webnovel

Chapter 4 DL

Edison bisa melihat kekecewaan di wajah gadis itu, namun yang ia tanyakan hanya sang Kakak.

Lelaki itu kini menatap sembari berpikir jawaban apa yang akan di berikan nya pada gadis itu.

"Hei, aku menunggu informasi itu. Aku sudah melakukan semua yang kamu inginkan apakah menurut mu ini kurang? ini snagat berlebihan jika kamu berpikir harga ku sebanding dengan informasi itu"

Ucapan Selena membuat Edison berpikir untuk terus melanjutkan akting nya. Lagi pula kapan lagi ia akan membalas dendam sekaligus mendapatkan gadis yang belum tersentuh seperti Selena.

Wajah puas dan licik sekarang terpampang di raut wajah Edison sembari di iringi tertawa menyeringai.

Edison menoleh pada Selena yang sedang menunggu jawabannya. "Aku akan menyuruh orang-orang ku untuk menemukan Devan untukmu!" Jawabnya.

Selena sontak membelalakkan matanya. "Jadi kamu menipuku? kamu tidak tahu Devan dimana?" Selena berteriak seolah Edison benar-benar membodohi dia, meskipun sebenarnya iya!

"Kamu cukup tinggal disini, maka kamu akan lebih mudah bukan menemukan Devan. Jika kamu pergi sendirian mencarinya, belum tentu kamu akan menemukan dia."

Selena berpikir ucapan Edison ada benarnya juga. "Kalau begitu aku benar-benar akan mempercayai mu kali ini, tapi ingat kamu harus menemukan Kakak ku!" gadis polos itu terbuai begitu saja.

Edison mengangguk dan membuat Selena percaya padanya. Padahal lelaki itu hanya tertawa di dalam hati, ia tak peduli pada ucapan Selena, ia hanya ingin bersenang-senang bersama wanita itu terus menerus.

Edison membuka paksa selimut yang menutupi tubuh Selena dan menggendongnya ke jaguci di depan ranjangnya. Ia menidurkan Selena di sana, kemudian menyalakan air. Gadis itu terus berteriak, tetapi Edison seakan tak mendengar sampai mereka berdua menyatukan diri lagi di dalam jaguci yang hampir terisi air sepenuhnya.

Selena lebih rileks kali ini, ia berharap Devan segera datang dan membawanya pergi dari bajingan yang sedang menikmati tubuhnya itu.

Edison sangat terpuaskan oleh Selena. Setelah puas, gadis di depannya di suruh memakai baju milik Edison yang ada di kamarnya, gadis itu kebingungan dan hanya mengambil sebuah kemeja putih berukuran sangat besar, hampir menutupi lututnya.

"Aku lapar sekali!" Lirih Edison.

Selena menoleh ke arah lelaki itu, ia melawan harga dirinya di depan bajingan itu dan kini berniat menuruti keinginan nya. Lagi pula ia sudah kotor pikir Selena.

"Aku akan memasak untukmu!"

Tanpa basa basi, Selena keluar dari kamar itu, ia turun ke lantai satu. Tampak para asisten rumah tangga termasuk Nyonya Nana menatapnya. Mereka menerka-nerka biasanya wanita yang masuk ke rumah ini akan keluar dalam waktu beberapa jam! Namun sudah tiga hari Selena berada di kediaman Edison.

"Nona ada yang bisa saya bantu?" tanya Nyonya Nana.

"Bolehkah aku memakai dapur sebentar? Tuan Edison ingin makan sesuatu!" tanya Selena.

Para asisten itu saling tatap, Edison hanya memakan makanan yang di masak oleh chef, selain itu ia juga harus melihat chef itu memasaknya. Bagaimana bisa Edison percaya pada orang yang baru di kenalnya.

"Apakah Nona mau masak?"

Selena mengangguk. Nyonya Nana menyuruh semua orang keluar dari dapur utama! Hanya ada dia dan Selena saja.

"Apa yang mau Nona masak?" tanya Nana.

