webnovel

Devil's Fault

Ketika iblis wanita jatuh cinta Kita tidak bisa memilih untuk terlahir sebagai apa atau siapa. Dan Amartha tidak menyalahkan takdir, jika pada akhirnya ia terlahir sebagai iblis. Tapi satu yang Amartha sesalkan. Kenapa ia harus jatuh cinta pada sesosok pemburu iblis yang harusnya ia hindari? "Aku tidak pernah menyalahkan takdir, kecuali untuk satu hal," Amartha. "Apa?" "Kita. Kenapa takdir memberikan cinta jika akhirnya memutuskan kita berjalan ke arah yang berlawanan?" Amartha.

riskandria06 · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Lauren - Pemburu Iblis

Dengan langkah tertatih, Amartha terus berjalan membelah gelapnya malam. Sesekali ia merintih perih akibat luka di perutnya yang terus mengeluarkan cairan hitam.

"Ssshh.. aku bisa mati jika terus seperti ini," keluhnya.

Tapi, pada kenyataannya ia masih terus melangkah.

Brukkk

Amartha tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya. Ia roboh di antara akar pepohonan. Ia meremas dedaunan kering di sekitarnya, berusaha mengumpulkan kekuatannya yang masih tersisa untuk kembali bangkit.

"Aku tidak boleh mati di sini. Setidaknya, sekali lagi, aku ingin bertemu Miguel." Ujarnya.

Srekkkk

Aroma pemburu iblis.

Cepat-cepat, Amartha mendongakkan kepalanya.

Sringg

Beruntung, Amartha berhasil menghindar sebelum pedang kematian itu menembus kepalanya.

"Bukankah kau iblis buronan itu?" Amartha menajamkan matanya. Ia mendelik, terpesona melihat gadis cantik bertudung putih di depannya.

Selama ini, Amartha dikenal sebagai iblis yang paling cantik di kalangannya. Banyak iblis lain yang tertarik padanya meskipun pada satu sisi ia juga terkenal sebagai iblis cacat setengah manusia.

Tapi kini, di hadapannya berdiri seorang pemburu iblis yang bersinar, begitu cantik dan tak bercelah.

"Amartha, benar kan?"

Amartha hanya bisa diam sembari menundukkan kepalanya. Hawa kematian kembali menggerayanginya.

"Benar apa yang mereka katakan,"

Kali ini, Amartha mengangkat kepalanya untuk menatap pemburu iblis di depannya. Memang, apa yang para pemburu iblis katakan tentangnya?

"Kamu begitu cantik meskipun kamu seorang iblis," Amartha tak tertarik sedikit pun dengan topik itu.

Tapi tunggu! Gadis itu, bukankah ia pemburu iblis? Dari tudung dan pakaian yang ia kenakan, sepertinya ia bukan pemburu iblis dari kalangan biasa.

"Apakah kamu mengenal Miguel?" tanya Amartha.

Senyum sinis di bibir pemburu iblis itu musnah. Digantikan oleh wajah dingin yang siap menebas leher Amartha kapan saja.

Amartha berpikir, apakah ada yang salah dengan perkataannya.

"Aku sangat tidak suka ketika mendengar seorang gadis menyebut nama pria yang ku cintai." jawab pemburu iblis itu dengan amat sangat tegas.

Jadi, dia mencintai Miguel juga?

Seperti baru saja menelan pil yang begitu pahit. Itulah yang Amartha rasakan kini.

Jadi, gadis di hadapannya adalah saingannya? Bahkan dengan mata tertutup pun semua bisa menilai, siapa yang akan jadi pemenang pada akhirnya.

Mereka berasal dari bangsa yang sama, pemburu bayangan. Dan gadis itu juga memiliki paras tak kalah cantik dengannya.

"Aku ke sini bukan untuk berbasa-basi denganmu. Aku ke sini untuk menjalankan tugasku sebagai pemburu iblis, yaitu menghabisi iblis lemah sepertimu,"

Gadis itu mengangkat pedang kematian itu tinggi-tinggi. Siap menyabetkannya pedang sakti itu ke tubuh lemah Amartha yang sudah berlinang darah.

"Lauren, tunggu!"

Mata dua gadis itu membolat lebar. Dan secara hampir bersamaan, keduanya menoleh ke arah datangnya suara.

"Miguel?" Lirih Amartha dengan mata berkaca-kaca.

Lauren- gadis pemburu iblis itu menoleh saat mendengar Amartha kembali menyebutkan nama pria yang ia cintai.

Namun, fokusnya segera beralih kembali pada Miguel yang berjalan cepat ke arah dua gadis itu.

"Kenapa kamu menghalangiku?" Protes Lauren.

Miguel tak menjawab. Ia malah menghampiri Amartha dan memeriksa luka di perutnya.

