webnovel

Tuan Putri, Aku Datang Untuk Menyelamatkanmu (Bangkit Lagi Dari Kekejaman. Sayang, Percayalah Pesan Ini)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Kamu masih belum mau menikah, bagaimana aku saat tua nanti?

"Plakk….."

Seorang pria dengan ekspresi yang datar, melempar dua dokumen ke atas sofa.

Di sofa itu, seorang gadis yang memakai gaun berwarna putih sedang duduk sambil menunduk diam dan terlihat sangat anggun.

"Ah..." Ia pun terkejut.

Jatuhnya dokumen di atas sofa, segera membuat gadis itu tersadar dari lamunan yang panjang.

Gadis itu membuka matanya dengan wajah yang lesu, namun bibirnya yang merah langsung tersenyum ketika melihat pria itu, "Hai, Kak Mubai!"

Saat memulai pembicaraan, dia bangkit perlahan dari tempat duduknya sambil mengeluh, "Hah.. Hmm..!"

Melihat dokumen itu saja, membuatnya seolah pergelangan kakinya terikat rantai. Dia tidak bisa meninggalkan ruangan ini.

"Luo Zheng, ini sudah hari ke tiga! Kamu yakin tidak mau menandatanganinya lagi? Kamu bisa mati kelaparan di sini!"

Xi Mubai memandangnya dengan jijik, dan tidak peduli dengan ocehan dari Luo Zheng kepadanya.

Padahal tiga hari yang lalu, Keluarga Luo baru saja mengadakan pesta pernikahan yang sangat mengesankan bagi Luo Zheng. Bahkan Xi Mubai pun menyanjungnya, "Pesta pernikahan yang mewah tentu menjadi impian setiap wanita."

Sayangnya, malam itu polisi menggerebeknya dengan membawa surat penangkapan. Keluarga Luo diduga terlibat dalam kasus narkoba.

Selanjutnya, polisi melakukan penggeledahan di dalam rumahnya, termasuk juga memeriksa gudang bir bawah tanah milik Keluarga Luo. Di sana mereka menemukan beberapa peti kayu berisi narkoba. Saat itu juga polisi langsung menahan dan menangkap Luo Zheng.

Tiga hari setelah penangkapan tersebut, kondisi keuangan mereka langsung memburuk. Bagai dari surga jatuh ke neraka, hal ini sangat mempermalukan keluarga Luo.

Namun, tidak ada orang yang tahu bahwa pelapornya adalah Xi Mubai. Terlebih, tidak ada yang tahu bahwa narkoba itu hanya jebakan untuk tunangannya itu. Dengan menambahkan sidik jari Luo Zheng, Xi Mubai sengaja menaruhnya di rumah wanita itu.

Setelah kejadian yang menimpa keluarga keluarganya, nasib Luo Zheng sangat menyedihkan, dia sampai dikunci di dalam kamar oleh suaminya. Bahkan Luo Zheng pun tidak diberi makanan dan minuman. 

Semenjak Luo Zheng dikunci di dalam kamar, Xi Mubai selalu datang untuk meminta persetujuan dan tanda tangannya. Bila dia tidak mendapat persetujuan Luo Zheng, maka wanita itu akan makin disiksa.

Luo Zheng menangis dengan keras karena frustasi. Dia merasa sangat putus asa karena tidak bisa menerima realita kehidupan.

Sambil membungkuk dia meratapi 2 dokumen itu, 1 dokumen berisi permintaan untuk bercerai dan yang satunya lagi adalah surat persetujuan untuk menyumbangkan ginjalnya!

Tanpa sadar wanita itu tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia menutupi tangisannya dengan tawa sehingga membuat tenggorokannya terasa sakit. Keputusan yang dia ambil tetap sama, "Kak Mu Bai, kamu pasti tahu, aku tidak mungkin menandatangani dokumen ini! Aku sudah mencintaimu selama 10 tahun ini. Aku juga harus bekerja keras untuk bisa menikah denganmu. Kenapa kita harus bercerai? Bukan persoalan mati kelaparan, selama bisa menempati posisi sebagai istrimu, setelah mati nanti, akan tertulis namamu di batu nisanku. Meskipun aku mati pun, aku tidak akan menyesal!"

Waktu dia selesai berbicara, sambil mengayunkan rantai di kaki, terdengar suara "klang.. klang...". Benturan rantai itu samar menggelitik telinganya.

"Luo Zheng, Kamu ini gila!"

Tanpa diduga, Luo Zheng tetap keras kepala. Keputusannya tetap kokoh untuk tidak menandatangani dokumen tersebut. Wajah Xi Mubai pun tampak sangat kesal dan marah.

