webnovel

Pemilik baru? Atau wanita baru?

"Hei! Lepaskan tanganmu dari kursi rodaku! Siapa kau yang dengan beraninya membawaku keluar dari rumahku sendiri? Apa kau tuli, hah! Aku perintahkan kau untuk melepaskan aku sekarang juga. Hei! Dasar orang gila," gerutu Ela. Muka Luna tampak merah padam setelah Ela menyebutnya sebagai orang gila. Dengan kasar, Luna menarik rambut Ela dan mencengkram rahangnya dengan kuat.

"Kau bilang apa? Aku gila? Hei! Apa perlu aku memberikan kaca yang besar untukmu? Rumah ini milikku! Rumahku dan Sebastian suami kesayanganmu," ejek Luna disertai senyum kemenangan saat wanita itu menyadari ekspresi lawan bicaranya yang perlahan mulai berubah.

Mata Ela melotot setelah mendengar ucapan yang dilontarkan Luna padanya. Ela menepis tangan Luna yang sedari tadi mengcengkram rahangnya dan menarik rambutnya. Dengan wajah datar Ela menatap Luna dan berkata, "Rumahmu? Apa kau bodoh? Aku istrinya! Istri sah Sebastian! Jadi jangan pernah bermimpi untuk tinggal di rumah ini, terutama saat aku masih hidup!"

"Apa itu berarti aku boleh menempati rumah ini setelah kau mati?" Luna menyeringai seram ke arah Ela yang semakin beringsut untuk menjauh darinya. Dengan sisa keberanian yang dimilikinya, Ela kembali menatap Luna dengan tatapan tajam dan berusaha untuk menekan lawan bicaranya.

"Jangan meremehkanku, Luna! Kau tidak tahu siapa aku dan apa yang bisa aku lakukan padamu. Bahkan aku bisa menghilangkan nyawamu dengan sekali jentikkan jariku yang manis ini." Luna terbahak mendengar ancaman yang keluar dari mulut Ela. Sembari membusungkan dada, Luna menjawab dengan nada sarkastik, "Kau? Mau membunuhku? Kau bahkan tidak bisa berdiri, lalu kau mengancamku? Dengarkan aku baik–baik Nyonya Ela yang terhormat, suamimu akan segera menjadi milikku begitu pula dengan rumah ini. Dan kau! Akan kudepak dari sini layaknya membuang sampah di jalanan!" Ela menggertakkan giginya dengan kasar kemudian dengan langkah tak disangka wanita itu mendorong tubuh Luna dan menarik rambutnya dengan kencang.

"Jangan pernah mencoba untuk bermain – main denganku, Luna. Kau hanya wanita asing disini. Ini rumahku, dan Sebastian adalah suamiku. Aku tidak akan pernah mengizinkan siapapun merusak kebahagiaanku termasuk dirimu!" seru Ela lantang.

Dengan mata yang saling menatap tajam, kedua wanita itu tidak menyadari jika ada seseorang yang menyaksikan pertengkaran mereka sejak tadi. Dengan langkah perlahan, sosok itu mendekati Ela dan Luna kemudian berdehem untuk menyadarkan kedua wanita itu dari posisi mereka saat ini.

"Bas?" Luna terkejut dan segera berdiri dari posisinya kemudian mendekati pria tampan yang menjadi kekasihnya sejak beberapa bulan terakhir ini. Ela yang menyadari keberadaan suaminya berusaha untuk mendekat, tetapi langkahnya terhenti saat melihat tatapan cinta yang Sebastian layangkan pada Luna.

"Bas? Ini semua bohongkan? Katakan padaku bahwa semua ini hanya lelucon bodoh darimu," ucap Ela dengan suara yang terbata–bata. Sebastian tidak menghiraukan pertanyaan yang dilayangkan Ela, pria itu menarik tubuh Luna dan memeluknya dengan erat seolah–olah tindakannya mencerminkan perasaan cinta yang mendalam kepada Luna.

"Bas!" Ela menarik tangan suaminya yang menempel erat di pinggang Luna. Namun, Sebastian malah menepis tangan Ela dan semakin mengeratkan pelukannya.

Ela meneteskan air matanya setelah menerima penolakan dari sang suami. Dengan tangan gemetar, Ela berusaha untuk mendorong kursi rodanya dan menjauh dari pasangan yang sedang kasmaran itu. Sayangnya, Ela yang terlalu cepat pergi membuat wanita itu melewatkan tatapan sedih yang dilayangkan Sebastian padanya.

