webnovel

Devil CEO and Stronger Girl

Gerand Yosefa, seorang yang ambisius dan perfectsionis dalam hal apapun. Pemilik perusahaan Yosefa corp yang bergerak di bidang produksi barang elektronik. Gerand tidak suka terhadap kesalahan sekecil apapun, hingga tak tanggung-tanggung akan memecat siapapun yang berbuat salah pada perusahaannya. Gerand yang terkenal kejam di seluruh dunia perbisnisan kelam yang ia geluti. Motto hidup gerand adalah mati atau tidak. Hingga ambillah sebuah keputusan. Lalu selanjutnya, Regianis. Seorang perempuan yang pandai dalam beladiri dan merupakan mahasiswi pintar dalam kampusnya. Lulus dengan predikat cumlaude pada universitas ternama. Keduanya bertemu saat Regianis melamar jadi sekretaris. Bisa bayangkan Gerand yang seorang player perempuan menjebak Regianis di ranjang? Apa yang akan terjadi jika pribadi yang sama-sama tangguh dipersatukan? Devil vs evil. Gerand membenci perempuan hingga membuat ia memperkerjakan lelaki sebagai sekretarisnya. Namun setelah menerima Regianis, justru terobsesi menghancurkan orang tersebut sebab Gerand sudah lama menyukai Regi. Kill is love! Mampukah Regi bertahan saat ia mau tak mau menikah dengan sang CEO sebab hamil diluar nikah? Namun pada akhirnya Regi memilih pergi saat ia tengah mengandung. Bisakah semua baik seperti awal?

Raein23_Raein · Urban
Not enough ratings
153 Chs

Hari Pertama

"Anda akan menyesal berurusan denganku. Itulah yang akan terjadi, sayang."

Gerand Yosefa.

***

Pagi ini Regi akan memulai hari pertama bekerja. Perempuan tersebut terlihat sangat cantik, riasan natural yang terlihat berbeda dari sekretaris pada umumnya.

Tidak ketat, sexy dan tipis.

Tidak ada yang namanya memakai pakaian terbuka atau semacamnya.

Regi tetap menjadi dirinya sendiri dengan penampilan sederhana.

Saat Regi tiba, orang itu langsung masuk dan berjalan santai. Sekarang baru jam 6:30.

Terlalu cepat?

Seorang Regi terbiasa datang cepat. Tanggap dalam bertindak.

Perempuan itu tersenyum saat melihat pintu ruangan yang berada tepat di hadapannya.

Nice. Apa yang dia mau sejak SMP akhirnya menjadi kenyataan.

Belum ada yang datang. Tentu, Regi ke pagi-pagi sekali. Untunglah gerbang kantor sudah terbuka.

Jadwal kantornya sendiri baru dimulai pukul 08.00.

Terlalu cepat, tidak. Ada beberapa hal yang dilakukannya selain tidak ingin datang terlambat. Yaitu membereskan ruangan.

"Hah..."

Regi tersenyum saat dia duduk. Hari pertama adalah yang terbaik. Perempuan itu baru saja selesai merapikan meja yang akan ia tempati selama bekerja di Yosefa Corp.

"Oh, menyiapkan kopi, ah tidak, itu terlalu cepat. Lalu bersihkan ruangan CEO."

"Eh wait, aku sekretaris bukan petugas kebersihan. Tidak apa-apa, membereskan meja sendiri saja sudah cukup. Aku juga harus merapikan barang-barang yang lain," gumam Regi.

Benar ia langsung bergerak menyusun sebuah kotak kecil yang dibawanya.

Ini akan menjadi kesan terbaik dalam hidup. Pekerjaan pertama, the first.

Sekitar 30 menit kemudian wanita tersebut akhirnya selesai dengan aktivitas merapikan barang-barang. Senyuman terukir indah.

"Ehem."

Mata perempuan itu pun langsung menatap seseorang yang tengah menatap lurus ke arahnya.

"Selamat pagi Pak," kata Regi setelahnya membungkuk singkat.

"Apa yang kau lakukan, ingin pindah?"

Ingin cemberut namun harus ditahan.

"Tidak, saya membereskan barang-barang Pak," jawab Regi tersenyum ramah.

Bahkan setelah yang terjadi antara dia dan sang atasan, tetap tidak membuat Regi merasa buruk. Hari pertama kerja tetaplah yang terbaik.

"Ikuta ke ruanganku."

"Lho, biasanya Tuan datang cepat?"

Samar-samar Regi mendengar dengusaan Gerand.

"Ikut saja denganku dan jangan banyak tanya," kata Gerand singkat.

Tanpa memikirkan apapun Regi ikut atasannya pergi. Mereka sedang dalam perjalanan ke ruangan khusus CEO.

"Silahkan duduk."

Regi menatap bingung makanan yang tersusun rapi. Apakah hal yang ia lihat semacam pesta kecil penyambutan hari pertama ia bekerja?

Seorang CEO seperti Gerand Yosefa mengadakan pesta penyambutan?

Tak wajar, patut diwaspadai. Oleh sebab itu segera terlintas di benak Regi berbagai macam pikiran buruk mengenai atasannya tersebut.

"Pesta selamat datang atau apa, Pak?" tanya Regi sambil melihat lurus.

"Apakah kamu akan terus berada di sana, tidak ingin duduk?"

Regi berkedip perlahan seolah-olah berkata 'what do you mean?'

Regi tahu ia disuruh duduk, namun ada yang mengganjal.

Setelah perang dengan orang sendiri, pada akhirnya ia langsung duduk, sesekali memandangi makanan dan minuman yang disajikan satu persatu.