Selena menatap meja di dapur yang dipenuhi sayuran dan juga daging beserta ikan segar.

Selena tampak berpikir agak lama."Aku akan memasak daging ini!" Selena kemudian menunjuk daging sapi kualitas terbaik.

Nyonya Nana hanya mengangguk, melihat Selena mulai melakukan tujuannya. Gadis itu tampak sangat pintar dalam masak! Ia merendam daging sapi itu dengan air nanas, kemudian menyiapkan bumbu-bumbu yang dibutuhkan nya. Setelah itu ia memotong dadu daging yang sudah tampak sangat empuk begitu pisau dapur menyentuh nya.

Disela-sela ia memotong daging, Nyonya Nana membuka suara. "Nona, namamu Selena markez?" tanya nya.

"Ya, aku adik Devan! Ayahku, bernama markez. Apa kau mengenalnya Nyonya?" tanya nya dengan senyuman yang terlukis di wajahnya itu.

Nyonya Nana terdiam seketika. "Entahlah Nona, aku tidak terlalu ingat."

"Aku kemari karena mencarinya! Ayahku sangat merindukan kak Devan! Hampir tiga tahun dia tidak pulang, bahkan tidak mengirim kabar."

Mendengar ucapan Selena membuat hati Nyonya Nana sakit. Ia seakan tak mampu berbicara lagi di depan gadis itu, di saat dia mengetahui segalanya.

Selena masih menyunggingkan senyuman, ia mulai memasukan bumbu-bumbu yang dibuatnya kedalam wajan anti lengket. Kemudian ia memasukan daging dan mulai memasaknya dengan menambahkan segelas air penuh.

Tiga puluh menit berlalu, Selena mulai menaruh masakannya di piring berwarna putih dengan ukuran lebar. Menambahkan tomat segar dengan taburan lada hitam yang menggoda.

"Apa Nona mau nasi?" tanya Nyonya Nana. Ada perasaan iba menatap gadis di depannya. Ia bahkan ingat ketika ibu gadis itu memangku nya sebelum meninggal.

Selena mengangguk, kemudian Nana membantu mengambilkan semangkuk kecil nasi. "Nyonya, bolehkah aku meminta dua mangkuk! Aku akan makan di atas bersama Edison.

Emily membelalakkan matanya. Ia tidak pernah melihat Edison makan di rumahnya. Lelaki itu terkenal sangat bersih dan memiliki aturan nya sendiri. Namun mengingat masakan itu diminta oleh Edison, Nyonya Nana pun tidak bertanya lagi dan memberikan semangkuk nasi lagi.

"Terimakasih Nyonya!" Ucap Selena, ia kembali menapaki tangga menuju kamar Edison, membawa sebuah nampan berisi masakannya dengan dua mangkuk nasi.

Ia tak membawa air, karena di lantai dua juga sudah tersedia.

Selena mengetuk pintu Tuan muda itu. "Masuk!" Jawab Edison.

Selena berusaha mendorong pintu itu dengan punggungnya sementara tangannya membawa nampan. "Ah, berat sekali pintu mu!" ucapnya.

Edison yang hanya memakai celana pendek selutut, melihat tingkah Selena. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Membawakan mu makanan."

Selena menaruh makanan yang dibawanya di atas meja kecil di pinggir jendela besar kamar itu.

"Aku tidak pernah makan di kamar!"

"Ah, aku akan membawa turun lagi!" Jawab Selena, tatapan datar Edison membuatnya sangat takut.

Baru saja ia akan membawa kembali makanan itu, Edison memanggil. "Hei, taruh saja disitu! Aku akan mencobanya."

Mendengar itu Selena sedikit lega. Edison bangkit dari ranjangnya kemudian berjalan dan duduk di kursi meja makan pribadinya itu.

"Kenapa kamu bawa dua mangkuk nasi?" tanya Edison.

"Un- untukku dan untukmu Tuan," Selena menjawab dengan terbata-bata.

"Lalu kenapa kamu tidak duduk?"

