webnovel

Empat bulan kemudian

Jam istirahat Jessica memilih diam di kelas sambil membaca buku, gadis itu tidak merasa lapar karena sebelum ke sekolah dia dan Carlos sarapan bersama.

Karena hobi membaca makanya Carlos sering membelikan buku untuknya. Lagi asik baca, tiba-tiba guru wali kelasnya masuk.

"Jessica, kamu di tunggu guru olahraga di ruang kesehatan." Jessica menghentikan baca buku lalu mengangkat kepala melihat bu Endang sedang berdiri di depan kelas.

"Sekarang, Bu?" tanya Jessica seraya menutup buku bacaan dan berpikir mengapa guru olahraga menyuruhnya ke ruang kesehatan.

"Iya sekarang, Jessi," jawab bu guru kemudian Jessica memasukan kembali buku ke dalam tas.

"Baik, Bu." Jessica berdiri dan keluar dari kelas dan pergi ke ruang kesehatan, di depan pintu dia melihat ada Tini, Guru olahrga serta seorang pria sedang berbincang.

Jessica masuk dan menghampiri Tini, sementara pak guru melihat ke arah Jessica lalu tersenyum. Seketika Jessica berbisik kepada Tini.

"Ada apa Tin?" tanya Jessica dengan suara yang pelan.

"Aku gak tau, Jess," jawab Tini sambil memperhatikan guru olahraga dengan temannya. Lalu Pak guru bersama pria itu mendekati Jessica dan Tini.

"Jessica, Tini, ini Coach Soni dia pelatih voli." Jessica dan Tini saling tatap kemudian tersenyum dan menyalami Coach Soni.

"Coach," panggil pak guru. "Mereka berdua ini yang saya bicarakan itu." Jessica dan Tini kembali saling pandang dan mengedikkan bahu.

"Jessica, Tini. Pak Guru menceritakan pada Coach tentang kamu berdua karena kebetulan Coach Soni lagi mencari pemain, bulan depan ada pertandingan voli antar Bank," info pak guru.

"Jadi Bapak merekomendasikan kalian berdua." Jessica dan Tini menjadi mengerti lalu tersenyum.

"Iya benar apa yang di katakan pak guru kalian," ujar Coach Soni sambil tersenyum. "Kalian mau?" Jessica dan Tini masih diam dan berpikir.

"Tapi aku belum hebat, Pak," jawab Jessica dengan bercanda.

"Aku juga," sambung Tini.

"Jangan pikirkan itu, nantikan ada latihan. Jessica tingginya berapa?" tanya Coach sambil memperhatikan tubuh Jessica.

"Dulunya 165cm, Pak. Kalau sekarang aku tidak tahu." Coach Soni menggaruk dagunya yang tidak gatal lalu dia melihat alat pengukur tiggi badan di dinding.

"Coba kesini ukur tinggi badan kamu." Jessica berdiri dan bersandar di dinding yang ada ukuran lalu pak guru mengukur tinggi badan gadis itu.

"Tingginya 168 cm," kata pak gurunlalu coach Soni membelalakan mata.

"Lumayan tinggi, umur kamu sekarang berapa, Jess?" tanya Coach.

"Lima belas." Coach Soni terkejut.

"Hah? lima belas?" Coach mengerutkan dahinya. "Umur lima belas tahun dengan tinggi badan 168 itu sudah termasuk tinggi dan itu pasti akan bertambah lagi." Coach menggeleng-gelengkan kepala. "Apalagi kamu sering olahraga." Jessica hanya tersenyum mendengar apa yang di katakan pria itu.

"Aduh, jangan sampai, Coach. Kalau terlalu tinggi gak ada cowok yang mau," canda Jessica sambil menyengir.

Coach dan pak guru ikut tertawa, begitu juga dengan Tini lalu menepuk bahu Jessica karena candaan gadis itu.

"Kalau Tini tingginya berapa?" tanya Coach sambil mengalihkan pandangannya kepada Tini.

"170cm, Coach." Kembali Coach terperangah.

"Tinggi ya, umur berapa sekarang?" Coach ingin tahu apakah dia seumuran dengan Jessica.

"Aku umur 16 Tahun," jawab Tini sambil melirik Jessica.

"Ohh lebih tua setahun dari Jessica ya." Tini menganggukan kepala dan tersenyum.

"Um … begini. Kalau Jessica dan Tini berminat, sebentar sore akan ada latihan di gedung olahraga. Kalian boleh datang kesana." Jessica dan Tini saling tatap.

