webnovel

Dipaksa Menikahi Lelaki Buta

21+ dilarang keras bagi yang di bawah umur. Oke! Karena kerja sama antar bisnis dan perjanjian panjang lebar. Citra dijodohkan dengan anak teman papanya. Lelaki itu memang sangat rupawan. Namun, sangat dingin dan wajahnya sungguh datar. Bahkan dia juga telah kehilangan penglihatannya, membuat Citra geleng-geleng kepala dibuatnya. Awalnya Citra menolak perjodohan itu. Namun, papanya yang sungguh tak bisa dibantah dan wajahnya sudah berubah garang, akhirnya Citra memilih mengalah, mengiyakannya. "Jadi ... kamu mau menikahinya? Benarkah?" tanya Cirul, papa dari Citra ketika melihat kepala anaknya itu mengangguk. Cirul tersenyum dan langsung memeluk anaknya. Sementara di rumah mewah lainnya, lelaki tampan dengan membawa tongkatnya itu berdiri tegak ketika berhadapan dengan papanya. Sontak terkaget karena mendengar ucapan papanya itu. "Apa, Pa! Aku harus menikahi Citra? Si—siapa dia!"

Uvieyy · Urban
Not enough ratings
23 Chs

Kualitas Super

"Oh iya, maafkan supir ku yang teledor ini."

Ucapan Chandra selalu membuat Citra kesal. Karena selalu singkat, padat dan jelas. Meskipun jelas, tapi bagi Citra itu membosankan karena datar seperti dinding luar yang kehujanan juga kepanasan akibat tak teduh. Makanya Citra mengibaratkan berbicara dan akan menikah dengan dinding atau kulkas 2 pintu itu.

Sekarang Chandra sudah merogoh kantongnya. Mengeluarkan Beberapa lembaran dari sakunya dan menyodorkan uang itu kepada Citra. Dia tidak berbicara apa-apa, tapi langsung seperti itu. Makanya Citra langsung menginjak kakinya karena dia semakin kesal. Membuat Chandra mendesis karena kesakitan. Lalu keduanya menghentikan adegan ramai itu ketika seorang lelaki paruh baya tiba-tiba mendekat.

"Ehhh ada apa, Nak? Kenapa kamu kesetanan seperti ini? Tumben. Apa dia menyakitimu? Iya memang Papa juga kesal karena mobilnya berhenti mendadak, tapi Papa keluar hanya ingin menasehatinya. Tapi ya sudah terwakilkan olehmu. Tadinya Papa keluar hanya penasaran dan khawatir saja dengan kamu yang langsung menghampirinya," sela Cirul yang sudah mendekat ke arah anaknya.

Mencoba menenangkan putrinya, karena Cirul tidak mau kalau Citra membuat kegaduhan di tempat umum seperti ini. Malu dong dia sebagai pengusaha sukses, tapi anaknya seperti perempuan tak bermoral dan tak anggun sama sekali. Cirul pun menatapi anaknya, lalu menatapi Chandra dengan mengernyitkan dahinya ketika melihat kaca mata hitamnya yang menyilaukan itu. Bahkan tongkatnya juga terlihat bersih mengkilat dan pastinya harganya tentu sangatlah mahal. Cirul sudah bisa menebak kalau lelaki itu buta. Tapi belum menerka kalau dia adalah Chandra.

"Memang siapa dia?" tambah Cirul yang akhirnya penasaran ketika sudah puas menatapi lelaki yang ada di depannya itu. Menunjuknya dengan jari telunjuk.

"Papa tidak mengenal dia? Dia adalah menantu kesayangan Papa itu. Dia si Chandra. Menantu yang kualitas super. Limited edition. Huh pokoknya benar-benar tidak jelas juga, Papa ini. Masak menantu originalnya bukan KW tak dikenalinya, menyebalkan dong, bagaimana. Papa ini!" protes Citra dengan mengejek papanya. Memang Citra seperti itu mencoba menyadarkan papanya terus dan terus kalau dia benar-benar tak menyukai Chandra ini.

Namun, malahan Cirul tersenyum bangga ketika melihat calon menantunya yang tiba-tiba berada di hadapannya saat ini. "Kamu? Chandra? Benarkah? Haha senang bertemu denganmu, Nak."

Cirul yang sungguh sangat senang. Bertemu dengan menantunya, dia pun langsung meraih tangan Cirul dan menggenggam tangannya erat. Menaikturunkan tangannya itu seolah-olah menjabatnya. Padahal dia seperti itu adalah ungkapan rasa senang dan sok akrabnya. Dengan begitu tak akan menciptakan kecanggungan.

Sedangkan Chandra, dia hanya tersenyum penuh keraguan. Merasa tak suka dengan sikap sok akrabnya lelaki paruh baya yang ada dihadapannya sekarang. Tapi dia anak yang sopan santun, jadi bisa menahan rasa itu. Walaupun tak nyaman, tapi tetap dia tersenyum. Meskipun senyumannya penuh kemunafikan.

Citra yang melihat gelagat tak enak dengan raut muka Chandra, dia pun meraih tangan papanya dan menariknya cepat. Membuat tangan papanya akhirnya terlepas dari Chandra. Cirul menoleh ke arah Citra dan melototinya. Citra pun spontan menunduk dan tak melihati papanya lagi. Takut juga kalau Cirul sudah garang seperti itu.

