Sejenak aku menoleh ke arah pohon dan batu itu, tadi aku bertemu dengan kakek konyol itu disana. Tiba-tiba saja telapak tangan kiriku kaku, berdenyut sekali, rasanya juga nyeri dan masih terasa panas. Aku memejamkan mata mencoba untuk menahan sakitnya, sampai akhirnya aku sadar kalau dia masih memperhatikanku.
"Nggak apa-apa kok Wid, cuma... Ngantuk aja" jawabku sekenanya dan berusaha menyembunyikan tanganku darinya.
Mendengar jawabanku tatapan Widya jadi berubah, seakan-akan dia tidak percaya. Widya mendekatkan wajahnya kemudian menatapku dari dekat.
"Nimas, kau sendiri pun tahu kalau kau ini orang yang tidak pandai berbohong. Kau bohong!" ucapnya sambil mendekatkan mata belonya ke wajahku.
"Widya, kamu mengerikan sekali jika dilihat dari sedekat ini" ucapku bergeser mundur untuk menghindari tatapannya.
"Apa iya?" ucap Widya kemudian kembali duduk sambil memegangi kedua pipinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com