Sepertinya tawaran yang menggiurkan apalagi Jessica sudah lama tidak ikut pertandingan, ini akan mengasa kembali kehebatannya dalam bermain voli.

"Aku harap kalian berdua bisa bergabung karena aku masih kekurangan pemain." Jessica dan Tini memikirkan penawaran coach.

"Baiklah, akan aku pikirkan," jawab Jessica lalu lonceng berbunyi. Jessica dan Tini meninggalkan ruang kesehatan dan kembali ke kelas masing-masing.

Jessica masuk ke kelas dan menghadap Guru walinya. " Maaf Bu terlambat masuk," ucap Jessica lalu bu Endang tersenyum dan menganggukan kepala.

"Tidak apa apa, Jessica. Duduk saja." Bu Endang memang sangat baik dan akrab dengan murid, makanya banyak yang sayang kepadanya.

Jessica berjalan ke tempat duduk lalu Lia memandangnya dengan heran. Melihat tatapan Lia seperti itu Jessica mengerutkan dahinya.

"Kenapa melihatku begitu?" tanya Jessica dengan suara berbisik.

"Kamu dari mana, kenapa telat masuk?" Jessica menutup mulut sambil cekikikan melihat wajah Lia seperti itu.

"Tadi aku di panggil guru olahraga," sahut Jessica seraya mengambil buku dari dalam tas dan meletakan di meja.

"Memang kenapa?" tanya Lia dengan suara berbisik ingin tahu kenapa teman sebangkunya di panggil.

"Ich ... mau tau aja," ledek Jessica seraya mendorong dengan pelan tangan Lia.

"Ah, dasar," desis Lia sambil tertawa cekikan.

Jam sekolah usai, Jessica memasukan buku ke dalam tasn. Dia melihat Andrew sedang berjalan menghampirinya lalu duduk di atas meja.

"Jess, tadi kamu kemana? Aku bawain minum tapi kamu gak di kelas," tanya Andrew. Jessica melepaskan kembali tas punggungnya kemudian duduk.

"Tadi aku keruang kesehatan," jawab Jessica seraya melihat jam di pergelagan tangan. Dia ingin cepat pulang karena ada yang akan dia kerjakan.

"Kenapa, kamu sakit?" Sekali lagi Andrew bertanya, tapi Jessica menggelengkan kepala.

"Nggak, tadi Guru olahraga memanggil aku dan Tini bertemu dengan teman pelatihnya, dia mengajak aku dan Tini untuk ikut pertandingan voli," jelas Jessica lalu Andrew menganggukan kepala.

"Oh … begitu?" gumam Andrew. "Terus kalian mau?" Jessica melengkungkan bibirnya dan berpikir.

"Tergantung Tini, kalau dia mau aku juga mau," jawab Jessica sambil duduk di kursi. Tiba tiba Tini masuk kedalam kelas, Jessica langsung berdiri dan tersenyum kepada gadis itu.

"Hi … Jess, Ndrew," sapa Tini seraya berjalan menghampiri Jessica dan Andrew. "Jess, bagaimana? Kamu mau ikut?"

"Kamunya mau gak?" tanya Jessica balik. Jessica mau ikut tapi tidak ingin sendiri karena dia baru di Jakarta.

"Kita coba aja yuk," ajak Tini. Jessica langsung setuju karena Tini juga mau.

"Ok, jam berapa kita kesana?" Tini melihat jam di pergelangan tangannya.

"Bagaima kalau jam empat aja?" tanya Tini lalu Jessica menganggukan kepala. Sedangkan Andrew dia hanya diam melihat kedua temannya itu berbincang.

"Ok kalau begitu kita pulang dulu." Mereka bertiga berjalan menuju gerbang sekolah, Tini sudah mendapat jemputan. Sedangkan Jessica pulang bersama Andrew.

"Makasi ya, Ndrew," ucap Jessica seraya saat mereka tiba di depan lobby aparteman. Jessica memberikan helm kepada Andrew.

"Iya sama-sama, nanti sebentar aku anterin ya." Jessica berpikir sejenak dengan penawaran Andrew.

"Um, tidak merepotkanmu?" tanya Jessica dengan memicingkan mata lalu Andrew tertawa.

" Untuk seorang Jessica kemanapun aku anterin," canda Andrew dengan terseyum nakal.

"Dasar!" desis Jessica sambil mendorong pelan wajah Andrew. "Baiklah, jangan lupa jam empat ya."

"Siap bu, Boss," canda Andrew sambil mengedipkan mata kanannya. Jessica tertawa lalu mencubit perut temannya itu.

"Auww sakit, Jess," rintih Andrew sambil melepaskan tangan Jessica.

