webnovel

Detective Reincarnation

Seorang detective jenius yang mati tertembak karena dianggap sebagai ancaman oleh sebuah organisasi pembunuh terbesar di dunia dan secara ajaib dia dihidupkan lagi oleh kekuatan dari sebuah kalung, dia pun berencana untuk menguak semua yang ada dibalik pembunuhan dirinya yang akan terjadi di masa depan, tetapi saat dia akan meneliti kasus dirinya, dia dihadapkan oleh kasus kasus pembunuhan lain yang mungkin terkait dengan pembunuhan dirinya di masa depan.

Nanco_Demon · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Case 0.1 : Reunion

London, 17 May 2020, 07:11 AM

Setelah aku menyelesaikan rencanaku, aku menuju ke bar di spring gardens yang bernama Crusaders untuk menemui salah satu temanku, setelah 13 menit berjalan kaki aku sampai disana, tapi anehnya pada jam-jam segini bar itu biasanya masih buka, tetapi saat aku datang toko itu tutup, tanpa peduli aku membuka pintu dan aku melihat seseorang yang sangat familiar duduk didepan meja.

"Yo Robert, lama tak bertemu, bagaima kabarmu, apa kau baik-baik saja disini?, Hahahaha." Ucap seseorang yang duduk didepan meja dekat dengan temanku.

Aku melihat kedepan dan ternyata itu adalah salah satu temanku yang pernah kubantu dulu 1 tahun lalu.

"Doyle... mengapa kau ada disini, bukannya kau sekarang menjadi ketua kepolisian di daerah swindon?" kataku sambil terkejut.

"Yah... apa salahnya menemui saudara lama, aku tidak sabar mendengar rencanamu lagi." Ucap doyle sambil tertawa.

"Apa Maksudmu?" kataku sambil duduk di sampingnya.

"Ayolah... jangan berpura-pura tidak tahu, kita semua tahu kalau kau sedang merencanakan sesuatu."

"Kita?" tanyaku

"Oii... keluar kalian semua, sampai berapa lama kalian berada disitu, sang tokoh utama sudah berada disini lo." Teriak Doyle sambil berbalik ke belakang.

Akupun melihat Doyle dengan wajah kebingungan, tiba-tiba pintu depan terbuka dan ada 6 orang laki-laki masuk kedalam bar.

"Hahahaha... maaf bos, aku hanya takut kita tidak mempunyai muka bertemu dengannya." ucap salah satu dari 6 orang itu sambil berjalan melewati pintu.

"Suara ini..." Ucapku sambil membalikkan badanku dengan wajah penasaran.

Akupun dengan perlahan memperhatikan wajah mereka satu-persatu.

"Kenapa kalian berada disini!, Joseph, Ranpo, Alfred, Raymond, dan juga sibajingan, Frederic!" teriakku karena terkejut.

"Oi oi... kenapa hanya aku saja yang kau panggil seperti itu." Kata Frederic sambil tersenyum.

"Hahahaha... itu memang benarkan Frederic?" Ucap Alfred sambil tertawa di sampingnya

"Agh... kata-katamu kejam sekali... ya, kau ada benarnya sih hahahaha." Jawab Frederic sambil tertawa.

"Yo Robert lama tak bertemu." Kata Joseph.

"Bagaimana Kabarmu Robert?" Kata Ranpo.

"Apa kau baik-baik saja di London?" Kata Raymond.

"Bukannya kalian semua seharusnya berada di Canada?" Tanyaku.

"Yah... Atasan kami mengatakan bahwa, jika kita semua mau membalas budi kepadamu, ini adalah waktu yang sangat tepat katanya." Kata Joseph sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Atasanmu?... Oh, pak tua Hans?" Tanyaku sambil mengingat-ingat.

"Yup, dia juga memberikan kami surat ini untuk diberikan kepadamu." Jawab Joseph sambil berjalan kearahku dengan membawa sepucuk surat.

"Biarku lihat." Kataku sambil mengambil surat itu.

Akupun mulai membaca isi amplop tersebut.

"Robert, pertama-tama maaf aku hanya bisa membantumu sampai sini saja sebagai temanmu, aku tak bisa berbuat banyak karena mata dan telinga orang-orang yang ada disini sangat tajam, aku takut jika aku berbuat banyak mungkin hanya akan menghambat rencamu yang kau buat selama bertahun-tahun, oleh karena itu aku hanya mengirim mereka berenam yang kebetulan adalah rekan kerjamu dulu, dan aku berterimakasih jika bukan karenamu aku sekarang mungkin hanya akan menjadi orang tua biasa, dan untuk yang terakhir kalinya, ini mungkin akan terdengar agak tidak sopan..., apa kau yakin untuk memulai semua ini?, walaupun aku sangat percanya dengan kemampuanmu, apa yang kau rencanakan kali ini hampir bisa disebut mustahil, mereka hanya tersisa beberapa orangkan..., walaupun hanya sedikit orang, mereka bukanlah lawan yang mudah, terutama Belphegor, orang yang membuatku kehilangan mata kiri dan kedua jariku, orang itu yang paling berbahaya..., aku hanya berdoa agar kau tetap hidup walaupun rencanamu gagal, semoga beruntung Robert, semoga ini bukan terakhir kalinya kita berbicara."

"Hahahahaha..., pak tua hans aku sangat berterimakasih atas bantuanmu tapi, walaupun kau berdoa itu percuma, sejak awal aku tidak mempercayai adanya tuhan di dunia ini, jika tuhan memang ada, orang-orang seperti kita tidak akan mungkin mengalami semua ini, cobaan dari tuhan itu hanya omong kosong." Kataku sambil tertawa setelah membaca surat dari pak tua Hans.

"Jadi, bagaimana Robert apa yang bisa kita bantu, kita siap apapun itu bahkan mempertarukan nyawa pun kita akan bersedia, walaupun itu tak bisa melunasi hutang kita kepadamu." Kata Frederic.

"Hentikan omong kosongmu Frederic, sejak awal saat aku membantu kalian itu hanya kebetulan aku berada di Mexico sedang memburu seseorang yang bernama Lucifer." Kataku ke Frederic sambil tersenyum.

"Ayolah Robert jangan malu-malu kita sudah berjanji menjadi saudara kan sejak insiden itu, dan jika ada salah satu diantara kita membutuhkan pertolongan sudah kewajiban kita sebagai saudara kan untuk membantu." Kata Alfred sambil tertawa.

"Ahh..., baiklah..., aku sudah menduga ini, pertama-tama duduklah, akanku jelaskan semua yang ku rencanakan dari dulu, dengarkan ini baik-baik, buka telinga dan matamu, kita mungkin akan menjadi legenda di kota London ini." Kataku dengan muka serius.

"Oke, itulah Robert yang kita kenal." Ucap Frederic sambil duduk di dekatku.

"Jangan kawatir, kita selalu bersemangat kalau bekerja sama denganmu." Kata Alfred sambil duduk di samping Frederic diikuti oleh Ranpo, Joseph, dan Raymond.

"Maaf ya Ethan membuatmu menutup bar hari ini." Kataku sambil melihat Ethan.

"Apapun untuk teman, dan jangan lupa aku juga akan membantumu Robert, berkatmu adikku hidup bahagia sekarang ingat, hutangku kepadamu juga banyak." Kata Ethan sambil tersenyum.

"Hahaha..., terima kasih banyak." Kataku sambil tertawa.

"Baiklah..., mari kita mulai rencananya." Kataku sambil membuka berkas yang kubawa dari kantorku.

up

Nanco_Demoncreators' thoughts