webnovel

Bab 13 Jalan-jalan!

Dara duduk didepan kelas sambil kakinya di selonjorkan ke lantai. Memainkan ponsel yang membuat dia jenuh sendiri. Pasalnya dari tadi dia menunggu manusia kutub tapi kok tuh orang gak muncul-muncul? Ayu gak boongin Dara kan? Pikirnya...

Dia menengok terus kearah kelas Ayu setelah itu mengeluarkan nafasnya dari mulut. Sungguh sangat lama sekali manusia itu menjemputnya. Apa jangan-jangan Ayu membohongi Dara? Dibilang dia menerima rules kedua dari Dara taunya Ayu malah meninggalkan dia. Jika benar itu terjadi! Sungguh sangat kejam sekali ciptaan Tuhan satu itu. Padahal dari bel pulang sekolah berbunyi Dara terus menunggu tapi manusia itu tak kunjung datang.

Untungnya didepan kelas disediakan kursi panjang bagi setiap anak murid jika ingin dudukan di luar kelas. Jadi Dara menunggu Ayu duduk di kursi gak terlalu menyedihkan banget. Menunggu manusia yang entah dia bakalan datang apa nggak? Udah kayak pengemis aja Dara. Bedanya Dara mengemis cinta Ayu.

"Andai, cinta itu gak butuh pengorbanan Dara gak bakalan menyedihkan seperti ini." Ucapnya pada diri sendiri.

Huft!

Dara menghela nafas untuk yang kesekian kalinya menunggu Ayu. Padahal dia rela nunggu sampai 30 menit. Bayangkan udah hampir setengah jam dari bel pulang berbunyi dia dudukan di kursi depan kelas hanya demi menunggu manusia yang bernama Nathania Ayu Albert. Sungguh sangat tega jika Ayu meninggalkannya. Apalagi Dara menyuruh adiknya agar pulang lebih dulu. Kalo misalkan Ayu udah pulang dan gak bakalan datang pastilah Dara terjebak sendirian di dalam sekolah. Mana hari sudah mulai petang akan menjelang malam.

Sekolah SMA Nusa Bangsa memang full day. Jadi setiap pulang selalu setelah ashar. Sekarang bayangkan dari jam bel pulang Dara menunggu Ayu. Tapi tak kunjung manusia itu menampakkan diri. Kurang sabar apalagi Aldara menunggu Nona crush yang gak punya perasaan seperti Ayu. Apa dia tidak memikirkan Dara? Jika benar ia meninggalkannya. Satu kata buat Ayu....

"Kejam!" Ucap Dara dan menyenderkan tubuhnya ke kursi. Itu terus yang dia lakukan. Sesekali dia melihat layar ponselnya. Siapa tau Ayu mengirimkan DM atau pesan, atau kabar, atau apalah. Supaya dia memberitahu keberadaannya dan memberikan kepastian! Jangan membuat dia menunggu lebih lama lagi. Karena menunggu itu sangatlah tidak enak.

Dia sudah beberapa kali mengirimkan spam kepada Ayu. Tak ada tanda-tanda untuk membalas. Saat dia menelpon Ayu sama sekali Ayu tidak mengangkatnya. Sekarang dia mencoba untuk mengetikkan sesuatu yang meminta Ayu untuk cepat datang. Karena Dara takut, hari semakin gelap. Suasana di dalam sekolah semakin horor membuat bulu kudu pantat Dara berdiri. Melihat lorong sekolah yang begitu luas dan tidak ada penghuni selain dirinya.

Tak!

Tak!

Tak!

Langkah kaki seseorang yang mendekati membuat Dara mengalihkan perhatian dari layar ponsel ke sumber suara. Dia tersenyum mendapatkan tanda-tanda kalo orang yang dari tadi Dara tungguin ternyata muncul juga. Itu artinya Ayu gak sekejam yang dia pikirkan. Senyumannya seketika luntur melihat sosok serba hitam apalagi mukanya gak keliatan. Karena dia memakai pakaian hitam. Semuanya hitam!

Dara memicingkan mata menajamkan penglihatannya melihat sosok makhluk serba hitam yang berjalan kearahnya. Apa mungkin makhluk itu berbentuk hitam seperti roh-roh film horor yang seringkali Dara tonton. Kalo itu beneran roh berarti itu bukan manusia kan? Dara sontak membulatkan mata melihat sosok serba hitam itu semakin mendekati dia.

Saat dia akan berdiri dan lari menjauh tapi nihil! Tasnya keburu dipegang dan ditarik oleh sosok serba hitam itu.

"Aaaaaaarrrhh! Dara gak mau. Dara masih pengen hidup! Mami, Papi tolongin Dara! Dara gak mau dimakan. Dara belum nikah. Ya Tuhan tolong kabulkan doa Dara. Kalo Dara mau mati bisa gak matinya dipending dulu. Nanti aja pas Dara udah nikah! Udah tau rasanya uwuw-uwuwan!"

Makhluk serba hitam yang memegang tas Dara memutarkan bola mata mendengar perkataan manusia freak itu. Gak habis pikir dia sama Dara! Bisa-bisanya dia berpikiran begitu. Emang dasar childish, pikirnya...

Bugh!

"Awh...." Ringisnya saat Dara memukul hidung dia dengan sekuat tenaga sampe terlepas pegangan dia pada tas Dara. Yakin sih dia, hidungnya pasti berdarah.

"Eh!" Kaget Dara saat mendengar suara rintihan dari makhluk serba hitam didepannya. Kok roh bisa kesakitan? Terus sejak kapan roh bisa kena pukul sampe meringis sakit? Apa jangan-jangan itu Martin si pencabut nyawa, pikir Dara.

Dia membuka masker hitam yang ia kenakan. Langsung menatap tajam pada Dara yang ada didepannya. Membuat Dara langsung membelalakkan mata.

