webnovel

Time To Flight

Setelah kejadian malam itu esok hari nya Lukman dan Viola kembali ke Paris. Sebelum pergi mereka ingin menemui Ara namun Ara tak ingin bertemu dengan mereka dulu. Dan hari terus berlalu mendekati hari kematian Rey. Seperti rencana awal Ara dan teman-teman nya akan berangkat ke London. Mereka berkomunikasi kembali setelah beberapa waktu tak saling menghubungi.

Dan beberapa hari lalu Shera dan Topan menjadi anggota tambahan untuk berangkat ke London. Dan untuk acara di panti Shera sudah menyewa orang untuk datang dan mengurus acara tersebut. Ara memesankan tiket untuk mereka semua dari uang tabungan nya. Masing-masing dari mereka sebenarnya sudah ingin membayar sendiri-sendiri namun Ara menolak. Ia bilang ' yang membawa kalian itu gue jadi kalian semua tanggung jawab gue termasuk masalah transportasi ' .

Malam ini di masing-masing rumah tengah sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka besok hari ke London. Mereka akan stay disana selama 4 hari jadi harus mempersiapkan lebih pakaian dan barang lainnya. Salah satu nya Ara, ia membawa koper berukuran sedang di dalam sana ada pakaian, makeup, skincare, charger, obat penenang, dan hal yang paling penting adalah ia membawa foto Rey dan beberapa barang kesayangan Rey yang selama ini Ara simpan.

" Kami datang bang "  batin Ara.

Saat Ara masih sibuk merapihkan barang-barang, Topan mengetuk pintu kamar nya.

" Ra... "

" Ya?! " Ara pun membukakan pintu untuk Rey.

" Nih " Topan memberikan sebuah plastik yang berisikan kotak berwarna coklat.

" Apaan nih? "

" Dari, Dev. Tadi ada ojek online yang anterin " Ara mengambil barang tersebut dengan wajah bingung.

" Perasaan gue gak bilang apa-apa ke dia "

" Ya... Nama nya juga bucin. Lo chat aja bilang kiriman nya udah sampe "

" Iya tau... " Ara menetup pintu kamar meninggalkan rasa sedikit kesal di relung hati Topan.

" Dih! Sopan... Dasar bocil "

Ara membuka kotak itu dan ternyata sebuah makanan yaitu burrito.

" Wah... Pas banget perut keroncongan " gumam Ara lalu mengirim foto kepada Dev dan mengirimkan pesan.

Me :

Dev

( Send a burrito picture )

Thankyou babe...

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Di habisin semua yaa

Me :

Jgn di kata klo itu mah

My Boy ( Emoticon Crown ) :

What are you doing now?

Still prepare?

Me :

Yess

But, rest a moment because the burrito

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Right on time

Me :

Are you done?

My boy ( Emoticon Crown ) :

Prepare?

Me :

Yess

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Ya, i'm done

Jangan tidur malam-malam,Ra

Besok, kita jalan pagi

Me :

Iyaaa bawell

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Kol bawel sih

Nakal

Di kasih tau malah di bilang bawel

Me :

( Send emoticon ' ngejek ' )

Udh ah gw mau lanjut prepare lagi

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Lho, makan nya udah?

Me :

Dikit lagi

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Hmmm... kenapa aku kaget ya. Padahal udah biasa

Me :

Oh... gitu

Liat besok ya dev

Gw jewer kuping lu

My Boy ( Emoticon Crown ) :

( Send emoticon Peace )

( Send emoticon Kiss )

( Send emoticon Love )

Me :

( Send emoticon middle finger )

My Boy ( Emoticon Crown ) :

Huwaaa

Please help mee

Me :

Udah ah chat sama lu bikin emosi

Mending besok ketemuan langsung

Gw jewer

My Boy ( Emoticon Crown ) :

( Send emoticon laugh )

Oke... Oke... see you tomorrow babe...

Malam itu Ara tidur pukul 12 malam. Dan harus sudah bangun pukul 4 pagi. Alarm yang ia pasang di ponsel terus berbunyi beberapa kali sampai si pemilik kamar bangun.

" Aaaargh... Masih ngantuk... " Gumam Ara merenggangkan otot-otot nya. Masih dengan mata tertutup Ara membuka pintu balkon dan angin dingin langsung menghampirinya membuat mata Ara terbuka total.

" Aduh... Jam segini jakarta bisa sedingin bandung ya " gumam Ara. Ia melakukan stretching terlebih dahulu sebelum mandi.