"Hehe maafkan anak, Papa yang agak galak ini. Tapi sebetulnya dia sangat baik kok, mungkin karena kalian belum saling mengenal lebih dalam saja, Nak. Pastinya nanti kalian akan terbiasa." Cirul sekarang beralih menepuk pundak Chandra dengan senyuman penuh kemenangan. Beliau terus mencoba mengakrabkan diri kepada Chandra. Terus dan terus.

Chandra yang tak enak sedari tadi diam dan menurutnya tidak sopan. Dia pun merespon Cirul dengan berdehem terlebih dahulu. "Hmmm maafkan saya, Om. Tidak bermaksud menghentikan mobil, Om. Entah kenapa supir saya berhenti mendadak, saya tidak tau karena saya buta. Sekali lagi maaf dan saya mau permisi karena banyak kesibukan yang harus diurus."

Kepamitan Chandra yang tiba-tiba itu. Langsung menjadikan Citra menaikkan kepalanya. Ia yang sedari tadi tak memandangi Chandra pun menatapinya dengan muka masam. Karena Chandra selalu sangat sok sekali meskipun terhadap papanya. Padahal dia mencoba mengerti kalau Chandra sok kepada dirinya tak apa. Tapi ini kepada papanya. Makanya Citra ingin rasanya menguliti dia. Kakinya sudah bersiap untuk menginjak kaki Chandra lagi. Namun, Cirul yang tau maksud putri si mata wayangnya itu langsung mencekal tangannya dan menggeleng cepat. Jadinya diurungkan sudah niat Citra itu.

"Baiklah, Nak Chandraaaa. Hati-hati yaaaa. Maafkan, Papa, yang tadinya tak mengenalimu. Salam ya buat Cito. Oke!" teriak Cirul ketika melihat Chandra sudah berjalan masuk ke dalam mobilnya lagi. Dia hanya mengangguk dan pergi begitu saja. Tanpa menoleh lagi ke arah Citra dan papanya.

Dengan secepat kilat, Citra melepaskan cekalan papanya itu dengan kesal dan meninggalkan papanya yang masih berdiri mematung melihati Chandra. Citra tak perduli dengan papanya, mau masuk ke dalam mobil atau tidak, yang jelas dia sudah muak atas sikap Chandra maupun papanya. Jadinya dia langsung masuk saja ke dalam mobilnya.

Dan ketika papanya lama. Tak masuk juga ke dalam mobilnya. Citra pun mengklakson papanya dengan sangat keras. Akibat dari itu, Cirul pun terjingkat seraya mengelus dadanya dengan cepat. Ia pun sesekali mengumpat karena spontan itu.

"Citraaaaaa. Kamu iniiii. Haaaaisss. Anak Papa ini benar-benar nakal yaaaa. Haaaaaa."

Tanpa menunggu lama lagi dan sudah tak menatapi mobil Chandra yang sudah semakin menjauh. Cirul pun sekarang berjalan ke arah pintu mobilnya dan seketika masuk ke dalamnya.

Beliau menatapi Citra dengan geleng-geleng kepala. Merasa heran dengan anaknya yang bagaikan preman itu. Bisa-bisanya Citra seperti itu, biasanya dia selalu bersikap anggun. Entah kenapa sekarang berulah seperti ini. Maka dari itu Cirul langsung memprotesnya sekarang.

"Kamu kenapa sih, Nak? Biasanya kamu tidak seperti ini? Kenapa kamu jadi brutal seperti ini? Apa kamu sekarang benar-benar memperlihatkan sisi burukmu? Apa memang kamu sudah punya sifat ini? Hanya saja Papa baru melihatnya sekarang?"

"Sudahlah, Pa, jangan terus bertanya tentang yang tak semestinya. Intinya deal Citra sudah menerima perjodohan ini, jadi mau gimanapun Citra Papa harus menerimanya, yang penting Citra menerimanya kan? Mau Citra sama dia gak akur juga gak apa-apa kan? Orang dia yang memulai, pokoknya Citra menerimanya, sudah itu saja titik," respon Citra dengan sedemikian rupa. Sudah penjelasan dengan sangat detail itu. Dengan sangat mengototnya. Bahkan dia tak mau dengar lagi protesan dari papanya. Dan sekarang Citra langsung memejamkan matanya saja. Melengos, tak mau dengar apa yang diucapkan papanya lagi.

"Tapi, Naaaak, kamu harusnya bersikap baik kepadanya, meskipun dia belum baik, siramilah dia dengan cinta, pastinya dia nanti akan baik sendiri, dia ..." Cirul awalnya tak mengerti kalau Citra sudah terpejam dan tertidur pulas, jadi berucap hal panjang lebar, tapi ternyata setelah dia menoleh dia pun tersenyum titpis dan membatin sembari menatapi putrinya itu.

'Ya sudah deh, terserah saja! Yang penting kamu mau menerima perjodohan ini, Nak. Maafkan Papa yang terlalu memaksa, kamu jangan khawatir, pokoknya Chandra akan bertekuk lutut padamu dan akan bisa melihat kembali. Papa janji.'