"Ayu!" Pekik Dara dan langsung memeluk Ayu sangat erat.

"Untunglah ini Ayu! Dara pikir roh atau Martin si pencabut nyawa." Cetus Dara memeluk tubuh Ayu. Dia sangat ketakutan barusan saat melihat Ayu yang serba hitam bahkan roknya aja sekarang berganti celana jeans hitam. Memakai jaket hitam, topi hitam dan masker hitam. Gimana Dara gak was-was? Mana sekolah udah sepi tinggal Dara seorang diri.

Ayu cuma mendengus kasar mendengarnya dan mendorong tubuh Dara agar menjauh dari tubuh dia. Alergi Ayu deketan melulu sama tuh manusia. Bikin jengkel plus kesel aja. Mana hidung Ayu kena tonjokannya lagi. Muka mulus dia harus terluka sekarang karena ulah childish Dara.

"Sekarang gue ada disini! Jadi, sekarang hapus foto itu."

"Tapikan kita harus jalan dulu." Ucap Dara tersenyum melihat Ayu.

Ayu tanpa kata-kata langsung pergi dan diikuti oleh Dara yang mensejajarkan langkahnya dengan kaki jenjang Ayu.

"Em, hidung Ayu sakit ya?" Tanya Dara melihat wajah Ayu dari samping.

"Menurut Lo!"

"Maaf, Dara gak sengaja! Habis Ayu juga sih nakutin. Kenapa coba pake pakaian begitu? Bikin parno aja."

"Ini juga semua gara-gara Lo!"

"Lho, kenapa Dara?"

"Iya, karena kalo sampe orang-orang tau gue jalan sama manusia yang gak punya otak kayak Lo. Bisa-bisa jadi bahan bullyan gue." Cetus Ayu tanpa menoleh melihat Dara yang awalnya senyum lebar kini berubah tersenyum masam mendengar perkataan Ayu barusan.

Dara langsung menunduk dan memegang kuat tali tas yang sedang dia gendong. Perkataan Ayu nyakitin! Masa Ayu bilang jalan sama Dara jadi bahan bullyan. Belum lagi dia bilang Dara manusia gak punya otak. Emang segitunya ya Dara? Pantesan aja Aldi nolak cinta dia. Karena memang Dara manusia yang gak punya otak seperti apa yang dikatakan Ayu barusan.

Kok sunyi?

Tumben amat gadis disebelah Ayu gak banyak ngomong. Biasanya kan Dara bakalan bawel dan cerewet banget. Itu yang Ayu ketahui dari manusia freak. Kecerewetan dan kebawelannya udah mendarah daging.

Ayu yang tidak mendengar suara cempreng dari gadis disebelahnya. Menoleh melihat Dara yang lagi menunduk sambil memegang tali tas gendongnya. Kenapa tuh bocah? Apa dia tersinggung sama perkataannya barusan. Bukannya bagus kan? Kalo dia tersinggung dan tersakiti sama apa yang Ayu katakan. Pastinya Dara bakalan berhenti mengejar dia.

Jika mengeluarkan kata-kata pedas bisa membuat Dara menjauh darinya. Kalo gituh Ayu bakal terus mencaci dan mengumpat Dara sampai menyakiti hatinya. Tapi apa tidak jahat pada gadis itu? Pikir Ayu.

Apalagi sekarang Dara gak ngomong apapun setelah mendengar perkataannya barusan. Membuat gadis itu langsung menunduk sambil memegang kuat tali tas gendongnya. Ayu jadi merasa tidak enak pada Dara. Kenapa jadi dia ngerasa gak enak? Biasanya juga Ayu tidak perduli sama perasaan orang setelah apa yang dia katakan. Mau menyakiti apa nggak ya, masa bodo! Tapi melihat Dara yang menunduk dan tidak bersuara lagi. Kenapa rasanya Ayu merasa bersalah.

Shit! Perasaan macam apa ini. Batin Ayu.

Dia mencoba untuk tidak perduli dan acuh pada Dara. Tapi kepalanya terus menengok kearah Dara. Apalagi kedua matanya yang tidak lepas dari sosok gadis disebelah dia. Apalagi perasaannya yang menjadi terombang-ambing melihat Dara yang tak bersuara lagi. Jadi serba salah kan! Dia bener-bener merasa bersalah. Pasti Dara tersinggung sama apa yang dia bilang, pikir Ayu.

Dara terus menunduk dan tidak bersuara membuat gadis disebelahnya jadi linglung sendiri melihat Dara diem aja. Mending mendengar suara cerewet Dara daripada melihat dia yang terus menunduk seperti itu. Apalagi Ayu yakin banget! Kata-katanya menyakiti hati Dara. Ini kenapa dia jadi ngerasa bersalah? Padahalkan itu bukan Nathania banget memikirkan perasaan orang setelah apa yang dia katakan.

Saat Ayu akan memanggil Dara dan meminta maaf atas apa yang dia katakan. Sejak kapan dia meminta maaf pada orang? Gak ada istilah di kamus dia meminta maaf pada manusia. Apalagi ini Dara! Manusia childish yang selalu menjadi pengganggu dan menghantui hari-harinya. Manusia yang paling dia hindari.

Ayu langsung mengurungkan niatnya. Masa dia harus minta maaf sama Dara? Gaklah. Itu bukan Ayu banget! Dia mencoba untuk tidak perduli dan terlihat cuek pada Dara. Tapi sesekali dia melihat Dara dengan ujung mata. Karena gadis itu terus menunduk bahkan sama sekali tidak memperhatikan jalan.