"Luka ini, bukan berasal dari pemburu iblis," gumamnya. Amartha mengangguk membenarkan.

"Akhirnya aku bisa melihatmu lagi. Aku tau kamu tidak benar-benar pergi, Miguel," lirih Amartha.

Miguel menyelipkan tangannya di belakang bahu dan lipatan lutut Amartha lalu mengangkat iblis perempuan itu.

Setelah itu, Miguel membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Lauren yang tampak kaget dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Migu-"

"Kembalilah! Dia akan menjadi urusanku," potong Miguel sebelum Lauren kembali melayangkan protesan.

"Tapi, tapi kenapa? Kenapa tidak bunuh saja langsung di sini?" Lauren. Benar-benar sangat jelas terlihat jika Lauren sangat tidak menyukai Amartha.

Gadis itu khawatir akan sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi.

'Mungkinkah Miguel mencintai iblis itu?' Batinnya bertanya-tanya.

Sementara itu, Amartha tak sedetik pun melewatkan pemandangan indah di depan matanya. Ia seakan tak butuh berkedip, karena ia khawatir wajah berahang tegas itu akan kembali menghilang saat ia lengah.

Dan ia tersenyum saat Miguel juga menatapnya beberapa saat. Ia bahkan tak menyadari betapa tajamnya sorot mata Lauren saat menatapnya.

"Bukan urusanmu," ujar Miguel menjawab pertanyaan Lauren. Pria itu kembali memfokuskan perhatiannya pada gadis pemburu iblis di depannya.

"Aku hanya memerintahkan kamu untuk kembali. Dan satu lagi, tutup mulutmu dan rahasiakan kejadian hari ini!" Lanjutnya sembari menatap tajam Lauran yang terngangah tak percaya.

Amartha kembali tersentuh dengan ucapan Miguel. Lagi, pria itu menyelamatkannya. Dan kini bahkan melindunginya dari gadis pemburu bayangan yang mencintainya.

"Miguel, dia iblis. Dia musuh kita!" Kesal Lauren.

Semuanya benar. Dan Amartha sadar akan hal itu. Cintanya pada Miguel adalah sebuah kesalahan, dan tak akan mungkin bisa dipersatukan.

Kepala Amartha pun terasa pening mengingatnya. Hingga tanpa sadar, ia meringis kesakitan meski tubuhnya tidak bergerak sama sekali.

"Lakukan apa yang ku katakan, kalau kamu tidak ingin aku kecewa padamu, Lauren!" Tegas Miguel dan segera membawa tubuh lemah Amartha melesat pergi.

"Tidurlah! Aku akan membawamu ke tempat yang aman," ujar Miguel sedikit berbisik. Amartha menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Aku tidak ingin lengah lagi. Aku tidak mau kamu pergi lagi," balas Amartha dengan nada sendu.

Miguel terdiam. Ia tak menanggapi kembali ucapan Amartha. Membuat Amartha kembali diliputi kekhawatiran karena rasanya sangat berat untuk mempertahankan kelopak matanya untuk terus terbuka.

"Miguel," panggilnya. Miguel menoleh sebentar, namun mulutnya masih tidak mengeluarkan suara.

"Berjanjilah untuk tidak akan meninggalkanku lagi. Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, selama kamu bertahan di sampingku," pinta Amartha.

Amartha menjeda ucapannya. Sebelah tangannya meremas perutnya yang terasa semakin sakit. Matanya pun terasa semakin berat untuk terus terjaga.

"Ku mohon, berjanjilah padaku!" cicitnya dengan semua tenaga yang tersisa.

Miguel menatapnya dengan iba. Namun mulutnya masih setia terkunci rapat.

Amartha mengerti. Permintaannya memang tidak wajar dan terlalu berat untuk dituruti. Terlebih bagi Miguel- pemburu iblis yang harusnya menjadi musuhnya.

Tapi, bolehkah Amartha berharap? Ia bahkan rela membiarkan Arkais pergi tanpanya, hanya agar ia bisa mencari dan menemukan Miguel kembali.

Dan bayangan malam itu, selalu terlintas di otaknya. Tentang bagaimana Miguel yang kecewa dan memutuskan pergi, hingga membuat Amartha kehilangan kesadarannya agar ia tak bisa menahan kepergian pria itu.

Bukan hal sulit bagi Miguel untuk meninggalkan Amartha. Terlebih, dalam keadaan Amartha yang terluka parah seperti saat ini.

"Miguel," panggil Amartha sekali lagi, dengan nada penuh harap.

Dan setelah itu, Amartha merasakan tubuhnya benar-benar kehilangan seluruh energinya bersama cairan hitam yang terus menetes melalui perutnya sedari tadi.

Keadaan Amartha semakin melemah hingga akhirnya iblis itu benar-benar kehilangan kesadarannya.

***

Bersambung...

Jangan lupa bintang dan reviewnya :)