Semua orang mengatakan bahwa Luo Zheng sangat mencintai Xi Mubai, perasaan cintanya begitu dalam selama 10 tahun ini.

Namun dimata Xi Mubai, Luo Zheng adalah wanita yang tolol, idiot, dan bodoh. Dia mengerti apa tentang cinta?

Awalnya Xi Mubai berpikir bahwa Luo Zheng adalah wanita yang manja. Xi Mubai juga mengira bahwa dengan memberikan ancaman yang membahayakan nyawanya, maka Luo Zheng akan mau berkompromi untuk menandatangani surat perceraian dan bersedia untuk menyumbangkan ginjalnya!

Namun, kini terlihat jelas bahwa Luo Zheng memang bersungguh-sungguh mencintainya, tapi cinta ini rasanya membuat pria itu seperti mau muntah.

"Orang gila? Haha, benar! Kak Mubai, aku ini memang gila, gila karena mencintaimu…."

Meskipun Xi Mubai mengatakan bahwa dirinya gila. Namun, Luo Zheng tidak menyangkal, ia justru tertawa dan mengakui betapa besar cintanya kepada Xi Mubai.

Pada saat genting seperti ini, terdengar suara lembut seorang wanita, "Tante Zheng, kenapa kamu keras kepala seperti ini? Yang kamu lakukan ini tidak hanya menghina diri sendiri, namun juga mempersulit Xi Mubai…"

Xi Mubai segera menariknya lalu membalikkan badannya sehingga wajah perempuan itu mengarah padanya, "Mengingat badanmu ini masih lemah, selain itu kamu juga sedang mengandung, apa yang ingin kamu lakukan di sini?"

Luo Zheng tersenyum tanpa ekspresi. Kemudian Luo Zheng menatap perut perempuan itu yang sedikit buncit, lalu memandang Xi Mubai.

"Anaknya siapa?" Tanya Luo Zheng kepada wanita tersebut.

Luo Zheng pun mulai lepas kontrol, ia bertanya dengan nada yang kasar kepada kepada wanita itu.

Meskipun sebenarnya Luo Zheng sudah bisa menebak jawabannya, namun dia tetap bersikeras untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya!

"Tante Zheng, kenapa tidak mengerti juga, cinta itu tidak harus memiliki! Kalau kamu mencintai Mubai, seharusnya kamu bercerai dengannya lalu memenuhi keinginan nya…"

"Mu Nianqing, aku tanya, bayi yang kamu kandung itu anak siapa?"

Karena pertanyaannya diabaikan, Luo Zheng pun kembali bertanya dengan kasar bahkan seperti orang hampir gila.

Mendengar pertanyaan itu, Mu Nianqing agak kaget. Xi Mubai mengepalkan tangannya dan pandangannya terlihat dingin "Luo Zheng, kamu jangan gila! Jelas-jelas itu anakku!"

"Tante Zheng, yang terpenting kamu menyetujui perceraian ini dulu. Soal menyumbangkan ginjal…, lupakan saja! Harus bagaimana lagi menjelaskannya, kita ini bersaudara. Lalu, apa ada alasan aku meminta ginjalmu?.... "

Sambil menatap Luo Zheng, Mu Nianqing menghela nafas pendek.

Kemudian Xi Mubai pun berkata pada Mu Nian Qing, "Nian Qing, aku tahu kamu adalah orang yang baik. Tetapi aku sudah tidak tahan dengan sikapnya! Kamu bisa kena gagal ginjal. Nyawamu bisa mendapat ancaman yang berbahaya. Aku dan anak kita tidak mungkin bisa kehilanganmu! Dia sangat berhutang budi padamu, bukankah dengan mendonorkan ginjalnya, orang tersebut juga tidak akan mati! Kalau dihitung-hitung, sebenarnya justru menguntungkan dia..."

Mendengarkan kata-kata kedua orang itu, Luo Zheng pun sakit hati, tatapan matanya menunjukkan keputusasaan.

Tiba-tiba, emosi Luo Zheng pun memuncak, bahkan dia terlihat seperti orang gila. tatapan matanya dipenuhi rasa kebencian, seolah-olah dia akan mengeluarkan taring dan cakarnya, "Beri dia ginjal, Xi Mubai! Kamu ini tidak bisa mikir, ya? Aku tidak mungkin tanda tangan, terlebih lagi tidak mungkin menyumbangkan ginjalku untuknya. Mati pun pasti tidak mungkin! Mu Nian Qing, aku akan membawamu sama-sama masuk neraka…"

"Aaahhh! Sakit sekali..."

Secara tidak sengaja, Luo Zheng memukul perut Mu Nian Qing, Sehingga dia pun merasa kesakitan.