Dara berjalan sambil menunduk tidak memperhatikan jalanan didepan bahkan disaat ada pembatas tembok didepannya pun, Dara tidak menghiraukan. Dia masih tetap melihat ke lantai dibawahnya. Saat sedikit lagi tubuh Dara hampir menabrak pembatas tembok. Dengan pergerakan cepat dan sigap tangan Ayu langsung menarik tubuh Dara.

Hap!

Dara yang ditarik tubuhnya langsung menubruk tubuh Ayu. Membuat dia tak sengaja memeluk Ayu yang tiba-tiba menariknya.

Deg!

Lagi! Jantung Ayu kesekian kalinya berdebar saat berdekatan dengan Dara seperti ini. Sedikit kesusahan Ayu untuk menetralkan jantungnya. Apalagi dia takut kalo sampai Dara mendengar detakan jantung dia yang udah kayak jualan di pasar, berisik bet.

Dara yang emang tingginya cuma sedada Ayu doang. Dia bisa mendengar jelas detakan jantung yang sedang bergemuruh di pendengarannya. Apalagi telinga dia udah menempel pada dada Ayu. Membuat dia tersenyum, apa Ayu deg-degan deket sama Dara? Pikirnya...

Dara mendongakkan kepala melihat wajah Ayu yang ada diatasnya. Wajah Ayu udah sulit untuk dikendalikan saat Dara menatapnya.

Glek!

Tanpa sengaja Ayu menelan salivanya. Ketika Dara menatap dia sedekat ini. Apalagi Ayu bisa melihat wajah Dara yang ada dibawahnya. Dagunya menempel pada dada Ayu. Sedangkan penglihatan gadis minimalis itu sudah sepenuhnya kepada dia. Membuat Ayu kesulitan bernafas saat dia ditatap oleh Dara. Kali ini wajah datar itu sedikit berekspresi keliatan banget Ayu gugup. Belum lagi dia berkeringat saat berpelukan tanpa sengaja dengan Dara.

"Kenapa? Ayu kok kayak gugup gituh deket-deket sama Dara?" Tanya Dara.

Ayu langsung mendorong tubuh Dara agar menjauh. Setelah itu dia membenarkan jaketnya dan topi yang dia pakai. Memakai masker kembali karena tadi dia membukanya. Dan.... Ayu gak bisa diem pokoknya! Apa iya dia gugup akibat berdekatan sama Dara? Gak bener ini.

"Kalo jalan itu liat depan." Dingin Ayu membuat Dara tersenyum.

"Kayaknya Ayu perduli banget sama Dara. Gak mau yah sampe Dara kenapa-kenapa. Apalagi tadi hampir aja Dara nabrak kalo Ayu gak sigap." Ucap Dara membuat Ayu semakin gugup mendengar perkataannya.

Lagian ngapain Ayu menarik tubuh Dara yang hampir menabrak pembatas tembok? Itukan Dara bukan dia. Tapi kenapa dia menolong Dara? Apa iya Ayu perduli pada Dara. Dan sejak kapan Ayu care sama orang lain.

Ayu langsung buru-buru pergi membuat Dara cekikikan. Gadis childish itu berlari menyusul Ayu dan mensejajarkan kembali langkahnya. Kini, kedua manusia itu berjalan kearah parkiran. Sedikit mengerutkan kening Dara. Kok Ayu gak pake seragam? Padahalkan ini baru pulang sekolah.

"Ayu?"

Ayu tidak menggubris saat Dara memanggilnya. Dia malah mempercepat langkah membuat Dara kesusahan untuk mengimbangi langkah kaki Ayu. Yang emang kakinya tuh panjang banget.

"Ayu, Dara panggil tau! Kok gak nyahut sih." Kesal Dara sedikit ikutan mempercepat langkahnya untuk bisa berjalan berdampingan.

"Astaga Ayu! Mau kemana sih? Kok cepet banget."

"Gue mau pulang!" Dingin Ayu tanpa menoleh pada Dara.

"Iya, tapikan kita harus jalan dulu."

Ayu cuma bisa berdecak kesal mendengarnya. Gak lupa tuh manusia sama syaratnya. Dia pikir setelah barusan perkataan menyakitkan Ayu kepada Dara, dia lupa sama rulesnya.

"Ayu!" Panggil Dara dan menarik jaketnya agar Ayu berhenti.

"Gak usah sentuh-sentuh gue!" Ucap Ayu menepis tangan Dara yang memegang jaketnya.

"Kenapa sih? Kan, Dara calon istri Ayu." Senyum Dara mengembang menatap Ayu.

"Amit-amit jabang bayi!"

"Ayu gak boleh gituh! Nanti kalo Ayu terlalu benci sama Dara. Bisa-bisa jatuh cinta lho."

"Gue gak benci sama Lo."

Dara yang mendengar itu langsung berbinar matanya.

"Ayu gak benci sama Dara?"

"Gak benci cuma amit-amit aja sama manusia kayak Lo."

Dara langsung memasang muka datar, sedatar-datarnya. Pas mendengar omongan Ayu barusan. Sedangkan Ayu terkekeh melihat muka kesal Dara yang sedang menatapnya. Gak tau kenapa keliatan menggemaskan saat muka baby face itu berubah kesal.

"Ayok cepetan! Nanti malah kemalaman disekolah." Cetus Ayu menuruni tangga menuju parkiran.

Dara malah diam aja dan membuang muka. Sambil melipatkan kedua tangannya di dada. Ngambek dia!

Sedangkan Ayu menghela nafas melihat Dara yang malah berdiam diri. Membuang muka sambil menyilangkan tangan di dada. Ceritanya dia lagi merajuk membuat Ayu tersenyum tipis melihat tingkah laku Dara. Kayak anak kecil gak dibeliin permen sama ibunya. Imut dan terlihat lucu dimata dia.

