Saat ujian kedua, guru pengawas langsung berdiri di belakang Zi Yi dia membelalakan matanya untuk melihat Zi Yi menulis jawaban.
Yang lain menatapnya dengan tatapan kasihan.
Orang ini mengumpulkan jawaban dalam waktu setengah jam pada ujian sebelumnya hal ini pasti menimbulkan rasa tidak senang dari guru pengawas.
Tepat saat semua orang membayangkan jika Zi Yi akan didiskualifikasi dari ujian, guru pengawas tiba-tiba bertanya, "Murid Zi, kamu sudah mau mengumpulkan jawaban?"
"Iya." Zi Yi menutup pensilnya dengan penutupnya kemudian langsung berdiri setelah mengemasi kotak pensilnya.
Guru pengawasnya minggir sedikit lalu secara khusus mengingatkan padanya saat dia hendak pergi, "Ujian di siang hari dimulai dari jam 2. Kamu jangan terlambat."
"Baik."
Semua orang, "..."
Kenapa kejadiannya tidak seperti yang mereka bayangkan?
Ketika Zi Yi berjalan keluar dari gedung ujian, waktu baru menunjukkan pukul setengah sebelas. Dia mengeluarkan ponselnya kemudian mengaktifkannya, langsung muncul beberapa panggilan tak terjawab.
Ada panggilan telepon dari Li Peirong dan juga He Fei.
Zi Yi melihatnya sekilas ketika hendak menyimpan ponselnya, tiba-tiba ada panggilan telepon dari Li Peirong lagi.
Zi Yi menggeser tombol jawab panggilan.
Kemudian, terdengar suara Li Peirong yang penuh dengan kepedulian, "Yiyi, aku dengar dari sopir kamu pergi berbelanja. Kamu belanja di mana? Kenapa sebelumnya kamu tidak mengangkat telepon ibu? Kamu ini tidak pulang sepanjang malam, apa mau membuat ibu cemas sampai mati?"
Zi Yi merinding sejenak, dia berpikir bahwa meskipun manusia bumi di zaman kuno tidak menyukai seseorang, tetapi mereka masih bisa berpura-pura untuk peduli.
Benar-benar salut.
Zi Yi masih belum berbicara, Li Peirong pun melanjutkan ucapannya lagi, "Yiyi, kamu juga jangan menyalahkan ayahmu. Dalam dua hari ini, suasana hatinya tidak baik sehingga sedikit keras saat berbicara."
Zi Yi tiba-tiba terpikir tentang sesuatu dan langsung bertanya, "Bukankah kalian bilang akan pulang hari ini? Kenapa belum pergi?"
Li Peirong terdiam sejenak di panggilan telepon lalu berkata, "Kamu bahkan belum pulang, bagaimana mungkin kami bisa pulang?"
Zi Yi tidak percaya sehingga dia hanya merespon dengan kata 'Oh' saja kemudian berkata, "Aku tutup teleponnya jika tidak ada urusan lain."
Li Peirong terburu-buru memanggilnya, "Yiyi, kapan kamu pulang?"
Li Peirong tidak memintanya segera pulang dan juga tidak bilang betapa marahnya Zi Xu sekarang. Zi Yi sudah tahu bahwa pasti telah terjadi sesuatu.
Benar saja, Li Peirong memberitahunya lagi, "Kami masih akan tinggal di Ibukota Di selama dua hari. Pulanglah lebih awal."
Setelah mendengar perkataan ini, Zi Yi merespon dengan 'Um' kemudian menutup panggilan telepon.
Kemudian, dia langsung menguraikan riwayat panggilan telepon milik Zi Xu, lalu memeriksa rekaman telepon dari semalam sampai hari ini.
Pagi ini, Zi Xu menerima panggilan telepon dari Keluarga He. Ternyata Tuan kedua keluarga He yang meneleponnya secara langsung.
Tuan Kedua keluarga He mengundangnya untuk minum teh.
Setelah selesai mendengar rekaman panggilan telepon, Zi Yi menyipitkan matanya.
Tuan kedua keluarga He tiba-tiba menelepon Zi Xu, apa penyebabnya?
Zi Yi benar-benar tidak dapat memikirkan strategi yang dibuat oleh orang zaman kuno sehingga dia berencana untuk tidak memikirkannya lagi.
Sekarang masih pagi, dia pun memutuskan untuk melihat rumah di sekitar Universitas Ibukota Di.
Karena ke depannya dia akan belajar di sini, maka dia pasti harus memiliki rumah.
Ada banyak agen real estate di sekitar Universitas Ibukota Di.
Setelah memeriksa di internet agen real estate mana yang lebih dapat diandalkan, Zi Yi kemudian masuk ke sebuah agen real estate bernama 'Ya Zhi'.
Kebetulan ada ibu dan anak yang sedang melihat rumah di dalam. Wanita paruh baya itu memakai perhiasan emas dan perak, sedangkan laki-lakinya itu tidak terlalu tua dia juga mengenakan benda merk terkenal. Dalam sekali lihat, dapat diketahui jika mereka adalah tipe orang yang tiba-tiba kaya.
Ketika Zi Yi berjalan masuk ke dalam, kebetulan dia mendengar wanita paruh baya itu bertanya pada salesman dengan tidak senang, "Yang aku mau itu villa. Untuk apa kamu mempromosikan rumah yang dilengkapi dengan halaman seperti ini kepadaku?! Apa kamu merasa aku tidak mampu membeli villa?!"
Ucapan ini membuat salesman yang berdiri di tempat lain itu menatap wanita paruh baya dengan tatapan aneh.
Kemudian, hanya terdengar suara salesman yang berbicara dengan menggunakan nada bicara yang aneh, "Nyonya, saya merekomendasikan rumah termahal di sini berdasarkan permintaan Anda. Harga penjualan rumah ini adalah 1,5 miliar."