webnovel

Trouble

Pesta nya sudah selesai mobil Dev dan mobil Lukman kembali ke rumah Shera bersama-sama. Ara keluar dari mobil begitu pun Dev.

" Aku langsung pulang ya Ra "

" Iya " jawab Ara sambil tersenyum.

" Dev, gak mampir dulu?" Tanya Viola.

" Enggak tan. Saya langsung pulang aja "

" Oh... Yasudah hati-hati ya " Dev mengangguk lalu melirik Ara sejenak sebelum masuk ke dalam mobil. Setelah mobil Dev keluar dari pekarangan rumah, Ara langsung masuk.

" Elara, wait. We need to talk " ujar Viola menghentikan langkah Ara. Jujur hari ini energi nya cukup terkuras dan ia malas untuk berdebat.

" Bicara tentang apa? " Ara berbalik melihat wajah ibu nya.

" Mommy and Dad akan kembali ke paris besok. Can you go with us? Kamu masih libur kan "

" Sorry, i can't "

" Kenapa nak? Sudah lama kamu tidak pulang ke rumah. Kami selalu membersihkan kamar kamu berharap kamu kembali bersama kami ke rumah " ucap Viola.

" Maaf, rumah mana yang anda katakan? This is my home. I don't have nother place just here "

" Apa kamu benar-benar tidak punya perasaan lagi Elara? Berani kamu bicara seperti itu kepada ibu kamu sendiri? " Kini Lukman yang angkat bicara.

Shera yang menunggu kepulangan Ara pun keluar dari kamar nya ketika mendengar keributan.

" Jangan bicara tentang perasaan kepada saya. Tidak ada yang lebih mengerti perasaan orang lain kecuali saya. Hanya saya satu-satu nya yang mengerti kesedihan dan hancur bahkan rasa kecewa yang di rasakan oleh kakak kandung saya "

" Kamu masih mempermasalahkan nya? Mau sampai kapan Elara? Kamu bersikap seperti ini karena Rey?! Dia sudah pergi lupakan masa lalu dengan begitu Rey juga akan tenang " ucapan Lukman menambah rasa sakit di hati nya.

" Anda sadar bahwa disini yang tidak memiliki perasaan adalah kalian! Alih-alih sebagai orang tua tapi kalian tak memiliki rasa sedih sedikit pun mengingat kematian bang Rey! Dengan enak nya anda meminta saya melupakan masa lalu?

Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin? Ketika kakak kandung saya pergi dengan cara yang tidak baik. Laki-laki seperti dia seharusnya tidak mati dengan cara seperti itu! Saya sebagai adik nya masih sangat terpukul karena kecelakaan itu, tapi anda sebagai ibu nya bagaimana nyonya?

Anda yang melahirkan dia tapi saya tidak melihat kesedihan itu di mata anda. Sebenarnya kami ini apa di mata kalian?! Hanya alat sebagai penurus perusahaan kalian?! Hanya sebagai boneka ketika kami dewasa?!

Semenjak kematian bang Rey tidak pernah sekali pun kalian meminta maaf atas sikap kalian kepada bang Rey atau kepada saya! Pernah kalian merasa diri kalian bersalah? Seharusnya kalian sadar kenapa saya tidak ingin kembali bersama kalian.

Seharusnya kalian sadar kenapa saya membenci kalian! "

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Ara sampai ia terjatuh ke lantai melalui tangan Lukman. Shera pun langsung menghampiri Ara dengan air mata berlinang.

" Kau! Kau sudah melampaui batas Elara! Kami sudah sabar dengan sikap mu selama ini. Dan kau bilang membenci kami? Baiklah... Mulai hari ini aku tidak akan pernah memberi mu uang atau fasilitas apapun lagi sampai kau sadar bahwa apa yang kau lakukan saat ini salah "

Ara tersenyum miring.

" Kau membuang anak mu lagi....? " Ara bangkit untuk kembali melawan.

" Ara... Sudah sayang... Cukup.... " Shera berusaha menahan Ara.

" ARFAN! ARFAN!! " Shera berteriak agar Topan turun untuk menenangkan Ara.

" Seharusnya kamu sadar Ara sedang berbicara dengan siapa! " Ara berjalan mendekat ke arah nakas.

" Kau fikir kami tidak mengawasi setiap perilaku mu di sekolah? Kami melakukan nya. Kami tahu bagaimana kau memukul teman mu, berteriak dan bertengkar dengan mereka.

Coba kau fikirkan bagaimana jika murid di sekolah tahu kau salah satu anak pemilik sekolah tapi sikap mu seperti itu? Kau membahayakan sekolah Ara membahayakan bisnis kami. Tapi ibu mu selalu mengatakan tidak ketika aku ingin memaksa mu kembali ke Paris... "

" Ara! "

" Ara, jangan! "

Topan yang baru keluar kamar langsung menuruni anak tangga ketika melihat Ara mengambil pistol dari nakas. Ia berjalan mendekat ke arah Lukman.

" Ya... Anda benar sikap saya buruk di sekolah dan saya akan membahayakan posisi anda sebagai ketua yayasan jika mereka tahu saya salah satu anak dari pemilik sekolah "

Kini Ara sudah ada di hadapan Lukman. Ia tak bereaksi apa-apa. Mungkin ia menyangka itu hanya pistol kosong tapi Ara dapat membaca pikiran nya.

" Kau berfikir aku hanya mengancam? Kau berfikir pistol ini tidak ada peluru nya? "

Dor!