Ayu kembali naik ke atas dan menghampiri Dara yang masih buang muka. Gak mau liat muka Ayu! Udah dua kali dalam perjalanan Dara merajuk akibat ulah Ayu. Menyakiti hati Dara dan sekarang bikin dia ngambek pula. Gak benci cuma amit-amit. Nyebelin kan? Gimana gak kesel Dara dengernya. Emang dasar mulut cabe rawit! Doyan banget bikin anak orang sakit hati.

"Lo gak mau pulang?" Tanya Ayu kepada Dara. Sedangkan gadis itu masih membuang muka tidak melihat kearah Ayu yang sudah berdiri didepannya.

Ayu naik satu langkah lagi ke tangga untuk lebih dekat dengan gadis yang masih membuang muka. Mereka berdua memang berdiri di tengah tangga. Karena Dara berhenti tepat saat sedang menuruni tangga. Melihat Dara yang masih tidak ingin melihatnyam Ayu pun menangkup wajah Dara agar menatap dia. Langsung terperangah dan terkejut Dara saat wajahnya di pegang alias disentuh oleh Ayu.

Oh My God!

Pegangin Dara! Jangan sampe dia nyungsep kebawah tangga saat Ayu menangkup wajahnya. Langsung membuka lebar mulut dia ketika wajahnya disentuh oleh Ayu. Hilang semua kesadaran Dara! Rohnya berasa keluar dari tubuh. Mengakibatkan Dara sempoyongan menahan tubuhnya agar tidak jatuh menggelinding kebawah tangga.

Ayu yang melihat Dara hilang keseimbangan pun menahan tubuhnya. Takut jika sampai Dara jatuh ke bawah. Itu malah makin berabe yang ada.

"Lo kenapa?" Bingung Ayu melihat Dara yang sempoyongan. Dia juga khawatir kalo ini anak kesurupan.

"Oksigen, Dara butuh oksigen! Sesak nafas Dara ya ampun." Ucap Dara mengipas wajahnya dengan tangan.

Ayu cuma bisa geleng-geleng kepala sama tingkah manusia satu ini. Emang bener-bener ada aja tingkahnya yang bikin Ayu gak habis pikir sama Dara. Dia kira Dara kesurupan! Taunya emang tingkah childish Dara terkadang gak masuk di akal.

Ayu membawa Dara menuruni anak tangga dengan menggenggam tangan gadis itu.

"AAAAKKHHH!!!"

"Astaga! Apalagi!" Kesal Ayu saat Dara tiba-tiba menjerit bikin spot jantung aja.

"Tangan Dara! Tangan Dara!" Heboh Dara menunjuk kearah tangannya yang digenggam sama Ayu.

"Kenapa tangan Lo?" Tanya Ayu bingung dan mengangkat-angkat tangan Dara keatas masih dengan dia menggenggamnya. Mencari tau ada apa sama tangan Dara sampe bikin tuh bocil menjerit.

"Ayu tangan Dara!"

"Iya, kenapa tangan Lo?" Tanya Ayu geram sekali sama ini manusia satu.

"Tangan Dara digenggam sama Ayu! Aaaaaaarrrhh ya ampun!" Pekik Dara kegirangan sampe berlari dia kebawah tangga dan meninggalkan Ayu.

Ayu?

Jangan ditanya! Udah gak ngerti dia sama tingkah laku Dara yang terlalu ekspresif sampe bingung sendiri dia melihat gadis itu yang berlari menuruni tangga. Ya ampun Dara! Tak terasa Ayu terkekeh sendiri melihat Dara yang terlalu super aktif seperti itu.

Ayu menuruni tangga dengan senyuman di bibirnya. Sudah lama sekali dia tidak tersenyum seperti ini. Belum lagi dia merasa happy melihat tingkah lucu Dara yang membuat dia ketawa-ketawi melihatnya. Dara itu apa adanya, tanpa ada kepura-puraan untuk disukai oleh orang. Bahkan kekeh banget kalo menginginkan sesuatu. Contohnya seperti dia ingin menjadikan Ayu pacarnya sampai melakukan berbagai macam cara supaya Ayu bisa menerima dia. Emang dasar childish ada aja tingkahnya!

Sekarang setelah turun dari tangga Ayu melihat Dara yang sedang tersenyum menatapnya. Dan tak lama dia langsung menghamburkan pelukan kepada Ayu.

"Makasih, karena Ayu udah hadir dalam kehidupan Dara menyempurnakan kebahagiaan Dara." Senyum Dara merekah mendongakkan kepalanya melihat wajah Ayu yang ada di atas dia.

Ayu tersenyum tipis membalas senyuman manis Dara. Walaupun tipis itu mampu membuat Dara merasa bahagia. Karena sudah ada sedikit kemajuan bukan? Melihat senyuman tipis di wajah dingin dan datar dari manusia kutub itu. Bukan hanya senyum tipis ternyata dia juga mengelus tirai rambut blonde Dara yang membuat sang empunya ingin berlari. Tapi Ayu keburu menahan pergelangan tangan Dara saat akan berlari lagi. Dia tau Dara bakalan berlari. Jadi daripada kelamaan menghadapi sikap super aktif Dara. Mending Ayu menggenggam tangannya dan membawa Dara ke parkiran.

Dara udah mau keleyengan aja pas Ayu menggenggam tangannya, pen kayang bet dia. Tapi Ayu menahannya dengan menggenggam tangan Dara cukup erat. Bolehkah Dara menggambarkan perasaannya saat Ayu menggenggam tangan dia? Yang pasti BAHAGIA!

Dara terus memperhatikan genggaman tangannya yang sedang digenggam oleh Ayu. Jari jemari dia begitu pas dan menyatu sekali dengan jari panjang nan lentik Ayu. Berbeda banget sama jari-jari Dara yang pada bulet nan mungil. Dia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Ayu.

