webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 23

Flasback on

Persiapan pertunangan putra putri dua keluarga besar dilakukan dengan cukup sederhana tidak di hotel dan tanpa undangan di luar keluarga, tidak lain karena putra bapak asmorohadi yang sebagai pihak laki laki mengancam membatalkan jika ibunya ngotot diadakan di hotel bintang empat milik sang calon besan.

"Kamu susah banget sih diberitahu Gan, apa kurangnya coba Jihan, ibu nyarikan jodoh sudah sesuai dengan pribadimu, lebih muda, cantik, pinter, dari keluarga baik baik, biar kamu dak dimanfaatkan nantinya, kalo calon istrimu nantinya cuma moroti donyo, akeh le, cah wedok si gak bener saiki ( calon istri yang hanya menginginkan harta, banyak perempuan sekarang yang gak baik )," ibu menarik nafas panjang karna tahu Janggan terus menghindar jika diajak membicarakan pertunangannya sama Jihan.

"ibu kenapa terus maksa, Janggan belum siap tunangan, " Janggan kesal dengan ibu yang selalu mendesaknya, ia baru pulang dari perjalanan jauh dari bertemu Lusi, masih dengan perasaan kehilangan.

"Dari mana kamu gan semalam dak pulang, iki bocah gak nurut wong tuo ( anak dak nurut orang tua ), " ibu dengan nada tinggi meneriaki anak bungsunya, pada dasarnya Janggan begitu menyayangi ibu, dia takut terjadi sesuatu dengan ibu yang punya riwayat hipertensi ( darah tinggi ) jika emosinya sudah mulai naik. Janggan menghentikan langkahnya dan mendekati ibunya, " baiklah bu, terserah ibu, tapi Janggan punya permintaan acara diadakan di rumah kita tidak ngundang selain keluarga, kalo tidak Janggan batalkan pertunangan yang ibu rencanakan, " akhirnya Janggan menyerah atas keinginan ibunya, dengan perasaan hancur yang sudah menyakiti gadisnya, maafkan aku dik lusi. aku dak bisa peruangkan hubungan kita.

Bu Nimas tersenyum menang meskipun dia dak bisa mengeksplor keinginannya dengan mengundang banyak keluarga jauh dan kenalan rekan bisnis yang sudah dalam angannya dengan resepsi yang mewah diadakan di hotel milik calon besannya, yang terpenting anaknya sudah menyetujui pertunangan rencananya.

Acara diadakan dengan pertemuan keluarga Asmorohadi dan keluarga Rahmad, hanya saudara dari bapak dan ibu masing masing pakde dan bude ( saudara tua dari bapak dan ibu ) seta pak lik dan bu lik ( adik dari bapak dan ibu ) yang diundang.

Janggan menggunakan hem putih lengan pendek dengan celana warna pastel senada dengan kebaya panjang yang digunakan Jihan berwarna pastel dengan bahan dari brokat dan dipadankan dengan jarik ( kain panjang ) motif batik gambar merak kas Yogja, sangat cantik dengan make up yang tidak mencolok memberi kesan anggun, semua keluarga memandang kagum, terpesona, sayang sekali Janggan yang belum tersentuh hatinya.

Acara pertunangan sebagai ajang silaturahmi dua keluarga berlangsung dengan hidangan yang tersaji cukup mewah dan dekorasi yang disiapkan tetap memberi kesan meriah bunga bunga melati putih, bunga tulip terbalut rapi pada dekorasi yang berbentuk setengah lingkaran di belakang panggung kecil yang disiapkan untuk acara inti tukar cicin bagi yang bertunangan. Acara dipimpin MC cantik yang bernama arini temen kuliah Jihan yang memang berprofesi sebagai MC di even tertentu.

Tibalah acara inti seru MC untuk mas Janggan Pringgohadi dan mbak Jihan Putri Rahmadani dipersilahkan untuk ke tempat yang disediakan.

Mereka berdua menuju ke panggung kecil, saling berpandangan tanpa mengucap kata, Jihan mendekati laki laki yang berdiri tegap dengan wajah kakunya dan berbisik pelan, "tidak bisakah mas berpura pura senang, untuk ibu," Jihan menarik tangan pasangannya dan tersenyum, menatap dengan mesra walaupun dalam hatinya tahu kalo laki laki disampingnya belum mencintai dirinya, tidak masalah baginya dia bisa mengerti, sebenarnya Jihan pun belum memiliki rasa cinta pada calon suaminya. Tapi orang jawa bilang witing tresno jalaran soko kulino ( cinta tumbuh karna terbiasa ), mungkin bisa saja terjadi atas hubungan dari perjodohan mereka. Keduanya saling menyematkan cincin di jari masing masing diiringi tepuk tangan semua keluarga yang hadir, Jihan menunjukkan jari manis yang sudah melingkar sebuah cincin bertahtakan berlian dan ditariknya tangan kanan Janggan untuk melakukan hal yang sama, agar terlihat kompak. Janggan mendekati Jihan seakan mencium keningnya namun berbisik di telinganya, "kamu tahu, aku masih memikirkannya," Janggan melepaskan tangan yang masih digenggam pasanganmya dan turun dari panggung.

Flasback off

Janggan menatap langit kamar kostannya, mengingat satu hal dia sudah bertunangan tapi masih mengharapkan bisa bersama lusi. Cincin di jari manis Janggan sudah dilepas setelah acara selesai, dia ingin mengingkari peristiwa perjodohan keluarganya.