webnovel

Bab 34

Percy tengah berdiri di balkon kamar hotelnya seraya meneguk sebotol Chateau Lafite Rothschild Vintage Red Wine. Jenis red wine yang paling populer dan berasal dari area Bordeaux di Prancis Barat. Red wine ini sangat sophisticated dan full bodied dengan struktur yang kompleks.

Ia menatap kerlap kerlip lampu di hadapannya yang begitu indah.

Arizona adalah sebuah negara bagiab barat daya Amerika Serikat. Disini terkenal dengan gurun pasirnya. Sehingga saat musim panas, cuaca terasa begitu panas. Tetapi saat musim dingin tak terlalu dingin. Negara ini merupakan negara perbatasan. Arizona berbatasan dengan California dan Nevada di Amerika Serikat.

Ada beberapa kota besar di Arizona, Amerika Serikat ini. Dan Percy menyebar semua detectif handal yang di sewanya untuk menyusuri semua daerah di Arizona, bahkan ke perbatasannya yaitu California dan Nevada.

Dan saat ini Percy berada di kota Phoenix yang merupakan kota besar di Arizona. Ia akan mencari Rasya di daerah sini, tak perduli berapa lama ia akan menemukannya. Ia akan tetap mencarinya.

Percy mengambil sebatang rokok dari tempatnya dan membakar rokok itu dengan api. Ia menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya ke udara. Helaan nafasnya begitu berat seakan sulit untuk bernafas.

"Kamu dimana sebenarnya, Sya." Air mata kembali luruh membasahi pipinya.

Ini sudah dua bulan berlalu dan masih belum menemukan keberadaan Rasya. Bagaimana dia memenuhi ngidamnya? Bagaimana dia merawat bayi dalam kandungannya? Batinnya.

Walau ia mendengar kalau keadaan Rasya baik-baik saja, tetapi tetap saja ia begitu khawatir. Sampai kapan kamu akan menghukumku seperti ini Sya. Batinnya.

Ia menatap layar handphonenya dimana terdapat foto dirinya dan Rasya, seketika air matanya kembali luruh membasahi pipinya. Dadanya terasa begitu sesak, dan terhimpit sesuatu.

Air matanya tak mampu di bendung lagi, ia sangat merindukan Rasya, hingga rasanya ia tak mampu lagi bernafas.

***

Di suatu tempat yang cukup jauh di Amerika Serikat, Rasya terlihat menatap keluar jendela di saat hujan salju pertama kali turun. Ia berjalan keluar penthouse.

Ia berjalan ke pekarangan yang ada di depan penthouse-nya. Ia menengadahkan telapak tangannya hingga butiran salju mendarat di telapak tangannya. Ia tersenyum kecil, "Lihatlah De, salju pertama kita. Indah sekali bukan," ucapnya begitu bahagia.

Ia merasa bahagia, dan terus menampung salju yang jatuh dari langit.

"Aww,," ia meringis saat dadanya terasa sesak. "ada apa denganku."

"Sya, kenapa keluar?" Hezky berjalan mendekati Rasya yang meringis memegang dadanya. "Sya, loe kenapa?"

"Ahh, dada gue rasanya sakit sekali."

"Ayo kita masuk," Hezky menuntun Rasya masuk ke dalam.

Hezky membawakan air untuk Rasya, "Ini minumlah dulu." Rasya menerimanya dan meneguknya hingga tandas. "Loe baik-baik saja kan?"

"Percy," gumamnya membuat Hezky terdiam. "Gue merasa sesak sekali di dada, ada apa dengannya."

"Dia pasti baik-baik saja, tenangkan diri loe. Ingat kesehatan bayi loe," ucap Hezky. "Sebaiknya loe istirahat, ayo gue antar."

Hezky membawa Rasya menuju kamarnya dan membantunya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Tidurlah."

Hezky begitu tulus menyayangi Rasya, sampai ia rela bekerja untuk kehidupan mereka berdua di sini. Rasya sudah di anggap sebagai Kakak oleh Hezky karena ia hidup sebatang kara di Jakarta. Keluarganya semuanya ada di Kalimantan, dan hanya Rasyalah sahabat baiknya dari sejak kuliah.

