webnovel

Bab 6

Setelah kami masuk ke dalam rumah. Rupanya pak ustadz melihat sosok perempuan itu sedang menangis duduk di atas atap teras rumah kami.

*****

Di dalam rumah....

"A, kok bisa tau ya pak ustadz itu tentang apa yang kita alami di sini?" Tanya Mala.

"Iya, aneh." Ujar Ima.

"Mungkin saja pak ustadz itu khasab. Bisa mengetahui dan bisa melihat makhluk halus yang sedang mengganggu kita." Jawab ku.

Di tengah perbincangan kami. Tiba-tiba ada yang mengetuk rumah kami.

"Tok tok tok."

"Iya, sebentar." Sahut Mala. Dan Mala pun ingin beranjak ke luar dari kamar untuk membukai pintu. Tapi, ku tahan langkah kaki Mala.

"Tunggu.... Jangan dibukain dulu, La."

"Kenapa, A?"

"Kita intip aja dulu. Takutnya bukan manusia yang mengetuk pintu rumah kita."

"Benar juga." Kata Ima.

"Jangan-jangan si pemegang sapu yang mengetuk pintu rumah kita." Tambahnya lagi.

Mala pun akhirnya mengurungkan niatnya. Segera ku tutup dan ku kunci pintu kamar ku.

"Kita dalam kamar saja. Jangan ke mana-mana." Pinta ku.

Ternyata bunyi ketukan itu berpindah ke jendela kamar ku. Ima pun ku suruh mengintip.

"Coba intip, Im. Siapa yang mengetuk jendela kamar kita?"

Ima pun mengintipnya. "Oh.... Pak ustadz ternyata, A."

"Kita bukain aja, A. Kasihan pak ustadz kelamaan menunggu di luar." Ujar Ima lagi.

"Masa sih, Im?" Tanya ku keheranan.

"Iya, A." Jawab Ima. "Coba Aa intip lagi deh kalau nggak percaya." Suruh Ima.

"Aku aja yang mengintip." Ujar Mala menawarkan diri.

"Iya benar, A. Pak ustadz lagi ada di luar."

"Masa sih?"

"Iya, A." Serentak mereka mengatakannya ke pada ku.

"Rasa aneh aja sih. Kalau pak ustadz yang datang, kenapa tidak terdengar suara motornya?"

"Dan kenapa pak ustadz tidak mengucapkan salam ketika mengetuk pintu?"

Mereka berdua terdiam dan ikut merasa aneh.

"Coba sini aku yang mengintip." Aku pun akhirnya ikut mengintip juga. Sebenarnya males banget harus melihat sosok yang aneh-aneh lagi.

"Astaghfirullah.... Sandy?" Kaget ku. Dan segera menjauh dari jendela.

"Sandy????" Mala dan Ima pun ikut kaget.

"Masa sih, A?"

"Iya, coba intip saja kalian." Suruh ku.

"Nggak ah, aku nggak mau." Ujar Ima.

Di tengah ketakutan kami. Tiba-tiba ketukan pintu jendala kamar ku terdengar lagi. Ketukan itu semakin membuat kami takut. Sedari tadi mulut kami berkomat kamit membaca surah-surah pendek kitab suci Al-qur'an yang kami hapal.

Akhirnya ketukan itu hilang. Kami pun dapat bernafas lega tanpa harus ketakutan lagi.

"Kita tidur, yuk?" Ajak ku ke pada adik-adik ku.

"Nanti kalau mau pipis, kita bertiga harus berbarengan. Jangan ada yang bertinggal salah satu dari kita."

"Loh, kenapa kek gitu, A? Tanya Mala.

"Takutnya akan terjadi kejadian yang sama waktu Ima dicekik oleh arwahnya Sandy, La."

"Benar juga. A." Ujar Mala.

"Yuk kita tidur." Ajak ku lagi.

*****

"Aduuuuhhhh.... Kebelet pipis." Aku terbangun tengah malam.

Aku pun membangunkan ke dua adik-adik ku, Ima dan Mala. Tapi, mereka tidak bangun bahkan tidak bergerak sama sekali.

"Aneh.... Tidur kok seperti tidur mati."

"Aduhhh.... Sudah nggak tahan lagi." Aku pun segera berlari menuju Wc.

Selesai pipis, ketika ingin menuju kamar ku, aku mendengar suara kegaduhan di kamar Mala.

"Siapa sih yang ribut-ribut itu?"

"Pasti Mala sama Ima?"

"Ngapain juga mereka tengah malam bikin kegaduhan? Bisa mengganggu tetangga sekitar nanti."

"Haduuuuhhhh...." 

Aku pun menuju kamar Mala. Tapi, baru beberapa langkah ku terhenti. Aku balik lagi ke kamar ku untuk mengambil hp. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat kedua adik ku itu sedang nyenyak-nyenyaknya tidur.