Ara menembak ke arah vas bunga tepat dengan posisi Topan yang diam-diam ingin menyergap Ara dari belakang untuk menjatuhkan senjata tersebut.

" Don't interfere, brother " ucap Ara dengan nada dingin. Wajah nya sudah di basahi oleh air mata. Penampilan cantik nya sudah berubah menjadi berantakan.

" Jika saya membahayakan posisi anda... " Ara meraih tangan ayah nya untuk memegang pistol itu dan di arahkan tepat di jantung nya tanpa melepaskan genggaman tangan nya.

" Shoot me "

" No!!! " Teriakan Dev membuat Ara menoleh.

Ya! Dev! Ia kembali karena ingin mengembalikan selimut namun melihat situasi yang sangat buruk. Sambil menatap Dev dengan mata yang memerah Ara berkata.

" I'm tired. I'm sorry... " Ucap Ara seperti pelan namun Dev dapat membaca pergerakan bibirnya.

" Mas... Lepas senjata nya mas... Ara... Mommy mohon... I'm sorry... I'm sorry "

" SHOOT ME!!! " Teriak Ara ketika ingin menekan pelatuk nya Topan mendorong senjata itu dengan kekuatan penuh hingga senjata itu terjatuh ke lantai dan langsung memeluk Ara.

" LEPAS!!! LEPASIN GUA!! " Tubuh Lukman masih gemetar karena Shock.

" GUA MAU KETEMU BANG REY!! AAARGHH!! " Ara terus memberontak dengan tenaga yang sangat besar sehingga Topan dan Dev harus memeluk nya bersamaan.

" Gue capek bang... Hati gue sakit... Mereka gak pernah ngerti perasaan gue. Gue mau ketemu bang Rey... "

Dua laki-laki yang sangat menyayangi Ara ikut merasa sedih melihat kondisi saat ini.

" Kita bawa Ara ke kamar Dev " Topan dan Dev berusaha mengangkat Ara untuk berdiri dan menuntun nya masuk kedalam kamar.

Sedangkan Shera ia sama sekali tidak menyangka kakak dan kakak ipar nya begitu tega dengan keponakan nya itu.

" Mas... Mbak, Ara hanya ingin kalian mengerti. Banyak yang kalian tidak tahu tentang Ara termasuk Psikis nya. Kepergian Rey benar-benar membuat mental nya berantakan.

Mas dan Mbak tidak pernah tahu semenakutkan apa masa lalu untuk Ara. Saya yakin Ara juga pasti pernah ingin melupakan masa lalu tapi di satu sisi ia sangat mencintai Rey dan di sisi lain ia membenci keadaan nya.

Yang menjadi masalah bukan melupakan atau tidak masa lalu tetapi menerima. Masa lalu merupakan kenangan indah Ara tapi juga menyakitkan untuk Ara. Dia tidak bisa melupakan atau berdamai Ara hanya perlu menerima.

Dan seharusnya kita terutama mas dan mbak sebagai orang tua membantu Ara untuk menerima. Bukan bersikap acuh dan menyalahkan Ara atas perilaku nya. Jika ada akibat pasti ada sebab "

Setelah mengatakan itu Shera langsung pergi menuju kamar Ara di atas.

Lukman yang baru tersadar akan tindakan nya tadi langsung menangis di dalam pelukan Viola. Apa yang Shera katakan itu benar dan membuat fikiran mereka terbuka tentang perilaku Ara yang berbeda beberapa tahun ini.

Setelah minum obat penenang Ara tertidur lelap. Nafas nya terlihat teratur dan wajah nya terlihat tenang. Pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan dengan beberapa menit lalu.

" Kita perlu panggil dokter atau enggak Mi? Aku khawatir banget " ucap Topan kepada Shera.

" Kita semua khawatir tentang kondisi Ara. Tapi kita lihat besok pagi kalau ada sesuatu yang buruk kita bawa Ara ke rumah sakit. Tapi malam ini kita harus tetap waspada mami takut Ara masih ingin melakukan hal-hal nekat seperti tadi "

" Malam ini saya boleh menginap tan? Saya juga ingin jaga Ara " ujar Dev. Shera pun mengangguk.

" Ya, ya. Tentu boleh Dev, dan sebaik nya barang-barang mudah pecah atau yang lancip sebaiknya kita pisahkan dulu dari kamar ini gimana? "

Dev dan Topan mengangguk. Mereka pun menyingkirkan barang-barang yang mudah pecah dan yang memiliki ujung lancip.

" Lo mau kopi? " Tawar Topan. Dev pun mengangguk. Topan keluar untuk membuat kopi karena kemungkinan mereka harus terjaga malam ini.

Ketika Topan keluar, Dev berlutut di samping Ara lalu menggenggam tangan nya.

" Ara lagi mimpi apa ya sekarang. Kalau bang Rey ketemu Ara, tolong tenangin Ara ya bang. Sebesar apapun rasa cinta gue ke dia atau sebaliknya yang bisa menenangkan rasa dendam Ara cuma lo bang.

Sebagian jiwa nya masih tertinggal di masa lalu. Ra... Aku sakit ngeliat kamu begini. Aku akan melakukan apapun untuk membantu kamu menyelesaikan masa lalu kamu.

Jangan sakit seperti ini terus Ra... Aku mau kamu sehat, kamu bahagia. Rasa sedih dan rasa sakit kamu juga rasa sedih dan rasa sakit aku... "

Topan yang berdiri di ambang pintu melihat Dev yang sedang menghapus air mata nya. Ia mendengar sebagian yang Dev katakan kepada Ara. Topan menghela nafas berat lalu masuk kedalam.