Hezky membantu Rasya meminum obatnya, dan menyelimuti tubuh Rasya. Perlahan mata Rasya terpejam karena obat itu.

***

Daffa dan Rindi mengadakan jumpa pers, bahkan kedua orangtua Rindipun turut hadir untuk mengalahkan Ibunya. Bahkan Seno terang-terangan mengatakan akan menuntut Maya Ibunya Daffa ke pengadilan atas pencemaran nama baik. Ia tidak akan tinggal diam saat putri kesayangannya di hina.

Dua minggu sudah berlalu dari kejadian itu, dan kasus orangtua Daffa selesai.

Maya terpaksa di jebloskan ke Penjara karena pencemaran nama baik dan juga kasus penipuan yang baru di ketahui beberapa minggu ini. Maya di ketahui berselingkuh dengan salah seorang pengusaha di Sorong-Papua dan ia menipu pengusaha itu. Jumlah uang yang di bawa kabur olehnya adalah senilai 5 Milyar rupiah.

Seluruh sisa saham milik Ayah Daffa yang sudah di pindahkan menjadi atas nama Daffa terpaksa di jual dan juga beberapa tanah yang ada di Lombok harus di jual untuk menutupi hutang Ibunya itu. Dan syukurlah pembelinya berani memberi harga mahal. Karena mereka adalah anggota brotherhood begitu juga Arseno.

Selesai kasus itu, dan Daffa berharap sang Ibu tak akan pernah mengganggu hidupnya lagi. Ia ingin memulai kehidupan barunya dengan Rindi, wanita yang begitu ia cintai.

Saat ini Daffa menemani Rindi melakukan terapi dan perlahan -lahan Rindi sudah bisa berjalan dengan menggunakan kruk di kedua tangannya.

"Ayo Rin kamu pasti bisa," ucap Daffa yang berdiri 5 langkah di depan Rindi.

Rindi menggerakkan kruk itu perlahan-lahan. Ia tersenyum ke arah Daffa dan kembali menggerakkan kakinya. "Sedikit lagi Rindi sayang."

Hingga akhirnya Rindi terjatuh tepat di pelukan Daffa. Keduanya tertawa ringan, "Kamu bisa, sekarang. Yeaayyy!"

"Ah, haha" Rindi tertawa saat Daffa memangku tubuhnya ke udara. Daffa menggendong Rindi di pundaknya dan membawanya berlari dan berputar membuat Rindi tertawa keras.

Perlahan Daffa menurunkan Rindi di atas kakinya. Mereka masih terkekeh kecil dengan saling bertatapan satu sama lain.

Daffa memeluk Rindi begitu juga dengan Rindi yang memeluk pinggang Daffa dengan erat. Wajah mereka begitu dekat sekali, Rindi terpaksa menengadahkan kepalanya untuk menatap mata indah Daffa karena tingginya hanya sampai hidung Daffa.

"Nona Jutek sudah bisa berjalan sekarang yah," Daffa mencolek hidung Rindi dengan hidunganya. Rindi masih menampilkan senyumannya.

Ternyata cinta yang sebenarnya adalah seseorang yang selalu berada di depan matanya bukan orang yang berada jauh darinya.

Daffa membawa Rindi untuk berdansa, ia menggerakkan kakinya sendiri. Rindi mengalungkan kedua tangannya di leher Daffa dan mengecup bibir Daffa singkat.

"Kok sebentar?" tanya Daffa sambil menggerakan badan mereka ke kiri dan kanan, juga berputar.

"Dasar Tuan Mesum," ucapnya.

"Di dekatmu aku selalu mesum," bisiknya seraya mencium bibir Rindi yang merah pucat.

Mereka berciuman dengan kekehan kecil. Berkali-kali saling mengecup hingga akhirnya Daffa memangut bibir merona Rindi.

***

Acara yang di tunggu-tunggupun datang, Rindi terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih tulang. Gaun sederhana tetapi terlihat begitu elegant. Senyuman tak urungnya memudar dari bibir Rindi di depan cermin.

"Cieee akhirnya nikah juga," Randa sang saudara kembar memeluk Rindi yang duduk di atas kursi roda dari belakang.

"Gue sangat gugup," ucapnya membuat Randa terkekeh.