30 menit kemudian Ara pergi ke ruang wardrobe. Semalam ia sudah memilih baju yang akan ia pakai untuk berangkat ke London pagi ini.

Pilihan nya jatuh pada dress berwarna hitam, tas hitam dan sneakers hitam.

Di tengah-tengah kegiatan nya yang sedang rapih-rapih ada yang mengetuk pintu kamar Ara.

Tok tok tok

" Hello... Anybody here?!!! " Suara nyaring itu terdengar tidak asing di telinga nya.

Ara bergegas keluar ruang wardrobe dan membuka pintu. Benar saja firasat nya suara itu berasal dari Gavin. Kenapa Gavin berada disana pagi-pagi?

Sudah di putuskan titik kumpul nya adalah di rumah Shera. Jadi semua datang ke rumah Shera lebih dulu lalu berangkat bersama-sama ke bandara.

" Pagi-pagi udah ada monyet aja " celetuk Ara.

" Sengaja mbak saya ajak keluar biar gak bosen di kandang terus " celetuk Iki menambahi. Efa hanya menjadi penonton drama teman-teman nya.

" Oh, bapak yang pelihara? "

" Iya mbak. Sebener nya mah saya capek, nih monyet banyak mau, banyak minta... " Belum usai bicara Gavin memukul lengan Iki kencang.

" Terus... Seneng lu ya ngatain gua begitu "

" Lah emang iya. HAHAHAHA "

Ara menggelengkan kepala nya lalu menyuruh mereka masuk. Dan... Ya bisa dibayangkan apa yang mereka lakukan selanjutnya?

Menjarah kamar Ara. Iki langsung menyalakan televisi bersama Efa disamping nya sedangkan Gavin membuka kulkas kecil yang ada di kamar Ara dan mengambil biskuit coklat kesukaan Ara.

Sedangkan si pemilik kamar masih bersiap-siap di ruang wardrobe nya. Ia menyisir rambutnya lalu membawa dua sisi rambut bagian depan ke belakang lalu ia ikat menggunakan kunciran dan di tambah jepitan berbentuk pita berukuran sedang berwana hitam.

Dan terakhir adalah kalung. Kalung yang sudah lama ia simpan di kotak aksesoris nya. Kalung dengan liontin berbentuk bulat dengan corak abstrak berwarna warna-warni.

Kalung tersebut adalah salah satu pemberian Rey untuk nya. Karena akan datang hari penting yang berhubungan dengan Rey. Ara pun memutuskan untuk memakai kalung tersebut untuk rasa hormat dan terimakasih.

Ara keluar dari ruang wardrobe nya lalu melihat pemandangan yang membuat kepalanya geleng-geleng.

" Ampun... Dah bisa abis itu isi kulkas gua " celetuk Ara melihat teman-teman nya mengambil beberapa makanan dan minuman yang ia taruh di kulkas kecil nya itu.

" Laper Ra. Bayangin jam setengah 5 kita udah harus disini gimana bisa makan. Masa suru angin nyuapin kita " celetuk Iki membuat Gavin tertawa lepas.

" Terbang-terbang dong anj... " Iki ikut tertawa dan suara tawa nya seperti orang bengek.

" Udah ayo turun kita makan dibawah sambil nunggu yang lain " ujar Ara. Karena sang pemilik kamar berkata seperti itu ya mereka pun mengikuti.

Ketika mereka turun Shera sedang mempersiapkan sarapan bersama dengan ART.

" Ayo... Ayo di makan dulu " ucap Shera. Mata Ara mencari Topan di sekitar ruangan.

" Bang Topan mana tan? "

" Lagi jemput mini bus di deket komplek "

" Oh... Udah sampe? "

" Iya belum lama supir nya chat tante. Oh ya, yang lain gimana Ra? Dev, Belden, Aldan, Rhaka, Danish? Mereka udah bangun belum? Nanti kesiangan "

" Udah tan... Tenang... Tadi kita jadi alarm mereka kok ya ga, Dad? " Gavin mengangkat sebelah alisnya mendengar akhir kalimat Iki.

" Dad? Apaan anjir "

" Daddy lah. Kan kalo cewek manggil nya Bund... Iya Bund... Nah kita cowok Daddy " jus yang ada di dalam mulut Ara hampir keluar semua.

" Jijik, bodoh " celetuk Efa melempar tisue ke wajah Iki.

" Tan gak ada gulai otak ? " Tanya Gavin kepada Shera.