Sebuah jebakan, Regi langsung berpikir seperti itu. Pasti ada motif tersembunyi dibalik sikap CEO yang terkenal tidak berperasaan ini. Untuk itu dia harus waspada.

"Silahkan makan."

Regi pun langsung mengalihkan pandangan saat melihat sang atasan memakan salah satu hidangan yang tersedia.

Ada rasa aneh saat Regi melihat pemandangan tersebut. Contoh, erotis...?

"Ah..., maaf Pak, saya sudah sarapan. Terima kasih banyak untuk makanan ini tapi saya tidak bisa."

"Perintahku mutlak. Jadi makanlah."

Regi spontan meringis mendengar perkataan Gerand.

Apa-apaan ini, 'kamu harus?'

Mutlak. Jelas bahwa orang ini sedang mempersiapkan sesuatu yang sangat rumit.

Sejenis jebakan Batman.

"Aku akan menemanimu sarapan," kata Regi, masih sempat tersenyum sejenak.

Baginya itulah pilihan terbaik dan teraman.

"Saya tidak mengundang Anda untuk menemani. Saya mengundang untuk makan. Apa yang Anda takutkan, nona Regianis?"

Regi menatap aneh, seringan itu otak cerdasnya langsung berputar mencari alasan logis.

"Takut gemuk, dan…, jebakan. Maaf kalau saya kasar pak. Hanya saja gerak tubuh Anda sangat mencurigakan… jadi, makanlah sendiri."

Tepat setelah mengatakan itu Regianis mengangkat bahu singkat.

"Bagus, baru kali ini ada yang menolak tawaranku dan tidak melakukan yang ku perintahkan," kata Gerand sambil tetap makan.

Ekspresinya masih seperti biasa, tenang dan misterius. Tidak ada perubahan apapun selain sesekali berdecak kesal. Mengekspresikan rasa kecewa.

"Maaf, silakan makan, Tuan. Saya tetap tidak mau."

"Baiklah," kata Gerand singkat dan masih melanjutkan makan.

Tentunya, sebelum masuk perusahaan ini Regi sudah tahu bagaimana bosnya suka bermain perempuan. Jadi dia harus berhati-hati agar tak terjebak.

Regi hanya terus menatap lurus tanpa melakukan apapun. sesekali matanya melihat Gerand yang masih asyik makan.

Menarik. Tapi Regi tidak akan mudah masuk ke hidup seseorang dengan sifat kejam tersebut. Untuk itu ia memutuskan untuk berjalan-jalan keliling ruangan.

"Pak, bolehkah saya melihat-lihat ruangan ini?"

"Mengapa, Anda bosan, Nona Regi?"

Sial, itu benar. Regi 'lelah' hanya duduk di sana tanpa melakukan apapun. Dia sebenarnya tipe orang yang aktif dan tidak nyaman jika hanya duduk diam. setidaknya ada sesuatu yang harus ia lakukan meskipun itu hanya membaca buku.

"Ya," jawab wanita itu jujur.

"Silahkan."

Gerand kembali fokus ke kegiatannya.

Senyuman muncul di sudut wajah Regi. Tanpa membuang banyak waktu dia mendekat ke sebuah sudut ruangan untuk melihat-lihat.

Ada banyak barang antik di ruangan ini yang membuat rasa penasaran wanita itu muncul.

Tiba-tiba Regi ingin minum sesuatu sebab sekarang dia merasa haus. Sebelum ini setelah menata barang-barangnya, dia tidak sempat minum.

Tapi ya, seperti sebelumnya, tidak mungkin Regi minum atau makan apapun yang ada di ruangan ini. Karena itu dia ingin langsung ke ruangannya.

Izin dengan hormat, semoga dikasih.

Saat Regi melihat bosnya telah selesai makan. Ia pun berpikir mendapatkan celah untuk pergi.

Kali ini ia sudah punya kesempatan.

"Pak, maaf boleh saya pergi?" tanya Regi dengan sopan.

"Sayang sekali, aku sudah menyiapkan semua ini tapi nyatanya aku masih makan sendiri," kata Gerand sambil menatap lurus ke makanan yang baru tersentuh sedikit tersebut.

Regi langsung merasa tidak nyaman. Bukankah dia terlalu berlebihan?

Ya, walaupun begitu ia juga harus hati-hati pada sang atasan. Namun kelihatan aneh.

"Kalau begitu berikan ke karyawan lain Pak, daripada mubazir," celutuk Regi tiba-tiba.

Ya ampun ia bicara apa sih!?

Namun tak lama setelah itu Regi memasang wajah datar setelah tadi tersenyum tak nyaman. Harus bisa meyakinkan sang presdir.

"Pergilah, aku telah membiarkanmu. Go."

Pengusiran. Dari nada bicara orang itu jelas bahwa Regi sedang diusir. Jahat.

Tapi memang benar, Regi sudah lama ingin pergi. Tak apalah.

"Baiklah, permisi Pak," kata wanita itu kemudian segera benar-benar pergi.

Sementara itu Gerand hanya tersenyum tipis.

"Sulit juga untuk menjebaknya. Aku semakin bersemangat. Oke, Nona Regianis, kamu tidak akan habis sekarang namun tinggal tunggu beberapa menit."

Gerand menyeringai.

***

Sesampai Regi di ruangannya, tanpa pikir panjang ia pun langsung meminum air mineral yang ia bawa dari rumah.

Bertepatan dengan itu juga Regi merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuhnya.

"Sial."

Regi tahu bahwa yang ia minum adalah campuran obat perangsang.

Gila, bukan?

Bagaimana kecolongan begini!?

Sekarang apa yang harus perempuan itu lakukan?

Semua berjalan lebih gila jalan terjal yang ia tapak.

*****