webnovel

Dipaksa Menikahi Lelaki Buta

21+ dilarang keras bagi yang di bawah umur. Oke! Karena kerja sama antar bisnis dan perjanjian panjang lebar. Citra dijodohkan dengan anak teman papanya. Lelaki itu memang sangat rupawan. Namun, sangat dingin dan wajahnya sungguh datar. Bahkan dia juga telah kehilangan penglihatannya, membuat Citra geleng-geleng kepala dibuatnya. Awalnya Citra menolak perjodohan itu. Namun, papanya yang sungguh tak bisa dibantah dan wajahnya sudah berubah garang, akhirnya Citra memilih mengalah, mengiyakannya. "Jadi ... kamu mau menikahinya? Benarkah?" tanya Cirul, papa dari Citra ketika melihat kepala anaknya itu mengangguk. Cirul tersenyum dan langsung memeluk anaknya. Sementara di rumah mewah lainnya, lelaki tampan dengan membawa tongkatnya itu berdiri tegak ketika berhadapan dengan papanya. Sontak terkaget karena mendengar ucapan papanya itu. "Apa, Pa! Aku harus menikahi Citra? Si—siapa dia!"

Uvieyy · Urban
Not enough ratings
23 Chs

Di Mall

Di mall

Satu jam lamanya akhirnya mereka bertiga sampai di sebuah mall. Mall yang sangat mewah dan elegant. Mall yang sepertinya sangat jarang dikunjungi oleh orang-orang miskin. Bukan karena tidak boleh dikunjungi. Memang tidak ada larangan khusus seperti itu, tapi orang-orang yang uangnya tipis sangat takut untuk datang ke mall ini, karena kualitasnya super semua dan apa-apa di sini sangat mahal karena barangnya sudah pasti branded dan keluaran dari luar negeri, kalau mau beli apapun orang-orang miskin pastinya tidak akan sanggup. Malah akan datang dan membuat mereka gigit jari saja. Juga akan membuat mereka malu. Pokoknya mall ini disebut mall gila oleh orang-orang yang uangnya tipis. Sesuai dengan merk-nya yang namanya adalah crazy mall.

"Wow, kenapa ramai sekali ya?" tanya Cinta setelah usai memarkirkan mobilnya dan kini sudah turun bersama-sama, melihat mobil yang begitu banyak itu makanya dia berbicara seperti itu. Sudah pasti kalau seperti itu namanya ramai, karena biasanya kalau sepi mobil-mobil hanya berjumlah sedikit saja.

"Mungkin banyak yang ingin berbelanja hari ini, lagian sekarang kan weekend, kamu lupa ya ... dasar pikun," tanggap Citra yang sekarang dirinya sembari mengeluarkan kaca matanya dari tas jinjing yang dipakainya, memakai dan membenarkan kaca mata style-nya berwarna hitam pekat dan besar berbentuk bulat, jadinya Citra terlihat glamour dan sangat keren. Kecantikannya semakin bertambah kalau sudah seperti ini.

"Wah Kakak cantik sekali pokoknya, tau gitu tadi aku bawa kaca mataku, aku tidak bawa tau? Makanya tidak bisa memakai apa-apa sekarang," protes Cinta ketika melihat Citra sungguh gaya sekarang.

"Cih, kamu kan emang orang pikun, semua sering kamu lupakan. Untung kamu tidak melupakan memakai bajumu, gitu sudah pasti keren dan seru ya kalau kamu melupakan itu. Haha," ejek Citra yang dibalas oleh pukulan tepat di bahunya dari Cinta. Cinta hanya mencebikkan bibirnya karena diejek seperti itu dan sekali-kali tersenyum ketika tiba-tiba secara tak disengaja menatapi mama Cassandra dan bertukar pandang sebentar.

Mama Cassandra yang tidak mau ketinggalan pun ia juga ikut memakai kaca mata yang sama seperti Citra, jadinya anak dan mama ini sekarang sungguh keren. Niat mama Cassandra mencoba memancing Citra dan ingin mendapatkan perhatian ataupun hujataan juga tidak apa-apa, yang penting agar Citra tidak mendiaminya atau mengajak mengobrol dirinya tapi ternyata Citra sangat dingin dan cuek kepadanya, hanya melirik ke arah mamanya itu tapi tidak bertanya apapun.

"Bagaimana, Nak? Keren tidak, Mama? Kalau kamu pastinya sudah sangat keren. Anak Mama gitu lho ... pastinya sangat cantik sejak lahir." Membanggakan anaknya berniat agar Citra tergelitik hatinya dan bermanja-manja dengan mamanya seperti dulu, tapi pancingan mama Cassandra ternyata tiada hasil apapun jadinya sekarang beliau hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Yang ada Citra lah yang menanggapinya.

"Cantik sekali, Tante. Pokoknya sama persis lah dengan Kakak Citra. Yang pasti sama lah orang mama dan anak haha, aku gimana sih ... tidak jelas sama sekali," puji Cinta dan membuat Citra tertawa karena ucapan terakhirnya itu.

