Leo sampai di hotel Borobudur City yang terletak di Jakarta pusat. Sesuai yang sudah dijadwalkan. Kedatangan Leo tentunya telah ditunggu oleh Oskar di lantai 24 hotel tersebut.
Dia naik lift untuk sampai ke sana. Leo datang sendiri tanpa adanya pengawalan.
"Selamat datang kesayanganku," sambut Oskar kegirangan.
Dia dengan sukarela menyambut kehadiran Leo dengan tangan terbuka. Oskar pula yang memghampiri Leo.
Sebelum orang lain memberikannya selamat, maka Oskar ingin menjadi orang yang pertama menghantarkan selamat utuk Leo.
"Terima kasih atas sambutan bos yang sangat meriah ini. Bos tidak usah repot-repot untuk mejemputku seperti ini," kata Leo merendah.
"Kau tidak perlu sungkan. Karena kamu adalah permata yang sangat sepesial," kata Oskar memuji serius.
Leo dan Oskar berpelukan. Leo adalah kesayangan Oskar, karena setiap mendapat tugas darinya Leo selalu menyelesaikannya dengan baik.
Oskar selalu puas dengan kinerja Leo yang cepat dan rapi. Leo tipe orang yang tidak banyak omong, tetapi dia menunjukkannya dengan tindakan dan bukan kata-kata semata.
"Mari! Mari kita makan siang bersama. Tentunya kamu belum makan, bukan?" Oskar mengajak Leo menuju meja makan.
"Tidak. Terima kasih. Saya tidak bisa makan satu meja bersama dengan bos," kata Leo menolak lembut.
"Tidak ada kata tidak. Aku memaksa."
Tidak ada kata membantah yang ingin didengar Oskar. Jika dia sudah menginginkan maka harus terwujudkan.
"Baik," pasrah Leo yang mengikuti kemauan bos-nya saja.
Mereka berjalan bersama menuju meja makan yang sudah disediakan. Ada lima orang pengawal yang menjaga Oskar di sana. Termasuk ada pula Sky yang tidak lain adalah putra dari Oskar.
"Mari, duduklah!" kata Oskar mempersilahkan.
"Terima kasih bos. Tidak usah repot-repot seperti ini. Aku bisa sendiri."
Dilayani dengan baik membuat Leo merasa risih. Bukan tidak mungkin sebab status dirinya adalah bawahan sedangkan Oskar adalah atasannya.
Sering kali Oskar terlalu memanjakannya, yang tentunya menimbulkan kecemburuan bagi Sky.
Sky yang adalah putra dari Oskar pun tidak pernah diperlakukan sebaik itu. Tentu saja Sky selalu iri dengan Leo.
"Ayo silahkan dinikmati!" pinta Oskar.
Leo menggoyangkan kepalanya dan mengambil sedikit makanan yang sudah tersaji di atas meja.
"Tuan muda, mari!" sapa Leo untuk Sky.
"Tidak usah kau berpura-pura baik kepadaku," ketus Sky.
Wajahnya cemberut kesal. Hatinya menggerutu, dan benar-benar merasa sesak makan satu meja yang sama dengan Leo.
Dia meraih beberapa lauk pauk dengan kasar. Sky mengunyah daging ayam pun seperti seseorang yang sedang kelaparan.
"Mari dihabiskan! Jangan sungkan. Semuanya memang sudah disiapkan untukmu, Sayangku."
Perhatian Oskar selalu saja untuk Leo. Sedangkan anaknya yang ada di sana tidak pernah dilihat atau ditanya-tanya.
"Ayah!"
Bruk!
Kesal, kesal, dan kesal. Sky sampai menancapkan pisau dagingnya di atas meja.
"Aku sudah muak dengan drama ini!" menunjuk ke arah ayahnya tanpa malu.
"Duduklah!" pinta Oskar tampak tenang. Emosinya belum ditunjukan. Dia masih menahannya demi menjaga perasaan Leo.
"Tidak akan! Aku tidak ingin lagi satu meja dengan orang seperti dia! Aku sudah muak bersandiwara menjadi orang baik!" hardik Sky yang mulai naik pitam.
"Cukup Sky!" seka Oskar.
"Ada apa ayah? Apakah ayah kesal karena aku tidak menuruti perkataan ayah? Karena Leo ayah tidak pernah peduli denganku!" debat Sky yang sudah keterlalun.
"Sky!" teriak Oskar naik pitam.
Oskar langsung menodongkan senjata api miliknya tepat di kening Sky. Sekali saja dia menarik pelatuknya, maka timah panas itu akan menembus di kepala anaknya.
"Mengapa berhenti ayah? Ayo angkat senjatamu ayah! Bunuh aku dengan tanganmu itu ayah!" tantangnya.
Rasa iri yang menghujam hati Sky membuat dirinya menjadi sosok pemarah. Tentu saja Oskar tidak percaya bahwa anak kandungnya akan berbicara tidak sopan kepada orang tua.
"Sky!"
Oskar hampir menarik pelatuknya, "Tuan!" Leo berteriak dan menahan agar Oskar tidak menarik pelatuknya.
Leo mencoba mererai pertikaian anak dengan orang tuanya tersebut.
"Tahan tuan! Janganlah tuan membunuh Sky. Dia adalah putra tuan satu-satunya. Jika tuan membunuhnya, maka siapa yang akan meneruskan organisasi setan merah setelah tuan nantinya?" ujar Leo menjadi penengah.
Benar kata Leo. Oskar pun berpikir jika Sky terbunuh maka tidak akan ada penurusnya lagi.