Ela masuk ke kamarnya dan membereskan pakaian serta beberapa barang yang dia perlukan setelah berpisah dengan Sebastian. Setelah memasukkan pakaiannya ke dalam koper, Ela memanggil salah seorang pengawal yang paling setia padanya. Begitu pengawal itu masuk ke dalam, Ela langsung menyodorkan koper dan memberikan kode untuk membawa benda itu keluar.

Sebastian yang melihat Charles sang pengawal setia membawa koper Ela keluar, memberikan tatapan bertanya yang dijawab Charles dengan gelengan kepala. Sebastian mengalihkan pandangannya ke arah sang istri yang baru saja keluar dari kamar, tetapi Ela tidak mengindahkan sang suami yang sejak tadi mengawasi setiap pergerakannya.

"Kau mau kemana? Tidak ada seorangpun yang berhak untuk masuk ataupun keluar dari rumah ini tanpa seizinku," tukas Sebastian sembari menatap Ela yang sejak tadi mengacuhkan dirinya.

Ela mendorong kursi rodanya dengan tangan gemetar dan tetap melanjutkan langkahnya walaupun Sebastian memberikan gesture untuk berhenti dan mendengarkan dirinya. Gerakan Ela untuk membuka pintu utama terhenti saat dirinya melihat tangan lain yang menahan pintu untuk terbuka.

"Apa kau tuli? Aku tanya sekali lagi, kau mau kemana?" tanya Sebastian dengan suara tertahan. Melihat Ela yang tidak bereaksi sedikitpun, Sebastian mendorong kursi roda yang di tempati istrinya menuju kamar mereka berdua. Tidak ada perlawanan sedikitpun yang Ela lakukan, karena dirinya merasa sangat lelah menghadapi Sebastian dan pernikahan mereka yang sudah berada di ujung tanduk.

"Sekarang kau tidur saja, jangan berfikir terlalu keras. Aku akan meminta Charles untuk mengembalikan kopermu ke dalam kamar," ucap Sebastian sembari mengecup kening Ela. Setelah Ela tertidur, Sebastian meninggalkannya sendirian di dalam kamar dan segera menyusul Charles yang berada di luar rumah dengan koper Ela di tangannya.

"Charles, kembalikan koper itu ke tempat semula. Dan tolong awasi Ela selama aku tidak ada di rumah," perintah Sebastian yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Charles.

Sebastian meninggalkan rumah dengan perasaan was-was karena meninggalkan Ela sendirian tanpa pengawasan langsung darinya. Walaupun Charles bersedia untuk menjaga istrinya, tetapi hal itu tidak bisa menjadi jaminan bahwa Ela akan baik – baik saja.

**

Beberapa jam setelah kepergian Sebastian, Ela beranjak dari kasurnya dan memasang kaki palsu yang sejak beberapa bulan lalu dia sembunyikan di bawah tempat tidur. Kemudian Ela berjalan dengan perlahan menuju kloset pakaian dan mengambil sebuah tas punggung yang berada di laci rahasia.

Dengan langkah mengendap – endap, Ela keluar dari rumahnya setelah memastikan tidak ada satu pengawal-pun yang berjaga terutama Charles. Ela memutar haluannya menuju taman bunga yang berada di samping kolam renang, setelah memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya Ela segera masuk ke dalam rumah kaca yang berada tepat di tengah – tengah taman.

Degan langkah tergesa, Ela memindahkan beberapa pot bunga dan dirinya mendapati sebuah pintu menuju ruang bawah tanah. Ela mengeluarkan sebuah kunci dengan hati – hati dari saku bajunya dan segera memasukkan kunci itu ke lubang pintu ruang bawah tanah.

Dengan perasaan was-was, Ela melangkahkan kakinya dengan hati – hati menuju ruang bawah tanah yang terlihat sangat gelap. Setelah sampai dibawah, Ela dikejutkan dengan tepukan seseorang tepat di bahunya.

"Kya-." Teriakan Ela terhenti tepat saat dirinya menyadari jika yang menutup mulutnya adalah Angel. Ela pura – pura marah dan menunjukkan ekspresi merajuk pada Angel.