"Lalu siapa yang bikin kegaduhan di Kamar Mala?"

Berani nggak berani, takut nggak takut, aku harus tetap memberanikan diri mengecek ke kamar Mala walau dengan rasa takut. Khawatirnya ada maling yang menyelinap masuk ke dalam rumah kami

Pelan-pelan aku melangkahkan kaki menuju kamar Mala. Ingin sekali aku mengintip apa yang terjadi di kamar Mala. Tapi, aku tidak bisa karna aku tidak menemukan satu celah lubang pun dari kamar Mala.

"Apa aku mesti ke luar rumah untuk mengintipnya?"

"Ah, tidak mungkin. Inikan tengah malam dan takutnya ada tetangga yang melihat ku."

"Ah, sebaiknya aku mendengarkan kegaduhan ini dari balik pintu saja." Ucap ku dalam hati.

Kegaduhan demi kegaduhan semakin terdengar nyaring. Suara seorang perempuan dan seorang laki-laki.

"Sepertinya ini bukan maling deh."

"Lalu siapa?" Tanya ku dalam hati.

Dari saling bercanda, kemudian saling bermesraan berkasih sayang, lalu terjadi pertengkaran kecil hingga melebar jadi perkelahian yang saling baku hantam. Sampai akhirnya aku mendengar suara hantaman keras ke lantai dengan diiringi suara rintihan kesakitan dari sang wanita.

"Aduuuuhhh.... Sakiiiitttt...."

"Ampun Sandy...."

"Sandy?" Aku terkejut mendengar nama itu.

"Sandy????" 

"Aduuuhhhh.... Tolong hentikan, Sandy....!!!!"

"Sakiiiiitttt, Sandy...."

"Ampun Sandy....."

Sepertinya Sandy tidak ingin menghentikan hantamannya ke pada wanita itu.

"Hiks hiks hiks...."

"Bunuh saja aku, Sandy."

"Matiin saja aku....!!!!" Wanita itu meronta.

"Aaaarrrrrrkkkkkk...." Teriak Sandy.

"Aku minta maaf, Sa."

"Aku janji tidak akan kasar lagi sama kamu, Sa."

"Sa?"

"Rupanya nama perempuan itu Sa. Tapi, Sa siapa ya?" Tanya ku dalam hati.

"Aku sayang banget sama kamu Elissa." Ujar Sandy.

"Owh.... Elissa namanya."

Aku sudah mengetahui namanya tapi aku belum pernah melihat wajah Elissa. Permasalahan apa sih yang membuat mereka berantem besar seperti ini? Dan apakah mereka sepasang suami istri atau hanya sepasang kekasih saja?

Tiba-tiba Sandy membuka kunci pintu kamar Mala. Aku segera bersembunyi. Rupanya mereka berdua ke belakang. Tak lama berselang, mereka kembali lagi masuk ke kamar. Tapi, cuma sebentar, kemudia mereka pergi keluar rumah.

Ketika mereka sudah pergi, aku pun segera memasuki kamar Mala. Suasana kamar yang berbeda, bahkan susunan dan tatanan barang-barang di kamar Mala sangat berbeda dari kamar Mala.

Kamar bernuasa cowok. Dipenuhi dengan stiker dan poster-poster motor, mobil, dan pemain sepak bola.

"Mungkin ini dulunya kamarnya Sandy. Dan dia tinggal di rumah ini bersama istrinya si Elissa."

Ku cermati seluruh penjuru kamarnya Sandy. Aku masih penasaran dengan wajah Elissa. Seperti apa sih? Tapi, tak ada ku temukan satu pun foto Elissa di kamar ini.

Ku putuskan untuk kembali ke kamar ku sebelum Sandy dan Elissa kembali ke rumah ini. Baru beberapa menit aku berada di kamar ku, ternyata mereka, Sandy dan Elissa sudah datang. Kedatangan mereka dengan saling membawa emosi. Bahkan mereka ribut di ruang tamu.

"Dasar wanita murahan, tukang selingkuh." Hina Sandy ke pada Elissa.

"Ku tegaskan sekali lagi...! Aku bukan wanita murahan dan ingat...! Aku juga tidak selingkuh." Tegas Elissa.

"Alaaahhhh.... Masih saja kamu berkelak, Sa. Nyata-nyata sudah ada buktinya kamu selingkuh."

"Bukti apa, Dy? Bukti apa hah?"

"Kamunya aja yang cemburuan, Dy."

"Toxic kamu itu, Dy."

"Kelewatan....!!!!"

******

Yuk baca juga cerita novel ku yang lain. Cek profil ku ya untuk mengetahui novel-novel ku.