Ayu menghentikan langkahnya saat sudah sampai di samping motor. Sedangkan Dara mengernyitkan dahi melihat motor tinggi, jangkung dan gagah banget kayak yang punya. Eh! Tapi emang iya lho, Ayu itu tinggi, jangkung, gagah makanya kenapa Dara suka. Walaupun Ayu itu cewek tapi dimata Dara. Ayu adalah gentle womennya.

"Lho, Ayu bawa motor?" Tanya Dara melihat Ayu yang berdiri disampingnya.

"Kenapa Lo gak biasa naik motor?"

"Nggak! Dan ini kali pertama Dara naik motor. Pasti bakalan sweet banget naik motor berdua sama Ayu." Gembira Dara.

"Gak usah alay!" Sinis Ayu menatap Dara datar.

Ayu memberikan satu helmnya pada Dara membuat gadis itu tersenyum menerima helm yang dia berikan. Ayu memang membawa dua helm. Satu untuk dia pakai satu lagi di pakai oleh Dara. Karena niatnya memang kan, jalan berdua. Daripada naik mobil apalagi jalanan macet.

Bagaimana bisa Ayu sudah berganti pakaian?

Jawabannya adalah dia meminta pak Ardi untuk membawa pakaian ganti untuk dia. Pak Ardi itu adalah supir di keluarganya. Sekalian dia menyuruh pak Ardi untuk membawa motor KLX hitam yang sangat dia sayangi ke sekolah. Agar saat jalan berdua sama Dara tidak perlu naik mobil. Yang ada malah kejebak macet mereka.

Kok Ayu jadi bersemangat banget buat jalan sama Dara? Gak taulah. Yang pasti dia cuma gak mau sampe fotonya abadi di Instagram Dara. Bahkan sampe udah ganti pakaian supaya gak ribet naik motor tapi pake rok. Dia juga memakai pakaian tertutup itu agar semua orang tidak ada yang melihat Ayu yang jalan berdua sama Dara. Atau nanti bisa-bisa menimbulkan gosip tak sedap dari anak-anak. Berganti pakaian juga supaya jauh dari sorotan mata yang mengenalnya. Kalo nanti Ayu pake seragam sekolah dan memakai mobilnya. Nanti yang ada bisa dikenali jadi dia melakukan penyamaran agar tidak ada yang tau.

"Tangan gue gak mau di lepasin?" Tanya Ayu saat Dara terus menggenggam tangannya.

"Terlalu nyaman, hehehe." Cengengesan Dara membuat Ayu memutarkan bola mata melihatnya. Dia melepaskan tangannya yang menggenggam tangan manusia kutub itu.

"Ayu suka naik motor?" Tanya Dara saat Ayu memakai helm.

"Suka jalan-jalan aja. Apalagi Jakarta kalo naik mobil macet."

"Tapi kenapa setiap ke sekolah selalu bawa mobil?" Tanya Dara membuat Ayu mendelik tajam menatapnya.

"Bawel! Udah buruan naik." Cetus Ayu naik keatas motornya setelah memakai helm.

"Gak sabar iya? Pengen jalan sama Dara." Ucap Dara menggoda Ayu. Membuat manusia kutub itu melihatnya datar lewat helm yang dipakainya.

"Ayu tau nggak?"

"Tau apa?" Tanya Ayu melihat Dara yang berdiri disampingnya.

"Pertama kali Dara jalan-jalan sama orang yang Dara cintai apalagi jalan-jalannya pake motor. DARA BAHAGIA YA OLOH!!! YA OLOH!!"

Dara berlarian kesana kemari, emang dasar bocil! Ada aja kelakuannya yang bikin Ayu senyum. Aktif banget ya Dara? Sampe gak ada capeknya Ayu liat tingkah Dara yang super aktif. Ada aja tingkah laku Dara yang bikin Ayu seneng liatnya. Dia cuma memperhatikan dan melihat Dara yang sedang riweuh. Udah kayak Tarzan keluar dari hutan, gak bisa diem!

"Udah?" Tanya Ayu saat Dara sudah berhenti berlarian dan berdiri disampingnya.

"Belum!" Saat Dara akan berlari lagi Ayu keburu menghentikannya.

"Nanti bisa beranak disini gue nungguin Lo selesai lari-larian."

Dara malah cengengesan, dia tersenyum kepada Ayu.

"Jadi sekarang gimana?" Tanya Dara.

"Naik ke motor habis itu kita jalan-jalan."

"Yes!!!" Senang Dara buru-buru berdiri di samping jok belakang motor Ayu.

Sedangkan Ayu dari tadi emang udah naik ke atas motor jangkungnya. Emang iya namanya orang tinggi motornya pun ikutan tinggi sampe bingung Dara gimana cara naik motornya? Sedangkan tubuh Dara cuma sejengkal.

"Ayu, ini gimana naik motornya iya?" Bingung Dara mengelilingi motor Ayu.

"Tinggal naik doang, astaga!"

"Susah Ayu, ini tinggi banget." Cetus Dara menggaruk-garuk kepalanya bingung cara naik motor Ayu gimana. Maklum aja, Dara kan gak pernah naik motor dan ini seumur hidup dia baru naik motor.

Ayu kembali turun, dia mendengus kesal. Merepotkan banget ini bocah satu. Tanpa pake lama Ayu mengangkat tubuh Dara dan menggendongnya naik ke atas motor KLX milik dia.

"Makanya tumbuh tuh ke atas!" Sinis Ayu, setelah menaiki Dara ke motornya.

"Emang Dara pendek tapikan ada Ayu! Kalo Dara kesusahan naik motor Ayu, Ayu tinggal gendong Dara buat naik ke atas motornya." Senyum Dara lebar.

"Enak di Lo, berat di gue!"

"Bodo! Kan tugasnya Ayu itu melengkapi kekurangan Dara."