"Plakk…."

Xi Mubai tanpa berpikir panjang, dia langsung menampar wajah Luo Zheng dan memperingatkannya, "Luo Zheng, Nian Qing dan anak yang ada dalam kandungannya itu diluar dugaan, kamu hampir saja menggugurkan anak itu!"

Setelah berkata seperti itu kepada Luo Zheng, kemudian Xi Mubai memeluk Mu Nianqing setelah itu mereka pun pergi meninggalkan Luo Zheng.

Luo Zheng pun terjatuh, bibirnya berdarah karena diikat rantai, dia hanya bisa melihat kepergian mereka.

Pada saat yang bersamaan, Mu Nianqing berpaling sedih, tatapan matanya memancarkan kehangatan seolah-olah dia adalah wanita yang baik, kemudian dia pun mengejek Luo Zheng, "Luo Zheng, kamu kalah." 

"Aaaaa!!!"

Luo Zheng pun merasa putus asa, dalam hatinya ia merasakan kesedihan yang sangat dalam.

Ketika Xi Mubai dan Mu Nian Qing pergi meninggalkannya, Luo Zheng pun berteriak dengan pertanyaan yang menyayat hati, "Xi Mubai, sudah sepuluh tahun lho aku mencintaimu! Sudah sepuluh tahun! Selama sepuluh tahun ini, apakah ada perasaan sedikit saja kamu mencintaiku?"

Pada kalimat terakhir yang diucapkannya, tanpa disadari nada suaranya semakin merendah layaknya orang yang sedang memohon.

"Tidak…. tidak sama sekali! Luo Zheng, kamu ingin membuatku mencintaimu? lebih baik aku mati!"

Xi Mubai sama sekali tidak menyesal, bahkan dia pun tetap berkata dengan kejam.

Kemudian pintu ditutup kembali, kini pemandangan di luar pun tidak terlihat lagi.

"Jika kamu mati, apa kamu akan mencintaiku? Hahaha …."

Luo Zheng tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan air mata, matanya tampak suram.

Pada akhirnya, Luo Zheng tidak bisa menahan lagi, tubuhnya pun terjatuh ke lantai yang dingin.

Bagian bawah mata Luo Zheng kini mulai menghitam. Karena sudah lama tidak makan kini tubuhnya menjadi lemas.

Gadis itu… mungkinkah sudah mau mati?

Tidak pernah terpikirkan, bahkan tidak ada orang yang bertanya tentang kematiannya!

Luo Zheng melihat sesuatu yang jatuh melalui jendela, ternyata yang baru saja dia lihat itu adalah salju yang turun.

Salju pertama di musim dingin dalam suasana yang sunyi.

Tiba-tiba, jatuh pecahan kaca jendela besar.

Pandangan Luo Zheng menyusut, ketika ia kembali teringat saat dia melihat seorang pria lain. Pandangannya melepas luas bahkan menerobos ke luar jendela.

Pada malam awal hujan salju, pria itu datang seperti seorang kaisar. Dia berjalan ke depan, Selangkah demi selangkah. Pada akhirnya berhenti disisinya.

Luo Zheng pun memandang pria itu, dia juga memperhatikan penampilan pria itu dengan sangat detail.

Dalam benaknya Luo Zheng pun berkata "Menakjubkan, ini adalah imajinasi paling nyata dari Luo Zheng."

Pria itu memakai jaket hitam slim fit, penampilannya sangat menarik. Seluruh tubuhnya dibalut dengan barang-barang yang berharga. Setiap wanita yang melihatnya, membuat wanita tersebut merasa sulit untuk memilikinya.

Ketika Luo Zheng akan berkata, tiba-tiba pria itu membungkukkan badannya dengan perlahan. Kemudian memeluknya dengan lembut lalu menuntunnya untuk duduk di atas sofa.

Kemudian Luo Zheng pun melihat pria itu berlutut di hadapannya. Pria itu berlutut seperti seorang murid yang patuh kepada gurunya, pria itu memegang kakinya lalu beristirahat di pangkuannya.

Luo Zheng pun teringat memorinya di masa lalu bersama Xi Mubai.

Kini, musim dingin telah tiba, kota ini menjadi beku, sehingga membuat rantai yang menjerat kakinya itu menjadi rapuh. Di bawah dinginnya salju, dengan mudah dia menghancurkan rantai itu.

"Haahhhh--"

Layaknya menghancurkan sebuah mainan, dengan kedua tangannya memutuskan rantainya yang melingkar di kakinya itu. Kini Luo Zheng akhirnya bebas!

"Maafkan saya Tuan Putri, saya datang terlambat."

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.