Ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya, Lia dan Akira bingung harus ngapain, pekerjaan rumah sudah mereka selesaikan sejam yang lalu. Kebetulan hari ini hari minggu mereka sedang libur.
"Bosan". Ucap Lia sambil tiduran di paha Akira.
"Hmmm…, bagaimana kalau kita belajar berhitung biar kamu nggak bosan?". Ucap Akira.
"Nggak ah, males".
"Ayolah, dari pada nggak ada dikerjakan". Ucap Akira sedikit memaksa.
"Baiklah kalau kamu maksa". Ucap Lia mengalah.
"Aku duluan". Ucap Akira.
"Satu ditambah satu berapa?". Ucap Akira memulai.
"Dua".
"Tunjuknya pakek jari dong, biar seru, biar syaraf motoriknya lebih aktif lagi. Aku ulang ya". Ucap Akira yang mendapat anggukan dari Lia. Lia megubah posisinya dari tiduran menjadi duduk.
"Dua ditambah dua berapa?".
"Empat". Ucapnya sambil memperlihatkan empat jari kirinya.
"kalau dua ditambah tiga berapa?". Lanjutnya lagi.
"Lima".
Perlahan Akira memasukan jari-jari kananya ke sela jari kiri Lia. Lalu mengecupnya.
"Mau gombal ternyata, kak. Ok, giliran aku".
"Coba perlihatkan telapak tangannya satu". Ucap Lia memulai aksinya.
Akira menjulurkan telapak tangan kanannya. Lia menempalkan telapak tangan kirinya mengikuti tangan Akira lalu memasukannya kesela sela jari.
"Tangan kita pas kak, berarti kakak adalah jodoh yang dikirim sang Pencipta untukku". Ucapnya sambil mengangkat alisnya sebelah. Seolah mengatakan hebatkan gombalanku.
"Dari mana kamu belajar gombal?". Tanya Akira mencubit pelan hidung Lia.
"Dari kakak". Ucap Lia sambil tersenyum.
"Kok kakak?".
"Kan barusan kakak gombalin aku".
"Kakak nggak gombal lo, itu cuma alasan kakak buat megang tangan kamu. Mau dengar yang benar gombal nggak?". Tanya Akira.
"Boleh". Jawab Lia antusias.
"Oh ya, hampir lupa. Aku punya sesuatu buat kamu nih".
"Apaan kak?". Tanya Lia penasaran.
Akira kemudian mengambil sesuatu dari balik bajunya. Ia terlihat agak kesusahan mengambinya. "Perlu bantuan, kak?". Tanya Lia melihat Akira yang kesusahan.
Akira menggelengkan kepalanya sambil terus berusaha mengeluarkannya. "Susah banget". Ucap Akira sambil terus menarik tangannya. ia kemudian mengeluarkan tangannya sambil melingkarkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk love.
"I love you". Ucapnya sambil tersenyum memperlihatkan lensung pipinya.
"Mau aku ramal nggak kak". Ucap Lia. Rupanya ia ingin balik menggombal.
"Nggak ah, nggak percaya ramalan". Ucap Akira menggoda Lia.
"Ishh…, nggak seru". Ucap Lia cemberut.
"Iya dah ya. Biar senang".
"Ish…, tu kan. Jahat banget". Ucap Lia bertambah kesal.
"Bercanda, nggak usah ngambek dong". Ucap Akira menghentikan kejahilannya.
"Nggak jadi, males". Ucap Lia meninggalkan Akira masuk ke dalam rumah.
"Yah, ngambek". Keluh Akira. Ia kemudian menyusul Lia masuk ke dalam rumah.