Lagi-lagi hujan mengguyur langit Jakarta. Mengakibatkan jalan dipenuhi dengan genangan air keruh. Lubang-lubang jadi tak nampak, rawanlah kecelakaan di jalan, apalagi bagi pemotor.
Tak jarang mereka nyungsep gara-gara ban menginjak jalan bolong terhalang genangan air itu. Bahkan ada yang sampai cedera serius.
Ketrin sudah sampai di rumah megah milik keluarganya. Dan masih diomeli sampai kini. Padahal luka di wajah sakitnya masih berdenyut bakal, mengapa ayahnya tetap saja bertindak jahat begini?
Tak habis pikir.
"Awas saja kalau hal ini terulang kembali! Dasar anak tak tahu diuntung!" berangnya sambil melemparkan bantal kursi ke arahnya.
Ketrin tampak bukan seperti dirinya yang biasa, yang pemarah dan suka main tangan. Dia layaknya anak kuncing terlantar di tengah hujan, dan ketika ada orang yang menghampirinya, dia ketakutan gemetaran.
Tak ada bantahan, tak ada meski hanya sepatah kata.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com