Seina terperajat kaget melihat cowok itu, cowok yang pernah ia tabrak sewaktu di bioskop. Dunia memang sempit. Sampai-sampai ia bertemu dengan cowok yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Vino berdiri tegak dan melihat semua siswa, ia ditunjuk duduk disamping Lala, yang bangkunya masih kosong, namun Vino dengan berani menolak dan menginginkan duduk disamping Seina.
"Saya mau duduk disitu aja bu" ucapnya.
Bu Yani meliriknya tajam dan wengerutkan alisnya.
Tentu saja bu Yani terkejut, karena tak ada bangku kosong selain di samping kursi Lala.
Vino kembali berucap, "Samping Seina saja."
Seketika semua wanita yang kagum dengan ketampanan Vino melihat sinis kearah Seina.
Ada juga yang mencetus sirik, "Kenapa sih serba Seina!" seru salah seorang siswa cewek yang berada di paling depan.
Suasana kelas menjadi ramai, sedangkan Seina hanya terdiam tak menyangka apa yang dikatakan cowok yamg ia rasa baru dikenalnya.
"Tapi sudah ada Elina" pekik bu Yani.
Namun Vino layaknya tak mengerti juga apa yang dikatakan bu Yani, ia tetap ingin duduk di samping Seina. Sebelum diturutinya, ia tak mau bergerak atau bergeser sedikitpun. Bu Yani menghela nafas.
Bu Yani menunjuk Elina, "Elina.... Pindah dulu ya sementara disamping Lala."
Bu Yani tak menanyakan tentang kedekatan Vino dengan Seina. Bu Yani hanya tak ingin menjadi gaduh di kelasnya, Elina berdiri dan menuruti apa kata bu Yani.
Tak sedikitpun Elina melirik Seina, Elina seperti tak memperdulikan Seina.
Dengan sikapnya dan sikap Elan yang berbeda, membuat Seina sakit hati, Seina berlonjak menerima Vino yang duduk disampingnya.
"Hei Sey" ucap Vino duduk disamping Seina. Cowok itu tersenyum dan menunjukkan lesung pipinya.
Vino mengulurkan tangannya berharap Seina menjabat tangan Vino.
Seina tak menerima uluran tangan Vino, "Kamu kenal aku?" ucap Seina dengan jutek.
Vino menggeleng, "Baru kenal."
"Hah?" Seina terkejut dan mengangkap Vino berbohong.
"Waktu di bioskop kamu memanggil namaku, kamu seolah kenaal aku" ucap Seina menjelaskan.
Tentu saja sangat ganjil jika Vino beralasan tak mengenalnya, sedangkan Vino sewaktu di bioskop jelas-jelas memanggil nama Seina.
"Tadi kamu juga nyebut nama aku" kembali Seina bertanya dengan nada kesal.
"Oh.... Kamu ingat?" pekiknya.
Seina masih memandangnya jutek, akhirnya Vino mengerti dengan sikap Seina yang merasa risih dan ingin penjelasan darinya.
"Iya deh iya, jangan marah-marah dulu. Aku tahu tentang kamu dari Ardi."
"Ardi? Sipa itu?"
"Ardi cowok yang dulu suka sama kamu."
Seina masih mengingat-ingat. Dan tetap saja ia masih kebingungan. Karena baginya yang disukainya tetaplah Elan sehingga ia mana sempat melirik cowok lain.
"Ko Ardi bisa tau tentang aku dan dia kenapa kasih tau ke kamu? kan kamu juga sebelumnya gak kenal atau gak pernah liat aku?"
"Ini" Vino memperlihatkan foto Seina yang ada di dalam ponselnya.
"Kenapa bis.... "
Belum Seina melanjutkam kalimatnya, Vino langsung menjawab dengan tegas.
"Ardi sahabat aku."
"Bukan, maksudnya aku belum pernah liat Ardi" pekik Seina.
"Ardi sudah meninggal" ucapnya.
Dari cerita yang Seina dengar dari Vino, sebelum Ardi meninggal, dia menceritakan tentang Seina yang ardi foto secara diam-diam. Ardi yang merupakan sahabat sejatinya membuat Vino penasaran dan ingin mendekati Seina.
Sangat kebetulan saat ia dan Seina bertemu dalam biskop, Vino berharap bisa bertemu dengan Seina lagi.
Ardi satu sekolah dengan Seina, dan secara kebetulan selain kerjaan orangtuanya Vino yang pindah dan bertepatan tepatnya di daerah sekitar dekat sekolah Seina, Vino memilih sekolah yang dulu Ardi ceritakan awal bertemu dengan Seina di sekolahnya. Disitulah Vino memilih sekolah yang sama dengan Seina, sekolah yang sama dengan Ardi dulu.
