27 Beda Level

Winda bangun di pagi hari karena ponselnya berbunyi, Winda melihat jam dinding sesaat sebelum meraih ponsel untuk memastikan waktu.

"[Pagi ini tiba menggantikan malam dengan begitu indah, dari waktu ini pula aku belajar tentang sebuah arti dari kata ikhlas yang sebenarnya.

Sebab aku selalu sadar bahwa pagi selalu bisa menjelaskan semuanya dengan rasa syukur. Bahkan embun tak lupa hari sebagai simbol ikhlas untuk kita miliki lebih awal.

Ku ucapkan selamat pagi teruntuk Kamu yang saat ini masih saja gengsi untuk sekedar bilang sayang]"

Winda tersenyum-senyum membaca pesan pagi ini dari Luis, kini pria tersebut selalu saja bisa membuat Winda tersipu malu.

"Hahaha.. dasar pria aneh, bisa juga dia seromantis ini" gumam Winda.

Dulu di awal pertemuan mereka Winda hanya mampu mengingat betapa jutek dan angkuh pria ini, tapi di balik semua itu ternyata dia begitu lembut, perhatian dan penyayang. Winda bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat kerja tanpa membalas pesan Luis, biar dia penasaran batin Winda.

Winda duduk di depan rumah menunggu taksi online yang dia pesan, tapi bukan taksi yang dia pesan datang melainkan Luis. Luis berpakaian rapi untuk ke kantor, dia menyempatkan waktu datang ke rumah Winda untuk mengantarnya berangkat kerja terlebih dulu.

"Kamu kan sibuk, tidak perlu seperti ini. Aku bisa berangkat kerja sendiri." Winda merasa tidak enak hati, Luis memperlakukan dirinya dengan terlalu baik.

"Tidak akan pernah jadi masalah buat ku" Luis berkata dengan santai melirik ke Winda dengan senyuman menawannya.

Luis sengaja menurunkan Winda di dekat mobil silver milik Ari yang sedang di parkirkan. Luis segera akan turun dari mobil namun, Winda menahannya. Winda tahu betul sifat Ari seperti apa dan dia tidak ingin ada keributan.

Ari segera keluar dari mobilnya begitu melihat Winda turun dari mobil di sebelahnya. Ari mengejar langkah kaki Winda dan dalam waktu bersamaan dia melirik ke arah mobil mewah yang baru di tumpangi oleh Winda. Sekilas Ari melihat ada sosok pria di tempat duduk penumpang yang berarti tadi Winda duduk bersamanya. Ari membatalkan niatnya mengejar Winda, Ari berbalik arah menuju ke kaca jendela mobil mewah tersebut. Sifat cemburu Ari yang selalu dominan dari dulu membuatnya kehilangan sifat sopan santun. Dengan kasar Ari mengetuk kaca mobil Luis, dia segera menurunkan kaca mobilnya dengan pandangan kedepan dan memakai kaca mata hitam tanpa menoleh ke arah Ari.

"Siapa kamu? kenapa bisa bersama Winda? cepat turun! Aku ingin bicara." Nada kurang ajar Ari membuat Luis tidak tahan.

"Sayang sekali waktuku sangat berharga untuk meladeni pria sampah sepertimu" Luis hanya tersenyum mengejek kemudian menyuruh Niko untuk segera menuju ke kantor.

Ari yang sangat emosian tanpa berfikir panjang segera mengendarai mobilnya dan mengejar Luis. Di tengah jalan yang tidak begitu ramai Ari memotong laju mobil Luis dan memaksa Luis turun sambil mengetuk kaca mobil dengan kasar. Terpaksa Luis turun untuk mempercepat urusannya dengan pria sampah tersebut. Ari berusaha mencengkeram kerah baju Luis namun, segera di tangkis dengan pantas oleh Luis, tentu saja dia tidak akan membiarkan Ari dengan mudah bersikap tidak sopan terhadapnya. Ari tambah beringas melihat ekspresi Luis yang dingin dan tetap santai. Ketika Ari sadar tidak mampu melukai Luis maka Ari mengajukan pertanyaanya lagi.

"Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan Winda?" Ari bertanya dengan nada angkuh.

"Aku Luis Putra Adijaya, bukan urusanmu menanyakan hubunganku dengan Winda." Luis memberikan penekanan pada kalimatnya.

Ari nampak berpikir sesaat, dia sepertinya pernah mendengar nama tersebut.

Deg!

Adijaya adalah nama perusahaan konstruksi terbesar dan memiliki beberapa saham di rumah sakit terkenal di kota ini karena sebagian keluarganya banyak yang menjadi Dokter.

Ari yang telah mengetahui identitas pria di depanya menjadi tidak berani berulah lagi, wajahnya tiba-tiba memucat, dia sadar bahwa pria dengan Adijaya di akhir namanya bukanlah orang yang bisa dia lawan, jelas ini tidak akan pernah sebanding, level mereka terlalu jauh berbeda bagai bumi dan langit. Melihat Ari yang berdiri mematung, Luis kembali ke dalam mobil dan meneruskan perjalanannya.

Sesampainya di rumah sakit para perawat merasa heran dengan perubahan sikap Ari, sepanjang hari ini pria tersebut banyak melamun dan menjadi lebih diam dari biasanya.

Winda juga merasakan hal yang sama, tumben seharian Ari tidak membuat ulah dengannya. Cenderung banyak diam dan tatapan aneh Ari saat melihat dirinya bahkan lebih tepatnya menjaga jarak.

Apa yang telah terjadi pikir Winda, tadi pagi dia sempat menoleh ke belakang sebelum masuk departement IGD dan melihat Ari berjalan mendekati mobil Luis.

Apakah ada suatu percakapan di antara mereka? Winda bertanya dalam hati.

Ponsel Winda berbunyi ...

"[Nanti sore ikutlah dengan ku ke Bandara, Kak Lisa dan Zafran akan datang]"

"Ok" Pesan Luis segera dibalas.

Winda merasa senang kak Lisa dan Zafran akan datang, dia sudah merindukan mereka berdua.

Sore pun tiba, Jam menunjukkan 17.00 wib. Mereka berdua dalam perjalanan menuju Bandara Internasional Adisudjipto. Tiga puluh menit kemudian mereka duduk menunggu di pintu kedatangan, tidak lama kemudian Kak Lisa dan Zafran sudah terlihat keluar dari pintu kedatangan. Zafran loncat-loncat kegirangan begitu melihat Winda sudah menanti kedatangannya. Winda belum sadar kalau di belakang kak Lisa ada seseorang yang mengikutinya.

"Aunty ..." Teriak Zafran dari kejauhan.

Winda membalas lambaian tangannya, wajahnya tersenyum senang melihat Zafran.

"Winda" bisik Luis.

"Ada apa?"

"Jangan terlalu akrab dengan Zafran" kata Luis memperingatkan.

"Kenapa?" tanya Winda tidak mengerti.

"Nanti aku cemburu" kata Luis santai tanpa melihat Winda.

"Ih apaan sih" Winda tersipu malu.

Ehem, makin sweet aja nih. By the way siapa yang berada di belakang kak Lisa?

Bersambung ...

Note :

Yuk ngobrol, Ngomong-ngomong karakter siapa yang paling disukai pembaca? Dan apa alasannya?

avataravatar
Next chapter