webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
89 Chs

Bab 40

" Kalian pada kenal semua, lusi anak FEB depan kost," jawab ardan agak jengah, karena sebenarnya dia dak ingin temennya tahu lusi calon istrinya " Jadi lo, deketin mantan si Janggan, atau jangan jangan udah nyerobot dari belakang lo dan, " Yoyok tertawa terbahak diikuti Hanafi, kedua sahabatnya sedang mengoloknya, karena sebenarnya tahu ardan juga naksir lusi waktu itu. Sementara dua sahabat yang lain bersitegang.

Janggan menatapnya tajam, ardan menatap balik dengan tatapan mengancam. " Oh, penelikung, " ucap Janggan sedikit keras, temen temennya mendengar dengan jelas maksud dari Janggan, " Jangan pernah berfikir untuk kembali padanya, kau lupa telah menghancukannya, aku tidak akan membiarkanmu melukainya kembali, " ucap ardan menyeringai, menahan amarah pada laki laki yang dicintai calon istrinya. Dua sahabatnya yang lain bingung dengan perselisihan mereka. " sepertinya, kamu jatuh cinta pada wanitaku shobat, " kata Janggan menepuk pundak ardan sinis, " Jaga dia, kalo tidak aku akan mengambilnya kembali, ingat itu " kata Janggan memberi penegasan. Setelahnya pemilik mata hitam itu meninggalkan pertemuan mereka. Ardan bingung, 'seharusnya aku yang marah sama dia, bukan sebaliknya, dia yang memilih perempuan pilihan ibunya dasar dak punya prinsip,' ardan hanya temenung mengusap usap wajahnya.

" sudahlah dan, lusi anak baik, aku yakin kalian akan bahagia, aku usahakan datang sama nana dipernikahan kalian," ayo mampir ke rumah, dekat dari sini, " kata Yoyok menetralkan suasana yang sedikit memanas tadi.

" Makasih yok, dah malem, aku ditunggu istriku di rumah, tadi cuma bilang mau naongkrong bentar sama kalian, " Hanafi melihat jam tangan menunjukkan pukul 9 malam, ' okey, kita berpisah disini, ketemu dipernikahan ardan, " Yoyok berjabat tangan kemudian melambai pada kedua sahabatnya.

Setelah membayar di kasir, Hanafi dan ardan kembali ke Semarang, dengan ardan sebagai driver.

--------------------

Sementara Janggan yang meninggalkan acara nongkrong bareng sahabatnya, merasa kesal dengan berita pernikahan lusi dan ardan, seseorang yang masih ada dalam relung hatinya meskipun sudah 3 tahun dia bersanding dengan Jihan, istri hasil perjodohan.

Janggan menepikan mobilnya, meraih handpone di saku tas, dan dicarinya nomor Hp dalam daftar pencarian, dia masih menyimpan nomor lusi tertulis "my girl" dipencetnya dan tersambung, keluar nada terlalu cintanya rosa, Janggan menerawang jauh bayangin wajah manja gadisnya dulu jika dia menggodanya, " maafkan aku, dak bisa perjuangin hubungan kita"

telpon diseberang sibuk. mungkin sudah ganti nomor atau lagi ditelpon ardan calon suaminya, " damn, dasar penelikung, " Janggan tambah kesal, dilemparkan handpone ke kursi sebelah driver, dia siap siap mengemudi kemball.

drt drt drt drt

Handpone Janggan berbunyi, diambilnya kembali dan ditekan mode telp warna biru" Hallo," suari dari seberang masih tetap sama, merdu bak suara penyanyi di ringtone hp milik cewek tsb. Ada perasaan senang mendengar suaranya " Hai," hanya jawaban singkat yang keluar dari beribu kata yang disusunnya berantakan entah kemana. Sama sama diam hanya terdengar masing masing nafas mereka. " ada apa telpon aku " ucap lusi dengan nada yang langsung berubah.

" kamu mencintai ardan ?"akhirnya keluarlah pertanyaan Janggan untuk menjawab keingintahuannya. Dari seberang terdengar helaan nafas, " kak ardan sangat baik padaku, " ucap lusi sedikit serak seperti ada yang ditahannya.

" Aku gak bisa lupa tentangmu, kenapa dak kau beri aku kesempatan, " suara berat Janggan masih diingat lusi." Kamu tahu ? bahkan saat kami bersama aku bayangin kamu, " ucap Janggan melancarkan senjata gombalannya, begitu optimis kalo lusi masih memikirkannya.

" Hei, dasar dak berubah, masih mesum, mas Janggaaaaan awas kuadukan sama kak ardan, " lusi meneriaki Janggan dan sempet lupa, kalo yang jadi calon suami adalah Ardan, bukan sahabatnya yang terpaksa jadi mantan, dan ditutup telponnya. udah mau nikah masih mikirin orang lain, yang mesum sapa coba ? Lusi merutuki dirinya. Kenapa bukan marah ke dia tapi malah senyam senyum kangen gombalan mantan. Calon suami kan sudah baik hati, ganteng, punya usaha mandiri, dosen. yang terpenting sayang sama lusi dak diduakan, titik dak pake mikir.

Untuk menghilangkan kekacauan yang ditimbulkan mantan, Lusi memencet nomor calon suami, yang terdengat hanya nada dering dak diangkat, kak ardan paling lagi nyetir tadi sempet telpon ngabari kalo lagi sama kak Hanafi temen kuliahnya di Samarang, jangan jangan ketemu sama mas Janggan, makanya dia tahu kalo aku ada hubungan sama ardan. masa bodo, aku akan jadi istri Ardan Dwi Permana, diliriknya undangan pernikahan yang belum tersebar di meja kamar, tertera dengan jelas mempelai berdua.

Ardan Dwi Permana

&

Lusi Aryani

Lusi bersenandung lagu dari iwan fals

Ku pikir kau sudah, Melupakan aku,

Ternyata hatimu, Masih membara

Untukku