Lagi-lagi Selena kaget dengan jawaban Edison. Setiap pria itu membuka mulutnya, seakan ia berada di ambang kematian karena takut salah berkata.

Gadis itu menarik kursi dan duduk di depan Edison. "Apa kamu meracuniku? aku tidak pernah makan masakan yang tidak aku lihat cara masaknya."

Mendengar ucapan Edison, kini Selena mengambil karet yang berada di pergelangan tangannya. Ia kemudian mengikat rambutnya yang baru saja kering setelah mandi itu. Pemandangan itu membuat Edison memperhatikan rahang Selena yang sempurna, dengan bulu-bulu rambut kecil yang tersisa ketika ia mengikat rambutnya.

Edison menyadarkan dirinya. Padahal ia sudah sering menghabiskan waktu dengan wanita-wanita cantik di pelosok negeri! Tapi Selena adalah gadis yang menarik perhatiannya dengan pesona sederhana nya itu.

"Heh, apa kamu berpikir aku meracuni kamu sebelum kamu mengatakan dimana Kakak ku?" ucap Selena, kemudian ia mengambil garpu dan mengambil daging dadu yang dimasak nya, ia mengunyah tepat di depan Edison.

"Ah, enak sekali! Jika kamu tidak mau tidak usah makan, aku akan menghabiskan nya." gertak Selena.

Wangi masakan itu menggoda penciuman Edison kini. Ia kemudian dengan lemah menggerakkan garpu dan mengambil daging dengan cara yang sama seperti Selena lakukan.

Ia mengunyahnya pelan, ia merasakan sensasi bumbu yang pas dengan daging yang super empuk dan lembut di mulutnya. "Ah, minum cepat!" Edison tiba-tiba berteriak setelah mengunyah beberapa saat.

Selena panik dan segera mengambil air untuk Edison dari dalam kulkas di kamar itu. "Kenapa?" tanya Selena.

Edison masih minum air mineral dari botolnya itu hampir setengahnya. "Ini sangat pedas, aku tidak bisa makan daging pedas Selena!" Edison berteriak.

"Aku tidak tau kamu tidak memakan makanan pedas Tuan, maaf!" Selena tampak menyesal.

Edison mengelap keringat di kepalanya. "Tapi ini tidak akan pedas jika kamu memakan nya dengan nasi Tuan!" Lanjut Selena.

Baru saja Edison akan membuka mulutnya, Selena menyendok nasi dengan daging dan memasukkan nya kedalam mulut Edison.

Edison kaget namun giginya mengunyah makanan itu. Benar saja, tidak terlalu pedas, walau sensasi panas nya tetap ada.

Ia tidak pernah memakan makanan pedas karena perutnya yang sensitif, namun anehnya ia bisa meminum alkohol tanpa berhenti dan itu baik-baik saja.

"Makan saja nasinya, agar pedasnya hilang Tuan." ucap Selena.

"Tidak, aku akan memakan dagingnya juga! Em, aku memakan nya karena kamu sudah susah payah membuatnya." Edison menutupi rasa antusias nya tentang masakan Selena, ia juga menjaga harga dirinya sehingga tidak memperlihatkan bahwa ia ingin makan masakan gadis itu.

Edison menyendok lagi dan lagi daging dengan nasi yang di bawa Selena! Bahkan ia menyuruh gadis itu mengambilkan lagi nasi untuknya. Selena tersenyum simpul melihat Lelaki itu untuk pertama kalinya seperti manusia normal.

Setidaknya ia tidak akan membunuhnya untuk detik ini, pikirnya!

"Sejak kapan kamu bisa memasak seperti ini?" Tanya Edison, begitu Selena kembali duduk dengan menaruh semangkuk nasi di depannya.

"Sudah sedari kecil, semenjak ibuku meninggal," Jawab Selena, sembari mendengarkan jawaban gadis itu tangan Edison tak sengaja memegang tangan Selena dan mereka bertatapan canggung.

Kelu sekali lidahnya membuat ia tak bisa berkata apa-apa dan bingung sekarang.