"Iya-iya cerewet! Udah cepet pake helmnya." Suruh Ayu karena dari tadi Dara cuma memegangnya saja.

"Gak mau! Kalo pake helm nanti Dara gak bisa nafas."

"Lo tinggal buka kaca helmnya, lagian bawah helm juga terbuka." Jengkel Ayu sama ini bocah.

"Nggak! Dara gak mau!" Tolak Dara.

Ayu yang kesal merampas helm dari pegangan Dara. Setelah itu memakaikannya secara kasar kepada Dara yang udah nangkring di atas jok motor.

Dugh!

"Aduh, kepala Dara kejedot!"

Ayu cekikikan mendengar rintihan kesakitan dari tuh bocah. Lagian nakal pake segala gak mau pake helm. Nanti aja ditilang polisi urusannya lebih berabe. Setelah memakaikan helmnya Ayu naik ke atas motor dan memakai sarung tangan. Ayu mau jalan sama Dara udah kayak ninja warrior. Gak keliatan apa-apa cuma kedua mata dia aja yang nampak.

Sedangkan dibelakang Dara sedang cengar-cengir. Kesenangan dia naik motor berdua sama Ayu. Padahalkan niatnya cuma jalan berdua sekarang dia malah berboncengan naik motor bersama Ayu. Dengan senang hati dan tanpa keberatan sama sekali dia memeluk pinggang ramping Ayu. Astagfirullah! Ini bukan cuma jalan tapi Dara bisa modusin Ayu. Kejang-kejang Dara saat ini saat tangannya sudah melingkar di perut Ayu.

Ayu menurunkan terlebih dulu injak kaki untuk Dara. Supaya gadis itu tidak pegal jika kakinya harus terus lurus kebawah. Kan, kalo pegal bisa injak kaki itu.

Dara?

Tersenyum dia! Ternyata Ayu perhatian juga sama dia. Walaupun cuma menurunkan injak kaki tapi udah bikin hati Dara meleleh melihat keperdulian Ayu cuma dalam hal kecil seperti itu saja.

Semoga nanti Ayu bisa menerima dan mencintai Dara. Batin Dara.

Ayu menyalakan mesin motornya membuat Dara menaruh kepala dia di bahu kanan sang pengemudi motor. Ayu melirik Dara yang udah meluk tubuh dia dan juga sudah dengan posisi nyamannya. Dia tersenyum melihat wajah Dara yang terpantul di cermin motornya.

Motor KLX hitam melaju meninggalkan halaman sekolah membuat Dara tersenyum semakin lebar. Dia makin nempel dan meluk Ayu erat banget sambil mengendus aroma badan dan parfum sang pengemudi motor. Ternyata Ayu suka wangi parfum buah-buahan begitupun aroma rambutnya yang wangi banget. Pokoknya dia bakalan simpan aroma Ayu didalam ingatannya. Apapun tentang Ayu, Dara menyukainya.

***~~~***

Setelah motor KLX membelah jalanan kota Jakarta yang udah padat dan rame banget. Apalagi hari sudah Maghrib. Sekarang kedua remaja sejenak istirahat di tukang bakso pinggir jalan. Itu pun Dara yang minta katanya perut dia laper butuh pemasokan makanan. Ayu udah sempet nolak. Karena dia pengen cepet-cepet nganterin Dara pulang. Tapi kata Dara itu namanya bukan jalan-jalan melainkan Ayu cuma nganterin Dara pulang. Gak ada momen jalan-jalannya. Sempat bertengkar di atas motor dan adu mulut pada akhirnya Ayu mengalah. Karena dia tidak mampu melawan mulut cempreng Dara yang terus nyerocos bikin kepala Ayu pening.

Jadi daripada mendengarkan celotehan Dara yang gak ada akhirnya. Ya udah, sekarang berakhirlah Ayu dan Dara di tukang bakso. Berbeda dengan Dara yang terlihat bergembira dan bersemangat menunggu bakso pesanannya. Ayu malah terlihat tertekan. Karena dari tadi orang-orang terus menatapnya. Akibat dia memakai baju serba hitam dan tertutup. Mungkin orang-orang berpikiran aneh soal Ayu yang malam-malam pakai kacamata hitam, topi, masker pakaiannya hitam semua gak ada corak-corak warna lain yang dipakainya. Di pikir kayaknya Ayu teroris untuk itu kenapa semua orang terus melirik.

Dara mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya. Dia melihat Ayu yang duduk disebelah.

"Ayu, hidung Ayu masih sakit gak?" Tanya Dara.

"Udah gak kok."

"Sini Dara liat, siapa tau masih ada noda darahnya."

Ayu menoleh melihat Dara yang sedang tersenyum didepannya. Kenapa tuh bocah freak suka banget senyum? Gak takut apa bibirnya lebar, pikir Ayu.

"Udah gapapa." Cetus Ayu kembali melihat jalanan didepannya.

"Dara cuma mau obatin aja kok. Anggap aja sebagai tanda minta maaf Dara karena udah pukul hidung Ayu."

"Gak usah lebay!"

"Bukan lebay, ih! Dara cuma ngerasa bersalah." Ucap Dara memegang wajah Ayu agar menghadapnya.

"Dara obatin ya." Senyum Dara.

"Telat! Darahnya juga udah kering."

"Seenggaknya Dara liat dulu." Kekeh Dara membuka masker yang Ayu pakai.

Objek pertama yang Dara liat bibirnya. Padahal yang dipukul itu hidungnya tapi kenapa kedua mata Dara langsung menyorot pada bibir kecil, tipis dan mungil banget. Dara malah menjilat bibirnya sendiri melihat bibir Ayu yang begitu menggoda imannya.

Ekhem!