**
Bu Yani menjelaskan pelajarannya, Vino tetap ingin bercerita banyak dengan Seina. Elina terus memperhatikan Seina seolah sudah akrab dengan anak baru itu.
Bel istirahat berbunyi, Elan menghampiri kelas Seina untuk mencari Elina. Tak biasanya Elan menghampiri kelas Seina duluan. Jika biasanya Seina yang mengahampiri kelas Elan, namun Seina sudah merasa sakit hati cintanya tak terbalaskan sedikitpun sehingga ia memilih bungkam.
Elan melirik dan melihat Elina yang masih membereskan peralatan sekolah, Elan masuk dalam kelas Elina. Ia melihat Seina berbincang dengan cowok yang sebelumnya tak pernah dikenalnya.
"Siapa?" ucap Elan pada Seina.
Elina yang masih memasukkan peralatan sekolah meilhat Elan dan berjalan menuju Elan.
"Siswa baru" pekik Elina yang sudah berada dibelakang Elan.
"Aku Vino" Vino mengulurkan tangannya, namun Elan tak menyambut tangan Vino.
Vino kemudian menyembunyikan tangannya, tahu lelaki itu tak mau menyambutnya.
"Sey, ke kantin yuk" ucap Vino sengaja mengajak Seina.
Seina mengangguk dan tersenyum pada Vino.
Wajah Elan terlihat memerah dan penasaran ada hubungan apa Seina dengan cowok itu, cowok yang dikenalnya dalam sekejap dan cowok yang dilihatnya sesaat sudah bisa menggerakkan hati Seina yang tak mudah terpengaruh dengan lelaki siapapun.
Elan mengajak Elina ke kantin mengikuti mereka, Elina terlihat sedikit cemberut. Namun Elan tak menghiraukan perasaan Elina.
**
Dari jauh Elan menatap Seina dengan hati gundah, ia terus memperhatikan Seina yang terus memberikan senyumannya untuk Vino.
"Kamu kenapa sih Lan?" pekik Elina memandang Elan yang tak konsen terhadap dirinya.
"Hah?" Elan kaget dengan apa yang diucapkan Elina.
"Kamu mandengin Seina terus menerus" pekik Elina dengan kesalnya.
"Biasa aja" ucap Elan tak melirik Elina sedikitpun.
Tak sampai disitu saja, Elina sungguh kesal melihat Elan yang sudah tak memperhatikannya.
"Kamu menyukai Seina?" Elina mentap Elan dengan wajah juteknya.
Elan yang sedari tadi memperhatikan Seina menjadi salah tingkah dihadapan Elina.
Elina kesal. Elan seolah tak menghargainya lagi, Elina pergi meninggalkan Elan sendirian. Tetapi Elan tetap tak mengejar Elina seperti sebelumnya, Elan memandangi gerak-gerik Seina dengan cowok itu.
**
"Udah sejauh mana kamu dengan Elan?"
Seina yang kala itu sedang meminum jus melon tersedak.
"Uhuk..... Uhuk..... "
Vino gercap mengambil air putih untuk Seina.
"Ini Sey minum air putih dulu biar menetralkan."
Seina mengambil air mineral yang diberikan oleh Vino, ia meneguknya perlahan.
"Kamu begitu tahu tentang aku ya?" pekik Seina dengan herannya.
"Tentu saja" ucapnya.
Seina tak memyangka masih ada pengagum rahasia, seberapa cantiknya dirinya tentulah tak sebanding dengan cewek-cewek di sekolahnya, bahkan ia terlihat begitu biasa dan sederhana dari teman lainnya.
menurut Seina, Elina tak kalah cantik darinya.
"Kamu gak tertarik dengan cewek lain? Kan banyak yang lebih cantik dari aku, maksudnya kamu gak tertarik gitu sama yang lain?"
"Maksud kamu tertarik dengan Elina?" ucap Vino.
Seina tertegun dan tak menyangka Vino seperti mendengar isi hatinya. Bahkan Vino lebih tau tentang segala sesuatunya dibandingkan dengan Elan.
"Kamu.... Jika dilihat-lihat ternyata unik" ucapnya.
Seina tak menganggapnya serius karena Vino berbicara dengan santai dan bercanda.
"Kalau bukan karena Ardi juga kamu gak bakalan sekplah disini dan gak kenal aku" pekik Seina.
"Iya aku harus berterimakasih sama Ardi" ucapnya singkat.
**Bersambung....
Terimakasih sudah baca novel ini, klik coll dan beri tanggapan review untuk meramaikan cerita ini.