webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 67

Sementara Janggan merenung duduk di kursi teras depan rumahnya, apa yang kurang seorang istri yang cantik yang telah memberikannya hadiah terindah bayi laki laki yang montok menggemaskan, saat ini usaha yang dirintisnya lagi meningkat omsetnya di luar expectasi. Saat ini ada yang terasa berbeda di dalam relung hatinya, rasa takut kehilangan Jihan, apalagi melihat istrinya yang habis melahirkan luar biasa, tubuh wanita itu tidak berubah melar meski dia menyusui bayinya, bayangan liar akhir akhir ini sering kali menyerbu janggan, ini nafsu semata atau rasa cinta yang mulai tumbuh.

"Mas bisa jagain Juna sebentar, aku mau mandi dulu," minta Jihan dengan menyerahkan baby gembul yang sudah wangi dengan bedak putih nempel di dahi dan pipi nemlok nemlok gak rata, nambah lucu dan menggemaskan.

"Waw, sini gendong dulu anak ayah yang ganteng," Janggan langsung mengambil alih gendongan istrinya, si bayi tanpa protes beralih dari gendongan ibu ke ayahnya, tentu saja si anak mencari tempat ternyaman, yang penting dia bisa bobok didekapan tangan kekar sang ayah. Tak henti hentinya Janggan memandangi putra kecilnya yang berumur hampir sebulan, semua serba mungil, tangan mungil yang lembut itu menggenggam jari ayahnya, Janggan sangat takjub dengan juniornya, hidung yang mancung khas Jihan banget dengan kulit putih susunya, mata bulat yang jernih dengan manik mata coklatnya mirip siapa ya ? bukan mata ayah, hemm kok kamu jahat sih mana yang mirip ayah, Janggan menggeram kecil menggoda si mungil yang menggerak gerakkan matanya memandang sang ayah yang terus mengajaknya ngomong sambil memanggud hidung mancungnya, seger sekali bau bedak dan sabun baby plus minyak telon.

Baby gembul itu terkekeh kekeh karna Janggan mengusap usap rambut halusnya yang tumbuh belum rata di beberapa area kepalanya, "Arjuna, anak laki laki dak boleh cengeng ya !" sang ayah pingin jagoannya punya pribadi yang tegas, "tapi tetap sayang sama ayah sama bunda, " Jihan menghampiri ayah dan anak yang lagi bermesraan, Jihan mengecup kecil pipi si gembul, dan berganti mengecup pipi ayah si gembul, namun ayah menggeser mukanya hingga yang terjadi bibir sang ayah yang tertempel di bibir bunda," wangi tapi lebih wangi juna," ucapan Janggan menggoda sang istri membuat Jihan tersipu dan tersenyum hangat, beginilah yang diharapkan, suaminya sudah mulai membuka hati untuknya meski demi alasan si kecil, namun sepertinya ndak juga kalo semata karna si baby, mas Janggan juga mulai hangat sikapnya dak lagi dingin seperti awal pernikahan kami, moga perjuanganku membuahkan hasil, aku ingin pertahankan pernikahanku.

"Mau jalan jalan di komplek, " tanya Janggan menatap istri cantiknya. "boleh, biar juna menghirup udara segar," jawab Jihan sambil melirik suami yang masih memakai celana pendek dan kaos singlet, "mas ganti baju dulu kalo gitu, sini juna sama bunda," Jihan sudah memakai kostum stelan batik dengan celana selutut. "dak ganti dak papa kan, ayah kelihatan seksy, " Janggan kembali melirik maut ke arah Jihan, maklum suami yang lama nahan hasrat karna ndak dapat jatah nunggu istri suci dulu selesai nifas ( sehabis melahirkan biasanya 30 s/d 40 hari ).

"Atau bunda setuju kalo kita olah raganya diganti di dalam kamar," tuh kan bener Janggan ngarep dapet tiket surgawi, "hemm, ayah pagi pagi dah mesum pikirannya," Jihan menonjok lengan kekar suaminya.