"Tenanglah, semuanya akan berjalan lancar. Ya tuhan Rin, loe cantik sekali." Bisik Randa,

"Loe juga," kekehnya.

"Wah wah, lihatlah ini. Si gadis pemurung sekarang sudah bertemu pangerannya." Goda Samuel membuat Rindi terkekeh.

"Terima kasih Sam,"

"Kita di duluin juga, Hon." Ucapnya membuat Randa mengangguk.

"Siapa suruh kalian menundanya terus, jadi ya aku duluin." Kekehnya.

"Tapi kita senang loe duluan, Sayang." Ucap Samuel yang di angguki Randa.

Samuel sudah seperti saudara laki-laki bagi Rindi, ia sudah seperti bukan ipar lagi untuknya. Sikapnya yang begitu penuh pengertian dan dewasa mampu membimbing Randa. Rindi bersyukur kembarannya mendapatkan kebahagiaannya, karena menurutnya hanya Samuellah yang cocok untuknya.

Begitu juga Randa yang bersyukur akhirnya, Rindi kembarannya bisa berbahagia dan menemukan orang yang tepat setelah lama terpuruk akan cintanya.

Bip bip

Rindi mengambil handphonenya dan terlihat nama Percy di sana. "Sebentar yah,"

Rindi menjalankan kursi rodanya menuju balkon dan menerima panggilan video dari Percy.

"Wah, lihatlah siapa wanita cantik di hadapanku saat ini." Rindi terkekeh mendengar penuturan Percy.

"Kamu tidak datang?"

"Maafkan aku Rin, aku belum bisa kembali."

"Apa sudah ada tanda-tanda keberadaannya?" Percy terlihat menggelengkan kepalanya, Rindi merasa iba melihat kondisi Percy saat ini.

"Kamu perlu berusaha sedikit lagi." Percy kembali mengangguk menyetujui ucapan Rindi.

"Kamu sangat cantik, Daffa beruntung mendapatkan kamu," ucap Percy.

"Apa itu bentuk penyesalan dari kamu?" kekehnya membuat Percy terkekeh di sebrang sana.

"Aku tidak menyesal, aku senang kamu bersama orang yang tepat. Kamu harus selalu bahagia," ucap Percy terlihat begitu tulus.

"Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu dan Rasya, aku begitu ingin melihat kalian bersama dan aku juga ingin meminta maaf pada Rasya."

Percy terdiam sesaat. "Bukan hanya kamu, aku juga ingin." Keduanya kembali terkekeh.

"Rindi, ayo saatnya keluar."

"Iya Ran," teriaknya. "Baiklah Mr. Percy aku harus pergi karena pangeranku sudah menunggu."

"Iya, selamat menempuh hidup baru. Berbahagialah Rin, jangan pernah sedih atau menangis lagi." Rindi menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Percy. "Setidaknya dengan melihatmu bahagia, dapat mengurangi rasa bersalahku padamu."

"Sudahlah, itu adalah masalalu kita. Aku tidak akan memungkiri kalau aku pernah begitu mencintai kamu, tetapi sekarang kita sepakat berjalan di jalan kita masing-masing dan mencapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya."

"Kamu benar, Honey." Goda Percy membuat Rindi terkekeh.

"Terima kasih Percy, untuk semuanya. Untuk perjuangan kamu dan cinta kamu, aku sangat bahagia bisa begitu dekat denganmu saat itu." Percy mengangguk.

"Berjanjilah untuk bahagia,"

"Pasti," ucap Rindi yang sudah berkaca-kaca. "Cepatlah temui Rasya, dan gapai kebahagiaanmu. Rasanya tidak adil kalau hanya aku yang bahagia."

"Aku akan berusaha," Percy menatap Rindi yang terlihat menangis dalam diam. "Kenapa menangis? Apa kamu baru menyadari kalau aku lebih baik dari Aktor itu." Seketika tawa Rindi pecah.

"Aku mengatakan yang sesungguhnya, aku ingin melihatmu bahagia juga, Percy. Aku menyayangimu, seperti aku menyayangi Randa dan Samuel."

"Jangan menangis, aku terlihat begitu menyedihkan." Kekehnya.

"Kamu memang sangat menyedihkan."

"Kamu terlalu jujur," kekehnya.

