webnovel

Latar Defiana Sang Bos Mafia

Beberapa tahun silam ...

Defiana baru saja pulang ke rumahnya, setelah membahas prihal balas dendam pada kubu Gangster Mafioso, musuh bebuyutan kubu Gangster yang di pimpin Defiana, bernama 'Cyclops'

Wanita cantik itu melangkah dengan anggun, memasang ekspresi wajah yang begitu cerah dan ceria, matanya berbinar, senyumnya begitu merekah, bagaikan tidak terjadi apa pun sebelum sampai ke rumah ini.

Padahal sudah jelas dia sudah membunuh dua pria, salah satu anggota Detektif indonesia, saat dalam perjalanan pulang kemari.

"Ibu..." pekik Defiana. "Uncle?!" Defiana terkejut bukan main, ketika melihat Ibu dan Pamannya tewas mengenaskan, bersimbah darah yang mengalir dari bekas luka hujaman pisau yang mencabik kedua orang yang sangat Defiana cintai.

Air Mata Defiana mengalir deras, sambil berlari mendekati Ratih, sang ibu dari Defiana, yang jelas sudah tidak bernyawa lagi. Defiana menjatuhkan tubuhnya ke lantai tepat di depan Ratih dan juga Pamannya, Defiana menundukan pandangan menatap pisau yang berada tidak jauh dari jasad Ratih.

Dengan tangan gemetar, dan air mata yang terus mengalir, Defiana perlahan meraih pisau itu. Defiana memandangi logo yang tidak asing baginya. logo itu terpampang jelas di ujung gagang pisau besar yang sedikit menyerupai pedang, logo ukiran pria bertopi itu, jelas adalah logo Gangster Mafioso.

Dada Defiana bergemuruh, dunianya hancur berkeping-keping dalam sekejap.

"Apa yang sudah kamu lakukan?!" teriak Baskara, menggema memenuhi seisi dapur.

Spontan Defiana melepaskan pisau yang sejak tadi dia genggam, lalu menolehkan wajah ke arah suara dengan mata sembab.

"Anak sialan!" Baskara kembali berteriak seraya berjalan cepat ke arah Defiana. "Anak durhaka!" teriak Baskara menampar keras pipi Defiana, saking kerasnya, hidung Boss Mafia itu mengeluarkan cairan merah nan kental.

Tak cukup dengan itu, Baskara menyeret Defiana dengan menjambak rambutnya, setelah itu, Baskara lantas mendorong kepala putri sulungnya hingga jatuh tersungkur.

Baskara menghampiri istrinya, dengan panik memeriksa denyut nadi istri tercintanya itu, tangis Baskara pecah, beliau memeluk jasad istrinya yang tewas mengenaskan ini.

Beberapa detik kemudian, Baskara menolehkan wajahnya pada Defiana yang juga tengah menangis, dendam membara tumbuh dengan hitungan detik, bersamaan dengan hancurnya hati wanita yang terkenal kejam itu.

"Inikah balasan yang kau berikan pada Ibu yang sudah melahirkanmu, membesarkanmu dengan penuh kasih sayang, selalu berdiri bagaikan perisai, melindungi dirimu?!" bentak Baskara parau nan bergetar hebat, pria bersifat tegas, bertubuh kekar ini, untuk pertama kalinya menangis di hadapan putrinya.

"Tidak, Yah! Bukan aku yang melakukannya ... Bukan aku," lirih Defiana, membela diri di antara isak tangisnya.

"Sudah jelas kau yang memegang pisau itu! kau yang membunuh Ibu kandungmu sendiri!" bentak Baskara, dadanya terasa begitu sesak melihat kenyataan pahit, yang belum pernah beliau bayangkan sebelumnya.

"Sumpah, demi Tuhan! Aku tidak membunuh Ibu! Bukan aku pelakunya!" Defiana membalas ucapan Ayah tercintanya, dengan segenap luka dan kecewa yang saat ini menyelimuti dirinya.

"Hei, apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Xiavier, berhasil mengembalikan pikiran Defiana yang sejak tadi menjelahah ke masa lalu.

Defiana menunduk, lantas mengusap sisa air mata di pipinya. "Tidak, aku hanya merindukan, Ibuku," kata Defiana kembali mengangkat kepalanya, lalu meraih satu bungkus rokok di atas meja tepat di hadapan Defiana.

