webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
89 Chs

Bab 27

Jihan sudah tahu resiko menjadi istri Janggan tanpa rasa cinta diantara keduanya, dia percaya suatu saat Janggan akan menjadi miliknya, perasaan istri mana yang tahu suaminya masih menyimpan rasa dengan perempuan lain, bahkan saat dia bersamanya hanya raganya tidak dengan hatinya. Sampai saat ini pun suaminya belum pernah menyentuh Jihan secara utuh, dia belum bisa dikatakan istri Janggan seutuhnya jika belum memberikan apa yang menjadi hak suaminya. Tapi apa mau dikata, Janggan belum bisa menerima dirinya seutuhnya. Janggan ke Semarang urusan bisnis yang harus bertemu dengan Dekan Paska Sarjana di salah satu Universitas swasta di Semarang, makanya dia menginap di hotel bintang 5 dekat Simpanglima yang menyatu dengan Mall. Janggan mendirikan usaha bersama sahabatnya Yoyok setelah lulus mereka langsung berkongsi dengan nama CV Joyo Utomo yang bergerak dibidang desain Interior untuk Property, dengan modal dari keluarga Janggan lebih dari 70% sedang yang 30% dari keluarga Yoyok.

"Siapa tadi yang mas temui di Toko batik," tanya Jihan sedikit penasaran melihat Janggan yang duduk diam di Balkon tanpa mempedulikannya sama sekali, " mas, " kembali Jihan memanggil suaminya sambil mendekat kearahnya.

Tangan Jihan mengelus pundak kiri Janggan yang menyandar di kursi Balkon," ada apa mas, siapa dia, apa wanita ?" Janggan menoleh kearah wanita yang berstatus sebagai istrinya.

" ya, dia Lusi, aku telah melukai hatinya, membuat hancur masa depannya, hubungan kami memang tidak mudah, aku terlalu pengecut, lebih memilih menikah denganmu, lebih memilih keinginan ibuku," Janggan menarik nafas panjang, " maafkan aku Ra ( panggilan Jihan Putri Rahmadani ) membuatmu menunggu dengan ketidakpastian, jujur ku katakan, aku belum bisa melupakannya." kembali Janggan menatap Jihan ada kabut di sana, kesedihan nampak matanya berkaca kaca, Janggan merengkuh perempuan cantik di depannya yang hanya diam mematung, " mau dibawa kemana pernikahan kita, mas, " Jihan menata hatinya dengan tarikan nafasnya, tangannya mempermainkan dada bidang suaminya, kemudian Janggan meraih dan menggenggam erat tangan istrinya, dikecupnya dengan lembut, ditatapnya manik mata indah perempuannya, dia telah melukai hati dua perempuan.

"apa kamu ingin terlepas dari ikatan yang menyiksa kita, katakan, " Jihan kaget dengan ucapan suaminya, itu artinya dia harus siap sendiri. Tentu jawabnya "TIDAK" selama satu tahun bersama, Janggan selalu bersikap baik, semua permintaannya selalu dipenuhi, kemanapun keinginannya akan diantar, "apa dia mau kembali, " pertanyaan yang sangat menyiksa batinnya, " aku tidak tahu ra, aku ingin menikahinya, " Jihan dak tahan dengan semua ini, pernikahan yang penuh kepura puraan untuk membuat keluarga mereka bahagia, tapi dia dak akan sanggup melepas Janggan, atau berbagi dengan perempuan lain, maksudnya apa semua ini, tapi dia ingin menikahi wanitanya. Seluas samudrakah perasaanku, menyerahkan suami agar bahagia meski dengan yang lain.

Jihan beranjak meninggalkan laki laki itu yang masih termenung, kenapa ada rasa sakit di dadanya, pedih hati yang paling dalam, apa karna dia sudah mencintai suaminya.

"Ra," suara berat Janggan menghentikan langkah kakinya, Jihan berlari memeluk suaminya, " Jangan tinggalkan aku, mas, peluklah aku, sakit rasanya disini, "

"Aku tahu, " dibelainya rambut Jihan yang panjang diselipkan di telinga rambutnya yang tergerai menutupi muka, ditatapnya muka istri cantiknya, " aku dak bisa menjanjikan apa pun ra, " Janggan menunggu jawaban Jihan yang hanya diam, " tidak apa jika kamu dak sanggup, aku cukup mengerti, " Janggan meninggalkan istrinya sendiri yang masih terisak, dia harus memilih meski sakit, karena wanitanya telah kembali, terkesan dia tidak adil dengan istrinya.

Janggan tidak akan melepaskan kembali, dia akan mencari dan membawa lusi untu membahagiakan gadisnya.

Tapi bagaimana dengan pernikahannya, dia harus siap dengan resikonya.