"Cukup Leo! Kamu jangan coba-coba untuk bersikap baik kepadaku," bentak Sky tidak suka.
Leo hanya ingin membela Sky di depan Oskar, namun apa yang pemuda itu katakan. Dia sebaliknya tidak menerima pembelaan dari Leo tersebut.
"Aku sudah muak melihat wajahmu itu. Karena dirimulah ayahku tidak lagi mempercayai diriku. Aku anaknya, tetapi kau yang disayang olehnya!"
Dia semakin menambahkan bumbu kesal dalam hatinya terhadap Leo.
"Cukup Sky. Kamu tidak pantas untuk menghina Leo seperti itu. Ya, ayah memang lebih sayang kepadanya, karena ayah sangat mempercayainya. Apa ayah salah?"
"Apa ayah salah? Tentu, ayah salah!" Sky tersulut emosi, sampai dia dengan berani berkata kasar pada ayahnya sendiri.
"Ayah terlalu memanjakan anak jalanan ini! Apa spesialnya seorang sampah seperti dia ini?!"
Plak!
Oskar tidak lagi mentoleransi kata-kata Sky. Satu tamparan melayang sempurna di pipi Sky. Wajahnya sampai memerah karena tamparan tersebut.
"Sudah tuan," tahan Leo.
"Tahan tuan."
Leo mengambil tindakan cepat untuk memisahkan keduanya. Sky yang tidak terima terus saja meraung pada Oskar.
"Cepat bawa dia pergi!"perintah Leo pada pengawal.
Di satu sisi Leo menjaga Oscar untuk tidak menyakiti anaknya. Di sisi lain ada beberapa orang yang mencoba menarik tubuh Sky agar tidak terus-menerus melawan ayahnya.
Sky dibawa keluar meninggalkan area restoran. Dia terus mengoceh dan mengutuk Leo.
"Aku tidak terima diperlakukan seperti ini! Aku akan membalas semua perlakuanmu, Leo!" teriaknya dari kejauhan.
Sky dibawa pergi dari dari sana dan diperlakukan layaknya orang asing, bahkan dirinya sengaja dibuang oleh ayahnya.
Benar-benar diduakan. Pantas saja Sky merasa iri karena perhatian ayahnya memang hanya untuk Leo saja.
"Lepaskan aku." Oskar meminta.
"Maaf tuan," balas Leo melepaskan pegangannya.
"Maafkan atas sikap buruk yang ditunjukan Sky. Aku tidak tahu, mengapa dia berpikir seperti anak kecil?"
"Bukan masalah besar tuan. Aku sangat memahami bagaimana perasaan Sky saat ini. Mungkin dirinya membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya," kata Leo secara bijak.
"Kau benar. Sepertinya aku terlalu menekan dirinya," jawab Oskar.
Ada rasa bersalah dari seorang Oskar yang terkenal tidak memiliki hati. Dia baru kali ini melihat Sky semarah itu. Biasanya Sky tidak terlalu emosi seperti ini.
Mungkinkah dirinya terlalu menekan putranya sendiri?
"Baiklah. Lupakan saja dia. Sebaiknya kita lanjutkan saja makan siang kita. Mari!" ajak Oskar kembali.
Mereka memang sedang makan bersama, karena ada insiden kecil yang dibuat oleh Sky, membuat acara makan siang menjadi kacau.
"Silahkan!" kembali Oskar mempersilahkan Leo untuk mengambil makanannya.
"Ya."
Leo menganggut dan perlaham mulai mengambil beberapa lauk pauk. Mereka makan bersama sesuai yang sudah direncanakan sebelumnya.
Meskipun Sky tidak ada, akan tetapi semuanya berjalan dengan lancar.
Oskar sudah tidak memperdulikan Sky. Jika ada Leo maka Sky tidak perlu dipikirkan.
***
Di sisi berbeda. Sky tengah mengemudi seorang diri di jalan. Dia terus menggerutu dan mengomel seorang diri.
"Leo, Leo, Leo, Leo!"
"Leo melakukan ini! Leo melalukan itu! Apa-apa Leo. Leo, Leo dan Leo. Hanya ada Leo yang ada dipikiran ayah."
"Aku heran pada ayah. Sebenarnya apa yang hebat dari si Leo? Dia hanya anak yatim piatu yang ayah dimukan di jalan," kesalnya.
Dia terus mengomel sendiri. Sky pula menirukan gaya ayahnya saat sedang memuji Leo di depannya.
"Apa tidak kesal setiap hari mendengar, Leo, Leo, Leo dan Leo? Apakah di dunia ini hanya Leo saja yang hebat?!"
"Leo kamu sangat keren. Kamu memang kesayanganku," ulangnya menirukan perkataan yang sering Oskar pakai.
Entah berapa kali Sky menyebut nama Leo? Dia terlalu marah kepada pria yang menurutnya tidaklah sehebat yang ayahnya pikirkan.
"Lihat saja. Aku akan buktikan pada ayah, bahwa aku juga hebat. Aku akan berusaha untuk merebut kembali kepercayaan ayah. Bukan hanya Leo saja yang keren. Aku pun sama," pujinya sendiri.
"Awas kamu Leo. Aku akan membuatmu menghilang dari kehidupan ayahku untuk selama-lamanya," gerundelnya.
Sky pun fokus kembali pada jalan, meskipun hatinya masih merasa kesal. Setidaknya dia sudah melepaskan sebagian unek-uneknya.
****