Xiavier hanya diam, ikut prihatin dengan jalan hidup Defiana yang terbilang rumit dan hancur. Tepat setelah Ratih di kuburkan, gadis itu di anggap mati oleh Baskara. Baskara memilih untuk menyembunyikan bukti, dan membebaskan Defiana dari hukuman, asalkan wanita itu pergi jauh dari hidupnya dan juga Kinara, Baskara sungguh tidak sudi memiliki anak seperti Defiana.

Xiavier menatap Defiana yang tengah merokok, sambil menengadah dan memejamkan matanya, Boss Mafia itu membiarkan luka di hatinya meluap, melalui air mata yang berjatuhan dari pelupuk mata indahnya.

Defiana memang nakal, sejak SMA dia membangun Gang Cyclops, Defiana yang selalu keluar masuk tahanan walau hanya satu minggu, membuatnya kekurangan uang karena sanksi yang di berikan Baskara yang tidak memberikan uang saku pada Defiana. Sejak saat itu, Defiana mulai memperjual belikan senjata ilegal, dan narkoba.

Hasil dari semua itu sangatlah besar, dan itu jelas mengundang ketidak puasan Defiana, Boss Mafia itu menginginkan hasil yang lebih, lebih, dan lebih lagi. sindikat penjualan ilegal itu semakin membesar, memiliki jaringan hingga ke luar negri. Kesuksesan Cyclops itu cukup mengundang rasa iri dari kubu lainnya, dan itu membuat Defiana memiliki banyak musuh. Perang darah pun sering terjadi, hingga ibu dan paman Defiana menjadi sasaran.

Bertahun-tahun, Defiana hidup berselimutkan dendam membara, keinginannya untuk membasmi anggota Mafioso sungguh tidak terbendung lagi. Sejak kejadian itu, rasa kemanusiaan yang ada dalam Defiana sirna tak tersisa.

Di sisi lain ...

"Ra! sudah cukup sampai di sini, jangan berbohong lagi!" desak Nanda, masih tidak kunjung membuat Kinara membuka mulut untuk bercerita, wanita cantik berhati lembut itu hanya menangis dan menangis, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menitikan air mata.

"Apa benar, suamimu berkhianat?" Nanda berinisiatif untuk menanyakannya saja satu persatu, karena jika mendesak Kinara untuk bercerita, itu tidak mungkin.

"Ra!" panggil Nanda ketika Kinara tak juga menjawab pertanyaannya.

"Atau, aku harus memberi tahu ayahmu tentang ini? Agar kamu mau bercerita? Mungkin jika ayahmu yang bertanya, kamu akan menceritakannya," sambung Nanda, spontan membuat Kinara mengangkat wajahnya dan menatap Nanda dengan netra berairnya itu.

"Jangan, Nan! Aku mohon, aku tidak ingin ayahku tahu tentang ini, aku tidak ingin membuatnya bersedih," sahut Kinara cepat.

"Ya, sudah. Katakan yang sebenarnya padaku!" titah Nanda, membuat Kinara mau tidak mau harus patuh akan keinginnan Nanda.

Kinara pun mulai menceritakan semuanya, sejak pertama kali menikah dengan Keano, hingga detik ini.

wanita cantik bagaikan bidadari itu bercerita cukup panjang, hingga memakan waktu beberapa puluh menit.

Nanda sedikit menggeser duduknya ke depan, lantas merengkuh tubuh Kinara, Nanda memeluk Kinara erat dengan penuh kasih sayang, membiarkannya menangis dalam pelukan Nanda. isak tangis itu terdengar pilu, amarah di dalam diri Nanda begitu membara.

"Sudah, mulai detik ini, siapa pun yang membuatmu menangis, maka orang itu akan tiada di tanganku," ucap Nanda sambil mengusap lembut belakang kepala kinara yang berambut panjang itu.

Kinara membalas pelukan Nanda, air matanya semakin deras mengalir setelah mendengar ucapan Nanda

Tiba-tiba, lengan Nanda di tarik dengan kasar hingga berdiri terhuyung-huyung, hampir saja terjatuh. Nanda dan Kinara terkejut bukan main ketika menyadari bahwa yang menarik Nanda itu adalah Keano.

Belum sempat Nanda berbicara, hantaman keras mendarat dengan mulus di pipi Nanda, Keano memukul pemuda tampan itu berulang kali tanpa ampun.