Jessica hanya tertawa lalu masuk ke apartemen, dia langsung menuju ke kamar, dan mencari celana traning miliknya. Oh ini dia, gumam Jessica lalu meletakannya di atas tempat tidur kemudian pergi mandi.

Jessica keluar kamar lalu pergi ke dapur, dia mengambil mesin juicer dan membuat juice semangka di mix dengan jeruk nipis. "Udara panas perlu yang segar-segar," gumamnya sambil melayangkan pandang keluar jendela.

Selesai membuat juice dia kembali ke atas dan meletakkan gelas itu di atas meja, kemudian masuk ke kamar. Jessica mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Carlos.

"Hi, Carlos. Aku akan pergi latihan voli. Mungkin aku akan pulang telat." Lalu memberikan emoticon smile. Sambil menunggu balasan dari Carlos, Jessica mengganti pakainnya. Dia memakai celana training dan kaos.

Jessica kembali memeriksa ponsel, dia ingin melihat kalau pesannya sudah di bacah Carlos atau belum. Hmmm belum dibaca, mungkin Carlos lagi sibuk.

Jessica melihat jam di meja menunjukan 15:30, dia mengambil sepatu dan memakainya, lalu meminum juicenya sampai habis. Jessica mengambil tas punggung kemudian turun ke lobby.

Jessica duduk dan memeriksa ponsel, melihat kalau pesannya sudah di baca atau belum tapi belum di baca juga oleh Carlos.

Terdengar bunyi klakson di luar, Jessica berdiri berjalan menghampiri Andrew. Dia naik ke atas motor lalu Andrew mengantarnya ke gedung olahraga.

Mereka berdua tiba, Jessica turun lalu masuk ke dalam gedung, dia mencari Tini tapi gadis itu belum juga datang. Di dalam hanya ada beberapa orang saja, pelatihnya juga belum terlihat di dalam gedung.

Jessica dan Andrew duduk di bangku sambil menunggu Tini, lalu Andrew melihat gadis itu masuk dari pintu seberang.

"Jess, itu Tini." Jessica melambaikan tangan pada Tini lalu gadis itu berlarian menghampiri Jessica dan Andrew.

"Hi, kalian sudah dari tadi?" tanya Tini seraya duduk dekat Jessica

"Kami juga baru tiba," jawab Jessica. "Sepertinya pelatih belum juga datang, Tin." Tini melihat di lapangan hanya beberapa orang saja.

"Kalau begitu kita tunggu saja," ujar Tini. Tidak lama kemudian pelatih Soni datang. Dia tiba bersama beberapa pemain.

Pelatih melihat Jessica dan Tini lalu memanggil mereka untuk bergabung bersama pemain yang lain. Pelatih memperkenalkan Jessica dan Tini kepada rekan yang lain. Kemudian coach memberikan briefing kepada mereka.

Selesai briefing pelatih membagi mereka menjadi dua tim untuk saling berhadapan. Kali ini Soni tidak memberikan latihan tapi langsung disuruh bermain. Tim Jessica yaitu Tini, Maya , Etha , Fanya dan Angel.

Coach memberikan bola kepada tim lawan, lalu tim lawan melakukan service. Fanya menerima bola dan langsung mengumpan bola pada Tini.

Tini melakukan pukulan smash tapi masih diterima oleh pihak lawan. Tim lawan memberikan umpan pada rekannya lalu salah satu dari mereka melakukan smash. Jessica dan Angel melompat untuk melakukan block tapi bolah jatuh ke dalam area mereka sendiri.

Tim lawan masih melakukan service, bola di terima Tini. Bermaksud mengumpan bola pada Maya tapi langsung di sambar oleh Jessica dengan pukulan smash yang kencang sehingga bola jatuh tepat di tengah area lawan.

Mereka saling menunjukan kehebatan masing-masing, pelatih memperhatikan cara mereka bermain. Tapi dia lebih kagum melihat Tini dan Jessica, mereka begitu semangat. Soni menyudahi permainan dan menyuruh mereka berkumpul.

"Untuk hari ini cukup, kita lanjutkan besok," ucap pelatih lalu mereka membubarkan diri. Tini dan Jessica berjalan ke arah Andrew, tapi pelatih memanggil mereka berdua.

"Besok kalian berdua datang lagi ya, aku suka melihat cara kalian bermain," puji pelatih. Jessica dan Tini saling pandang lalu tersenyum.

"Sekarang kalian boleh pulang, sudah hampir malam." Jessica dan Tini pergi menghampiri Andrew lalu mengajaknya pulang.

Terima kasih