" Gak ada ganteng... Kenapa? Gavin mau makan itu? "

" Bukan buat aku. Nih buat si monyet otak nya tinggal setengah "

" Ya kan setengah nya lagi mikirin kamu.... " Goda Iki semakin jadi. Di tambah ia menoel dagu Gavin, membuat korban langsung menjauh dari pelaku.

Saat mereka lagi sarapan tiba-tiba Dev, Danish, Rhaka, Belden dan Aldan sampai dirumah Shera.

" WOII, HOW ARE YOU BROO " Sapa Danish penuh semangat. Sepertinya liburan kali ini akan menyenangkan. Karena beberapa saat tidak bertemu satu sama lain menimbulkan rasa rindu yang cukup besar.

Dan mereka bisa melepaskan perasaan itu saat liburan kali ini

" Aduh... Seneng banget deh tante. Jadi rame gini... " Shera dan ke lima laki-laki muda itu bersalaman.

" Ayo makan dulu masih 20 menit lagi sebelum ke bandara "

" Makasih tan "

Dev langsung mengambil kursi disamping Ara. Dev melihat penampilan Ara dari atas sampai bawah. Sebenarnya penampilan Ara sangat cantik sangat feminim. Tapi permasalahan nya adalah dress yang di pakai Ara terlalu terbuka.

Mungkin kalian bertanya kenapa Dev selalu mempermasalahan pakaian Ara apalagi jika terlalu mengekspos garis bahu nya. Menunjukan lengan mulusnya dengan bebas.

Itu karena Dev tahu Ara memiliki alergi pada udara dingin. Perbedaan suhu yang kontras bisa membuat Ara langsung flu dan kesulitan bernafas. Maka dari itu Dev selalu memperhatikan pakaian yang Ara pakai.

" Babe, di London mau masuk musim dingin. Kamu bawa jaket? "

" Oh really? I don't know about that "

" Ya... Sekarang kamu tahu dan... Lebih baik you wear jacket, right? "

" Yes... " Ara pamit dari meja makan kembali ke kamar untuk mencari jaket yang pas.

20 menit kemudian mereka berangkat ke bandara bersama-sama. Dan Topan duduk di paling depan di samping supir.

" Hallo!! Guys!!! Today we'll go to LONDON!!! OMG!! " Gavin yang membawa kamera langsung membuat vlog pribadi dengan penuh energi.

" Vin. Kalo mau berubah berkabar dulu kasian pak supir kaget. Ya pak " celetuk Topan.

" Hehehe, saya kira suara tukang prabot keliling mas. Nyaring banget " jawab sang supir yang ternyata satu frekuensi.

" Si bapak. Udah cakep gini masa tukang prabot " ujar Danish.

" Terus apa dong bang...? " Ara memancing.

" Tahu bulet! "

" HAHAHAHA " Satu bus tertawa puas. Tapi itu tak membuat Gavin mengakhiri vlog nya.

" Yah... Gitu lah yah guys kalo keluarga cemara. Btw bentar lagi kita sampe, udahan dulu yak tangan gua pegel nanti kita lanjut bye! "

Sesampai nya di bandara, mereka langsung membawa barang masing-masing untuk di taruh di bagasi pesawat dan sambil menunggu check-in mereka foto-foto sebentar di bandara.

Setelah itu satu persatu dari mereka masuk ke dalam pesawat dan tak tanggung-tanggung Ara memesan kan tiket first class.

" Anjir... Ka, Ara ngabisin berapa juta buat kita semua? " Tanya Iki yang duduk bersebelahan dengan Rhaka.

" Eum... Per tiket nya aja bisa 60 sampai 70 juta. Ya... Total hampir 700 juta? " Mata Iki langsung membelalak kaget. Ralat! Mata nya hampir saja keluar karena terkejut.

Dan kursi Ara bersebelahan dengan Dev. Untung saja Ara menggunakan saran Dev untuk memakai jaket lagi. Karena AC di dalam pesawat sangat dingin.

" Bawa minyak angin dan inhaler? " Tanya Dev memeriksa suhu tubuh Ara dengan memegang tangan nya.

" Iya bawa "

Pagi itu Ara, Efa, Dev, Aldan, Iki, Gavin, Danish, Belden, Rhaka, Tante Shera dan Topan pergi ke London untuk memperingati hari kematian Rey.

Semua nya datang dengan niat yang baik. Ara berharap Rey mengetahui kedatangan mereka dan akan senang di atas sana.