Dara langsung terlonjak dan cengengesan saat Ayu berdehem. Mukanya itu lho, datar banget! Bikin kesem-sem jadinya. Dara lebih mendekatkan tubuhnya dan menggeser kursi agar lebih dekat sama Ayu. Dia ingin melihat hidung mancung yang barusan dia tonjok untung gak patah. Bisa kena pasal nanti Dara yang ada masuk penjara kalo sampe menyakiti Nona Albert.

Dara dengan telaten membersihkan sedikit noda darah yang sudah mengering di dalam hidung Ayu. Karena pas dipukul tadi Ayu memang tidak mengelapnya. Melihat Dara yang menunduk karena tersinggung oleh perkataannya membuat dia sampai lupa kalo hidungnya terluka.

Ayu benci perasaan ini! Perasaan yang melemahkan dia. Padahal dia sudah membentengi diri agar tidak jatuh cinta kepada siapapun. Karena cukup cinta dia kepada adik sepupunya saja itu sudah menyakiti hati Ayu. Apalagi Dara! Orang yang tidak dia kenal dan belum tau bagaimana sikapnya, karakternya dan belum sepenuhnya ia mengenal Dara. Tapi segampang itu Dara melemahkan pertahanan dalam dirinya. Apa Ayu sudah mulai jatuh hati pada Dara? Jika memang begitu. Apakah Dara dapat dipercaya untuk menjaga hatinya? Pikir Ayu.

Ayu takut jika sampai harus tersakiti untuk yang kedua kalinya. Memiliki cinta kepada sepupunya saja itu adalah kesakitan luar biasa untuk dia. Karena cinta Ayu itu salah! Tidak sepatutnya saudara sepupu memiliki perasaan terhadap sepupunya sendiri. Ayu sangat malu sampai-sampai menghilang dan pergi dari kehidupan Bintang. Padahal dia sudah berjanji akan selalu bersamanya. Tapi rasa cinta Ayu kepada Bintang membuat dia malu untuk menemui adik sepupunya. Orang-orang selalu berpikiran mereka berdua adalah saudara sepupu goals. Karena bisa saling melengkapi. Tapi nyatanya! Dengan sangat lancang Ayu memiliki perasaan terhadap Bintang, adik sepupunya.

Ayu tidak berani untuk menemui Bintang untuk saat ini. Setidaknya sampai benar-benar perasaan cinta dia terhadap Bintang pudar dan tergantikan oleh orang lain. Mata hazel tajam Ayu langsung melihat seorang gadis kecil yang sedang membersihkan noda darah yang sudah mengering di hidungnya. Dengan sangat lembut dan telaten sekali. Apakah orang lain itu adalah Dara? Apa Dara yang diinginkan hatinya. Jika iya, lantas kenapa harus seorang perempuan. Karena bagaimanapun itu akan sangat menyulitkan mereka berdua untuk tetap bersama.

Cinta bukan hanya menyangkut kedua hati melainkan juga tentang keluarga dan kedua orang tua belum lagi dengan teman-teman serta orang lain. Apa dunia akan bisa menerima kedua cewek saling mencintai dan memiliki hubungan? Tentu tidak bukan. Resikonya akan sangat berat jika sampai itu terjadi.

"Selesai!" Girang Dara setelah selesai mengelap darah kering di hidung Ayu. Tak lupa dia juga tadi sedikit membasahi sapu tangannya dengan air. Agar darahnya bisa bersih dan tidak bernoda di wajah cantik Ayu.

"Gak usah makasih, Dara ikhlas kok." Senyum Dara matanya hampir tenggelam di lipatan pipinya ketika dia tersenyum.

"Siapa yang mau makasih! Orang ini juga gara-gara Lo."

Dara langsung menatap malas manusia datar itu. Emang dasar kutub! Gak bisa banget dia tuh lembut.

Ayu kembali menghadap depan melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Kalo boleh jujur ini kali pertama Ayu berhenti di pinggir jalan dan makan. Gak makan sih! Karena bakso belum datang. Apalagi pembeli banyak banget jadi ngantri.

"Ayu pernah gak sih makan dipinggir jalan?" Tanya Dara ikutan melihat kendaraan yang berlalu lalang.

"Gak."

"Sama! Dara juga gak pernah."

"Terus kenapa Lo mau makan disini tadi?" Jengkel Ayu menatap Dara.

"Soalnya tukang bakso ini rame, pasti kalo rame enak kan? Jadi Dara mau cobain."

Ayu cuma bisa menatap dingin kepada Dara. Setelah itu menghadap depan lagi membuat Dara cekikikan.

"Misi dek, ini baksonya! Selamat makan dan semoga menikmati." Senyum si mas kepada dua pembelinya.

"Makasih kak, Dara bakalan menikmati kok." Senyum Dara kepada si mas.

"Wah, kalo begitu kami akan merasa sangat senang saat pembeli merasa puas." Ucap si mas masih mempertahankan senyumnya melihat Dara.

Ayu?

Udah kepengen banget menendang pria ini, genit pisan! Pake segala senyum terus belum lagi arah matanya itu liatin kedua paha Dara yang emang cuma pake rok selutut. Apalagi Dara duduk di kursi dan pria itu berdiri disampingnya. Kurang ajarkan? Bikin kesel aja emang ini satu cowok.

Tanpa kata-kata Ayu membuka jaket dan langsung menutupi kedua paha Dara yang terekspos. Sangat gratis abang-abang itu melihat.

"Kok jaketnya dikasih ke Dara?" Tanya Dara bingung saat Ayu menutup pahanya.

"Biar gak ada predator yang ngiler." Dingin Ayu menatap cowok itu datar.

Si Abang langsung menggaruk tengkuknya dan mengangguk kecil, pamitan. Setelah itu pergi tanpa kata-kata. Malu keknya dia kepergok liatin paha mulus Dara.