Mama Cassandra juga ikut tersenyum. Bagi beliau ya sudah kalau Citra sekarang maunya seperti itu, beliau tidak bisa memaksakan kehendak sekarang juga, harusnya beliau berjuang lebih keras lagi dan lagi agar Citra tergerak hatinya dan dekat lagi padanya.

"Terimakasih, Cinta, kamu juga sangat cantik. Pokoknya keluarga kita cantik semua dong pastinya," balas mama Cassandra seraya mengedipkan matanya tapi tak terlihat oleh Cinta karena kaca matanya yang menutupi kedipan matanya itu. Cinta hanya mengangguk dan memberikan jari jempolnya kepada beliau.

Mereka bertiga lalu berjalan masuk ke dalam mall crazy itu. Berniat jalan-jalan terlebih dahulu, jadinya sudah pasti berkeliling sampai puas, kalau sudah puas dan lumayan capek barulah mencari-cari sesuatu barangkali ada yang diinginkan dan dibelanjakan, begitulah biasanya Cinta yang memang sudah terbiasa berbelanja. Pokoknya Citra mengajak Cinta ke mall hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Cinta saja, karena memang dia sangat bosan dengan keadaan dan kondisinya apabila di rumah terus juga. Walau memang biasanya Citra memang sangat jarang ke mall karena rasa malas untuk berkeliling, dia lebih suka simple, belajar dan belajar, paling-paling shopping-nya suka yang simple yaitu di online karena praktik, makanya Citra dan Cinta adalah perpaduan yang sungguh sangat berbeda keinginannya. Tapi sekarang bagi Citra tidak apa sesekali seperti ini, untuk menghibur dirinya dari kegundahan hati.

"Kamu mau belanja apa, Kak Cit? Tante?" tanya Cinta yang memang sungguh ingin tahu keinginan sepupu dan tantenya itu. Pokoknya selalu Citra yang mencairkan suasananya supaya tidak terus-menerus hening saja.

"Tidak ada!" serempak Citra dan mama Cassandra membalas karena ketidaksengajaan. Kalau mama Cassandra sudah pasti senang dan tersenyum sekarang. Kalau Citra tetap dengan pendiriannya yaitu diam dan diam. Meski sangat ingin dirinya tersenyum tapi ditahannya.

'Maaf, Ma. Citra sudah tidak akan kembali seperti dulu, karena Citra yang sekarang sudah mati karena sikap kalian yang semena-mena kepada Citra. Padahal Citra sudah besar tapi kehidupan sangat diatur oleh kalian, rasanya ingin menjerit karena tidak ada pilihan hidup buat Citra. Citra bagaikan boneka rasanya, hidup tapi seperti mati, hanya patuh kepada kalian saja.' Batin Citra karena kesedihan hatinya.

Cinta pun menggeleng karena ibu dan anak sungguh kompak sekali. Makanya Cinta menyoraki mereka sekarang. "Ciyeee kalian kompak sekali sih, heran aku tuh haha. Emang janjian yaaa. Ada-ada saja, top pokoknya, tapi kalian harus belanja dong masak hanya aku saja. Aku kan tidak mau belanja sendirian," celoteh Cinta dan dia ingin terus menerocos, tapi tiba-tiba Citra berteriak karena ditabrak oleh seorang pemuda yang berkacamata hitam yang melewatinya.

"Aduuuh. Kalau jalan pakai mata dong jangan melamun saja!" maki Citra yang benar-benar kesal karena dirinya sampai jatuh terduduk. Sembari memegangi kakinya yang sedikit terkilir itu.

Sementara pemuda yang berkacamata dan menabraknya hanya diam dan tak bicara apapun, seperti bisu saja. Pemuda itu pun tidak tahu diri dan akan pergi begitu saja, beruntung Citra mencekal kakinya dengan erat dan memukulnya, jadinya dia tidak bisa beranjak ke mana-mana lagi.

"Lepaskan!" Hanya kata itu yang terucap di bibir pemuda itu, tanpa kata maaf atau penyesalan atas menabrak Citra.

Citra pun semakin kesal dengan menggerutukkan giginya, dia ingin tau sebenarnya siapa pemuda itu sampai segitunya, sombong, angkuh, dingin dan tak berperasaan. Pokoknya Citra ingin tau rupanya seperti apa karena ternyata menatapi Citra saja enggan, seperti sok kecakepan sekali. Makanya Citra sungguh penasaran.

"Kak, kamu tidak apa-apa? Sini Cinta bantu!" ucap Cinta sembari mengulurkan tangannya, tapi tidak diterima oleh Citra karena yang diinginkannya adalah bangkit sendiri dan terus mencekali kaki pemuda itu, kalau misal Cinta yang membantunya pastinya pemuda itu akan kabur begitu saja.

"Apa?! Ka—kamu?!"