webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 53

"terima kasih," hanya itu kalimat yang keluar dari mulut lusi terasa kelu lidahnya, dia memandang suami dan istri di depannya dengan hati yang masih ngilu, kenapa ? dia toh sudah punya ardan, yang diyakini adalah laki laki yang selalu ada saat dia butuh, selalu hadir ketika butuh sandaran pundaknya, mengisi relung hatinya, meskipun tahu kalo cintanya belum sepenuhnya, dia begitu sabar, semua tentang suaminya. Lusi mempererat pegangan tangannya di bahu suaminya, Ardan tahu tangan kirinya memeluk erat pinggang istrinya, seakan memberi jawaban atas kegalauan wanitanya.

Sedang Janggan tak berkedip memandang pengantin wanita, "cantik juga istrimu dan, kau harus ekstra menjaganya," Janggan berbisik pelan saat merangkul sahabatnya, "sayang sekali aku mendahuluimu," kata kata yang meluncur tanpa mampu dicontrol, damn, Janggan merutuki dirinya sendiri, dan dia menepuk bahu sahabatnya dan melirik sebentar ke arah lusi kemudian meninggalkan panggung mempelai, meninggalkan istrinya di belakang. Jihan pun menatap tajam lusi dengan pandangan tidak sukanya. Ardan menggertakkan rahangnya, sial, kalo tidak di tempat umum sudah pasti aku akan meninjunya dengan keras, masih saja bicaranya menyakitkan, tidak tahu malu harusnya dia meminta maaf dan berterima kasih, aku tetap menganggapnya sahabat, lusi mengelus tangan ardan menenangkan, " maafkan aku kak, " ingin rasanya dia berlari jauh meninggalkan semua orang menangis sejadi jadinya menjauh dari orang yang dibencinya, kenapa dia dak berubah, tambah arogan, harusnya kak ardan dak usah mengundangnya menambah suasana ndak nyaman, rasanya kepala lusi berputar putar tubuhnya terasa berat dan, "kak ardan," pegangan tangan lusi mengendur. ardan memegang erat tubuh istrinya takut terjatuh, memang prosesi yang melelahkan ditambah masalah masa lalu yang belum kelar, lusi digandeng ardan masuk ke dalam rumah meninggalkan para tamu yang sebagian masih menikmati hidangan prasmanan di samping rumah yang telah disiapkan. Tadinya ardan ingin menggendong langsung tubuh istrinya, tapi lusi menolak biar dak bikin heboh para tamu yang masih ramai. Saat sampai dalam rumah ardan langsung menggendong istrinya menuju lantai dua tempat kamarnya berada. ardan langsung merebahkan tubuh istrinya di atas ranjang, melepaskan pakaian yang menempel ditubuhnya dan mengambil ganti longdress tipis biar istrinya bisa bernafas lega, lusi menitikkan air mata dengan perlakuan suaminya, Ardan melepas baju pengantinnya karna tubuhnya sendiri yang sudah gerah dan masuk ke kamar mandi membasuh seluruh tubuhnya yang kembali terasa segar dengan sampo dan sabun mandi aroma wanginya bagai menyejukkan pikiran, rasa lelahnya sedikit terangkat, ardan keluar dengan memakai handuk yang terlilit dipinggang, "mandillah seger dik, atau mau kumandikan, aku rela mandi lagi," ardan berusaha menghibur lusi yang terlihat masih murung, padahal mestinya ardan sebagai seorang lelaki harga dirinya seakan terinjak dengan perkataan Janggan, tapi rasa sayangnya pada istri mengikis egonya, baginya dia menikahi lusi untuk membuatnya bahagia sesuai janjinya dulu, dia yang akan datang menghibur lusi jika Janggan dak sanggup membahagiakan. Ardan semakin yakin kalo Janggan cemburu padanya, pada akhirnya aku yang memiliki cintanya. Jodoh memang dak pernah tahu. tapi berihtiyar itu perlu, ardan tersenyum, dia akan melindungi cintanya, iatrinya, wanita pujaan hatinya.

------------------

Hanafi dan Zahra tidak mengetahui apa yang terjadi dengan sahabatnya Janggan dan ardan yang masih saja berkutat dengan masa lalunya, Yoyok yang lagi di belakang mereka mengetahui secara jelas ardan mengajak istrinya ke dalam rumah, kemudian mengikuti mereka namun melihat ardan membopong lusi ke kamar maka yoyok kembali ke temen temennya.

"ada apalagi sih gan," yoyok menarik lengan baju Janggan menjauh biar dak terdengar Jihan, " kalo belum move on harusnya ndak usah datang, bikin masalah aja kamu," Yoyok memandang tajam ke arah Janggan, " harusnya kamu berterima kasih sama ardan, dia yang bisa bikin lusi kembali tersenyum, ndak cuma terlarut mikirin orang yang ndak pantes dicintai dan satu hal pikirkan perasaan istrimu, jangan serakah," yoyok menceramahi sahabatnya panjang lebar.

"Maaf yok, aku dak bisa menahan diri, aku akan ajak pulang jihan, sampekan maafku pada ardan, tapi dia boleh tanya ke aku gimana caranya bisa buat istrinya bahagia," Janggan masih dengan sifat sinisnya, bikin yoyok kesel percuma ternyata kasih tahu orang yang sableng gini. " udah sana lho, bikin kisruh aja, biar aku akan nunggu ardan," Janggan berlalu mengajak istrinya pulang, dengan wajah jihan ndak kalah keruhnya, alamat ada perang baratayuda batin yoyok melihat mereka dari jauh.

--------------

" istirahatlah, biar aku yang jelasin pada tamu kalo istriku butuh ngisi energi tambahan nyiapin nanti malam perang biar menang beberapa ronde," celotehan ardan disambut dengan timbukan bantal dari istrinya, "kak ardan, bisa diem dak, sana sana, aku mau sendiri," ardan menoel dagu istrinya, " cie cie yang habis ketemu mantan, " terbuat dari apa hati suamiku, kenapa dia malah sibuk menghiburku, ndak terbersit nyalahin aku. Tuhan bantu aku untuk mulai mencintainya, kurang apa sih dia ? hati lusi kembali tersayat, dia menunduk dan terisak di bawah bantal. " Hei, aku ndak bermaksud mengingatkanmu," ardan kembali menyentuh pundak sang istri, "kak ardan begitu baik, apa aku bisa mengimbangi kebaikanmu," lusi memandang suaminya dengan wajah basah airmata, " belajarlah maafkan maka hatimu akan lega, kalo ndak bisa minimal berdamailah dengan hatimu, jangan terus menyalahkan diri sendiri," ardan mencium mesra pipi istrinya yang basah, " aku keluar dulu masih banyak tamu," lusi mengangguk, ardan sudah berganti stelan dengan hem putih dan celana kain navy, memang ndak pakaian nganten minimal masih menghargai para tamunya.

Ardan menghela nafas panjang, aku sudah menjadi suamimu maka aku yang akan membuatmu melupakannya. hanya ada aku untukmu.