webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · Urban
Not enough ratings
91 Chs

Bab 14

Sementara Lusi keberadaanya terpisah lebih dari 300 km dari Janggan dengan waktu tempuh diatas 4 jam, dipisahkan atas adat budaya Jawa Timur dan Jawa Tengah meskipun masih dalam satu pulau yang sama Jawa. Jawa Timur yang keras baik logat bicara maupun carakter pribadinya yang terkenal ceplas ceplos, sementara Jawa Tengah masih dengan kedekatan keraton Yogyakarta, mengedepankan tepo sliro, unggah ungguh ( sopan santun ) dengan nilai lemah lembutnya cara bicara yang hati hati takut menyinggung perasaan orang lain.

Tapi semua tidak akan berarti apapun kalo cinta sudah bicara, tinggal bagaimana mereka saling memahami.

Lusi keluar dari kamar dengan senyum merekah setelah terima telpon dari mas Janggan-nya, seakan bunga bunga depan rumah ikutan bermekaran menyaksikan kebahagiaan lusi.

'Laper juga setelah perjalanan jauh, untung masih ada angkutan desa terakhir, coba telat sedikit bisa dak nyampe rumah' Lusi mencari makanan di dapur, masih jam 7, apa mbah ( nenek ) sudah tidur kok sepi ? saat datang dari Semarang sih sudah ketemu mbah langsung sungkem tangan kanan dan cium pipi.

Lusi tinggal bersama mbah dan adik laki lakinya ( ahmad ) yang masih di sma kelas 10, paling saat ini masih di rumah temen sma nya biasa jam 9 baru datang.

makan malam sudah disiapkan mbah meskipun cukup nasi goreng sama telur ceplok dan kerupuk.

" ayo makan, lus" ajak mbah yang muncul dari kamar mandi.

" mbah tahu aja lusi pingin nasi goreng," jawab lusi seneng ketemu makanan kesukaannya pasti enak nasi goreng buatan mbah, yang sering dikangeni lusi kalo lagi di Samarang. Setelah selesai makan lusi sama mbah ke ruang tengah mau lihatb tv sama cerita cerita, kebiasaan mereka kalo lusi di rumah.

"mbah, lusi mau cerita, jangan ketawa tapi janji dulu," mbah sudah senyum dulu "orang mau cerita pake minta janji, ya ngomong aja, apa susahnya," mbah sudah tahu gelagat cucunya yang tersipu malu, paling urusan anak muda, mbah pun terkekeh melihat lusi salah tingkah.

"piye to mbah, malah diguyu, aku isin meh crito, gak sido wes" ( Gimana mbah, kok ditertawakan, aku malu mau cerita, nggak jadi aja ) lusi kesal sama mbah, meski sudah tua mbah memang suka menggoda cucunya, menghibur cucunya biar tidak sedih.

"Lusi suka sama anak depan kostan, dia anak yogya, beda jurusan sama lusi, dia tehnik udah tingkat 4, namanya Janggan. bulan lalu dia nyatakan kalo suka sama lusi, " mbah tersenyum mendengar cerita lusi, dipandangnya lusi yang sedang tersenyum bahagia," tapi mbah cuma pesan ke kamu, jadi perempuan kudu hati hati, lus, harus bisa menjaga diri" meluncurlah nasehat seorang nenek untuk cucu perempuannya, ada kekawatiran yang muncul, mengingat cucunya yang jauh dari rumah, ada ketakutan tersendiri, bagaimana kalo nanti dia kecewa, bagaimana kalo nanti laki laki itu hanya mempermainkannya, dan pertanyaan bagaimana yang lain muncul pada perasaan mbah.

"Lusi tahu mbah harus jaga diri, mbah tenang aja, bagi lusi sekolah utama, harus lulus dulu, mbah kawatir ? mbah percaya sama lusi " dipeluknya perempuan tua itu dengan hangat.