"Sudah suci belum bun," Janggan berbisik pelan di telinga sang istri," ayah kangen banget sama bunda," sambil tetep menggendong arjun dengan tangkupan disatu tangan kanannya, tangan kirinya memegang dagu istri cantiknya, "dede junanya ditaruh di box dulu ya yah, nanti terjatuh kalo ayah nakal tangannya," ucap jihan menyentil hidung suami dambaannya, "berarti setuju nih, bun" bayangan Janggan seperti anak kecil menanti bulan puasa berakhir dan dapet baju baru paket lebaran, serta dibolehin makan dan minum sepuasnya, nikmat rasanya.

Jihan tersenyum penuh makna, tanpa kata Jihan menuju kamar Janggan mengekor dibelakang, Jihan pun menyiapkan box tempat dede Juna bobok, bayi mungil itu tanpa protes ditaruh sang ayah di dalam box bayi dari plastik berwarna biru yang bisa diayunkan, hanya butuh diayun sebentar bayi gembul itu sudah terlelap seperti tahu kalo ayah bundanya butuh waktu berdua tanpa ganguan rewel atau tangis dirinya.

"Hamm akhirnya," spontan mereka berdua mengucapkan kata yang sama dan tergelak bareng, ha ha ha ternyata sama sama berharap alias ngempet nahan hasrat terpendam shobat reader mungkin ada yang ngalamin nih, setelah nunggu lama saat istri habis melahirkan, ada rasa seneng tapi susah juga harus puasa penuh 40 hari.

Janggan menarik tangan istrinya dan memeluknya, "kamu dah siap terima serangan mas, " Janggan menikmati wajah Jihan yang memerah malu, "ayo, bukan hanya mas yang mesum loh, bunda juga pasti dah nunggu," Janggan semakin suka wajah istrinya yang menahan diri, "Kalo mas godaib terus, bunda keluar nih, bodo amat, mas ndak butuh jatah sampai Kamis nunggu malam Jumat," Jihan pura pura mendorong tubuh Janggan yang dari tadi masih mendekapnya erat.

"Beneran, sekarang hari minggu, tinggal empat hari lagi, ndak papa deh, biar mas terima tawaran temen ke clup aja, banyak kok yang nawarin diri ke mas, cantik cantik lagi, ndak kalah kok sama bunda," Janggan mengeluarkan cengirannya setelah mendapat pelottotan dari sang istri, " Hei, What do you say, that's not good thing," Jihan menatap suaminya tidak percaya, Janggan teryawa terbahak melihat Jihan betkacak pinggang marah beneran.

"just kidding dear, where I want to be a woman, just you, sweetie," Janggan mendekat dan mendekap kembali istrinya lebih erat, "thank you for struggling to give birth to our baby, " Janggan sangat bersyukur istrinya mau melahirkan normal berjuang dengan nyawanya, Janggan tahu ndak semua wanita mau melahirkan normal dan merasakan sakit yang luar biasa, "aku seneng banget mas sudah berubah, lebih perhatian ke Jihan, " mata wanita muda itu berkaca kaca, "maafin mas ya yang udah bikin kamu kesel selama ini, sekarang ada arjuna, kita akan bersama membesarkannya, apapun yang terjadi," ucapan maaf Janggan mengalir bak aliran sungai yang sejuk sampai ke dasar hati jihan yang terdalam.

"Makasih mas, love you," Jihan berjinjit menggapai bibir suaminya dan mengecap lembut beberapa saat, kemudian menariknya dan menatap suaminya penuh harap.

"Tawaranku masih berlaku, sweetie," Janggan menarik tubuh jihan dan menindih tubuh jihan ada diatasnya.

udara pagi yang sejuk semalem habis terguyur hujan deras sangat pas untuk memadu kasih dua insan yang lama saling mendambakan dan memendam hasrat.

What happened leave it to them.

----------@@-----@@@---

Terima kasih tetep setia dengan cerita dibatas senja. Mohon beri author dukungan ya reader biar semangat nulisnya, dan bisa fokus, salam tetep sehat selalu