ.

"Iya tenang aja, udah ya, aku lagi nyetir, aku gak sabar ketemu kamu, muah!" Karina mencium layar hape nya, lalu mengakhiri telfon nya.

"Dasar temen setres" Callista terus mengoceh sendirian.

     Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berwarna merah datang di depan Callista.

"Hai!" Tiba-tiba jendela kaca mobil itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berambut keriting dan panjang, juga berwarna coklat, dengan senyum lebarnya yang menambah kesan cantik di wajahnya, dia sedang melepas kacamata hitam nya.

"What? Karina?" Callista mengerutkan kening, sejak kapan teman SMA nya ini menjadi seperti ini, berubah seratus delapan puluh derajat.

"Iya! Gua Karina! Temen lo waktu SMA! Yaampun lo cantik banget sih, gua kangen banget sama lo, ra!" Karina keluar dari mobil dan memeluk Callista sambil memanggil nama Callista dengan nama Nara.

"Shit! Kau masih menggunakan nama Nara saat memanggilku, kau bisa merusak namaku!" Callista memutar bola mata malas.

"Hey! Namamu Callista itu terlalu panjang, ah bukan panjang. Apa ya, pokoknya nama itu gak bisa buat di panggil panggilan pendek, contoh seperti ku Karina! Bisa di panggil 'Rin' bagitu!" Karina memang perempuan cerewet, tapi jika dia ngambek, dia akan diam seribu bahasa, jangankan pertanyaan mu, kau memanggilnya saja, dia akan mengacuhkan mu dan menjauhi mu.

"Sudahlah, aku malas berdebat, bisakah kau membawaku ke apartemen sekarang?" Callista melepaskan pelukan Karina.

"Baiklah ayo masuk ke mobilku!" Karina membukakan pintu mobil untuk Callista dan memasukkan koper Callista dan barangnya yang lain ke bagasi mobil.

"Sudah siap?" Karina memastikan Callista sudah siap.

"Sudah"

"Go!" Karina menancap gas agak kencang.

"Ngomong-ngomong butuh beberapa menit kita untuk sampai apartemen?" Callista membuka pembicaraan.

"Kalo lo jalannya ke apartemen sama gua, dari bandara ke apartemen sih cuma dua puluh lima menit" Karina masih fokus menyetir.

"Ohh, aku tidak sabar sampai apartemen"

"Tentu saja! Kau akan sampai apartemen itu denganku, aku memesan satu ruangan untuk kita berdua. Tapi di dalam ruangan itu sangat lah luas, ada dua kamar, balkon, kamar mandi, tempat belajar atau Bekerja, tempat tidur yang nyaman, pokoknya banyak lah, kau nanti akan melihatnya sendiri." Karina Terus mengoceh, untung saja Callista sudah terbiasa.

***

        Sampai di depan apartemen, Karina membawakan barang-barang Callista.

"Kopernya biar aku yang bawa" Callista merebut koper itu dari tangan Karina.

"Oke, ayo kita naik lift , ruangan kita ada di lantai tiga" Karina dan Callista berjalan menuju lift.

"Nah, ini kamar kita!" Karina tersenyum lebar.

"Gimana? Bagus gak?" Karina bertanya pada Callista.

"Bagus banget kok" Callista tersenyum lebar.

"Mari aku kasih tau kamar kamu!" Karina membawa barang-barang Callista ke suatu ruangan.

"Inj ruanganmu, lihat! Bagus sekali bukan?! Dinding kaca dan kasur empuk, lemari baju, kursi empuk yang bisa berputar-putar membuat waktu bersantaimu menenangkan! Ah, lihat saja sendiri, aku saja kagum, apalagi kamu!" Karina menaruh barang-barang Callista di dekat kasur.

"Makasih ya. Aku akan membereskan barangku, lalu mandi, badanku sudah lengket semua"

"Baiklah, selamat menikmati kamar baru mu!" Karina meninggalkan Callista di kamarnya.

"Baiklah, sekarang aku akan merapikan bajuku dulu, lalu akan ku tata semua makeup dan parfum di meja rias, lalu menata buku ku di meja belajar itu, astaga banyak sekali!" Callista merengek.

    Setelah satu jam Callista merapikan kamarnya dan barangnya, akhir ya selesai juga.

"Sebentar, aku belum telfon Mamah sama Papah!" Callista langsung mengambil hape nya dan menelfon Mamahnya.

"Halo, Mah!" Callista tersenyum lebar.

"Iya, halo sayang. Kamu udah sampai jakarta?" Mamah nya Callista terdengar sangat senang.

"Iya, udah kok. Aku di sini nyaman kok, aku yakin bisa jaga diri"

"Bagus kalo gitu, kamu udah mandi?"

"Belum, ini baru selesai beres-beres, terus ngabarin Mamah"

"Yaudah, mandi dulu sana"

"Yaudah assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Telfonnya pun terputus.

    Callista pun keluar dari kamarnya dan menuju kamar mandi.

"Callista, kau sudah selesai beres-beres?" Karina yang sedang duduk di sofa sambil lihat tv pun bertanya pada Callista.

"Sudah, sangat melelahkan, gak segampang yang ku kira ternyata" Callista

"Kau mau mandi?" Karina menaikkan kedua alisnya.

"Iya, badanku sudah penuh keringat, aku juga mau menata alat mandi ku" Callista menghela nafas.

"Yaudah sana" Karina menertawakan wajah Callista yang kusut seperti pakaian yang belum di Seterika.

     Saat Callista memasuki kamar mandi, dia melihat ada shower, almari kecil untuk menaruh alat mandi, dan kaca.

"Ruangan ini sangat nyaman, luas, fasilitasnya bagus" Callista lalu menggantungkan handuknya dan bersiap mandi.

Next chapter