"Aku harus pergi Per,"

"Baiklah, selamat menempuh hidup baru. Aku akan selalu mendoakan kamu," ucapnya.

"Makasih, Bye,"

"Bye."

Sambungan telponpun terputus dan Rindi menghapus air matanya. Ia beranjak memasuki kamarnya yang langsung di sambut oleh Arseno.

Arseno mendorong kursi roda Rindi menuju altar. Mereka melakukan pernikahan di salah satu hotel keluarga Mahya dengan bertema pesta kebun karena mereka melakukan resepsinya di taman hotel yang luas dan indah.

Arseno mendorong kursi roda Rindi memasuki area resepsi. Ia masuk ke kumpulan orang-orang hingga tatapan Rindi tertuju pada seorang pria tampan di depan altar dengan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupunya. Daffa terlihat tampan sekali hari ini,

Acara itu tertutup hingga tak ada wartawan yang meliput.

Arseno berhenti tepat di hadapan Daffa yang berada di dua anak tangga di depan pendeta. Daffa menuruni anak tangga menghampiri Rindi dan Arseno.

"Aku titip putri kesayanganku padamu," ucap Arseno yang di angguki Daffa.

"Aku akan menjaganya."

Arseno kembali duduk di tempatnya, dan kini Daffa duduk rengkuh di hadapan Rindi. "Kamu sangat cantik sekali, Nona Jutek." Puji Daffa membuat Rindi merona karena begitu malu.

Rindi terpekik saat Daffa membopong tubuhnya ala bridal, tetapi Rindi tetap mengalungkan tangannya di leher Daffa.

Daffa membawa Rindi ke depan pendeta, tatapan Rindi tak lepas dari Daffa begitu juga sebaliknya. Tatapan mereka terpaut satu sama lain.

Daffa dan Rindi menjawab pertanyaan yang di ajukan pendeta tanpa memalingkan tatapan mereka satu sama lainnya.

Daffa mulai mengucapkan janji pernikahan di hadapan semuanya dengan tatapan yang terus tertuju pada mata indah Rindi yang ada di hadapannya. Begitu juga Rindi mengucapkan janji sucinya tanpa memalingkan tatapannya dari Daffa.

Setelah mengucapkan itu, Daffa mencium bibir Rindi di depan semuanya. Sorak dan tepuk tangan meramaikan suasana khidmat di sana.

"Ya Allah, mereka sweetz banget Kakak." Ucap Leonna menyikut Verrel di sampingnya.

"Iya kamu benar, beruntung Rindi mendapatkan Daffa." Ucap Verrel.

"Aku juga beruntung mendapatkan Kakak," Leonna mengedipkan matanya genit ke arah Verrel membuat Verrel terkekeh dan merangkul Leonna.

"Kagak usah mesra-mesraan di depan gue kenapa sih," ucap Datan yang terlihat cemberut.

"Yang galau masih aja cemberut," kekeh Leonna.

Datan mencibir karena berada di tengah-tengah dua pasangan menyebalkan, Leonna - Verrel dan Chella - Vino.

"Ya Allah datangkanlah Pipit, supaya hamba tidak nelangsa seperti ini." Ucapnya membuat mereka tertawa.

"Ngenes amat loe," kekeh Leonna.

***

Malam itu, Percy pergi menuju ke sebuah tempat makan. Salju sudah memenuhi jalanan, ia berjalan dengan santai menuju tempat makan yang biasa ia datangi.

Malam ini kebetulan malam Minggu, hingga suasana di sana terlihat begitu ramai dari biasanya. Percy berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel yang ia gunakan.

Ia menghentikan gerakannya saat melihat seseorang yang ia kenal berada di sebrang jalanan.

"Rasya,"

Tanpa pikir panjang Percy langsung berlari untuk menuju ke arah wanita yang tengah berjalan dengan seorang wanita.

"Rasya!" teriaknya.

Bruk

Seketika tubuh Percy melayang saat sebuah mobil menabraknya.

Seketika waktu seakan berhenti bergerak. Semua yang Percy lihat mendadak diam, tetapi sosok itu malah semakin menjauh darinya.

Dan tubuhnya terasa terhempas jatuh ke bawah tepat melewati mobil yang baru saja menabraknya.

Dan semuanya gelap....