"Kenapa si mas?" Bingung Dara melihat si pengantar bakso main pergi aja.

"Lain kali kalo pake rok itu bawa jaket!" Dingin Ayu meminum jus jeruk yang dia pesan.

"Emangnya kenapa?"

"Gak usah banyak tanya!"

"Tapi Dara gak punya jaket tau, kebanyakan baju Dara dress."

"Sok seksi." Sinis Ayu membuang muka melihat jalanan.

"Dara emang seksi buktinya banyak cowok yang ngejar-ngejar."

"Tapi gak bisa dapetin satu cowok yang disukai."

Damn it!

Tembakannya kena sasaran. Dara langsung gak bersuara lagi pas Ayu ngomong gitu. Daripada melayani Ayu yang doyan pancing kekesalan mending Dara memakan baksonya. Kata teman-temannya sih, emang bakso pinggir jalan itu enak binggo. Jadi Dara mau cobain sekarang.

Dara mulai menyendok sambal dan saus kedalam mangkok bakso. Saat akan satu sendok masuk kedalam mangkoknya lagi, ditahan oleh Ayu. Seperti biasa dia selalu menatap datar dan dingin.

"Jangan sampe habis jalan sama gue, Lo mencret."

Dara cengengesan, dia tidak jadi menyendok sambal. Di taruh kembali ke tempatnya. Setelah itu mengaduk bakso dan memakan terlebih dulu kuahnya. Dan bergoyang kepala dia saat merasakan kuah bakso yang enak tenan.

Ayu cuma bisa memutarkan bola mata melihat tingkah alay Dara. Kayak baru nemu makanan enak aja! Langsung gembira dia pas makan bakso. Bukannya ikutan makan Ayu malahan lagi liatin Dara yang makan bakso dengan khidmat. Pasalnya dia memang tidak suka bakso bukan karena ini makanan pinggir jalan. Cuma emang dia gak suka sama bakso! Gak suka makanan beraroma sapi. Kecium banget aromanya jadi enek Ayu.

"Kok gak dimakan?" Tanya Dara yang melihat Ayu malah diam aja liatin dia makan.

"Lo aja."

"Kenapa? Ayu gak suka makanan murahan?"

Ayu langsung menutup mulut Dara saat orang-orang yang duduk didalam tenda bakso menatap mereka. Habis Dara main ceplos aja bikin ditatap sinis oleh mereka. Kalo Dara dia lagi kebahagiaan saat mulutnya dibungkam oleh Ayu. Bikin dia mesem-mesem sendiri.

"Pelanin suara Lo!"

"Emangnya kenapa?" Bisik Dara setelah mulutnya lepas dari tangan Ayu.

"Udah cepet makan! Habisin makanannya."

"Iya-iya sayang." Cetus Dara membuat Ayu menatap dia tajam. Jijik Ayu mendengar panggilan sayang yang terlontar dari mulut Dara.

Sedangkan Dara melanjutkan makannya. Dia menyuapkan sesendok bakso ke mulut orang disampingnya membuat Ayu kembali menatap Dara.

"Kata orang pas lagi masa pdkt itu masa paling indah, jadi Dara pengen lebih mengenang masa pdkt kita sama momen romantis. Makan berdua satu mangkok kan, biar sweet."

"Ogah."

Hap!

Dara dengan sangat tega menyuapkan baksonya secara paksa ke mulut Ayu. Saat Ayu akan memuntahkannya ditahan oleh tangan kanan Dara.

"Ayu inget disini banyak orang! Kalo sampe di muntahin nanti Ayu digebukin sama warga."

Emangnya gue nyuri ayam pake segala digebukin. Batin Ayu ngedumel. Habiskan mulut dia penuh bakso jadi sulit untuk dia mengumpat manusia freak itu.

Ayu dengan sangat terpaksa mengunyah baksonya dan menelan. Sedikit mengernyitkan dahi, not bad, not good!

"Enakkan? Apalagi disuapin sama ketua bidadari."

Ayu cuma menatap malas dia balas dendam dengan meminumkan secara paksa jus jeruknya kepada Dara. Membuat gadis itu batuk-batuk saat Ayu secara kasar memaksanya untuk minum.

"Astaga! Itu minum apa kobokan sih, kok asem." Cetus Dara setelah meminum jus jeruknya.

"Enak?" Tanya Ayu membuat Dara mendelik tajam.

"Dasar gak perikemanusiaan! Kalo mau kasih minum tuh pelan-pelan, jangan kasar."

"Bodo!"

"Dasar gerandong saraf!" Sebal Dara menyuapkan sesendok bakso dengan kasar ke mulutnya. Setelah itu di kunyah dipinggir telinga Ayu.

Nyam! Nyam! Nyam!

"Dasar freak!" Jengkel Ayu mendengar suara kunyahan dari mulut Dara.

"Biarin, wleeekkkk." Dara menjulurkan lidah. Setelah itu kembali memakan baksonya.

"Ayu yakin gak mau makan?"

"Gak."

"Ya udah, biar Dara habisin." Cetus Dara mengambil satu mangkok bakso Ayu.

"Apa Ayu gak suka bakso?" Tanya Dara dan Ayu menggeleng.

"Ih, kenapa tadi gak bilang!" Kesal Dara saat tau ternyata Ayu gak suka bakso.

"Soalnya kalo gue gak turutin mau Lo, yang ada Lo malah ngamuk-ngamuk di atas motor."

"Iya juga sih, tapikan kita bisa cari makan yang lain kalo Ayu bilang gak suka bakso."

"Gapapa, Lo makan aja! Liat Lo makan gue juga udah kenyang kok."

Eh!

Ayu diam beberapa detik setelah mengatakan itu kepada Dara. Apaan tadi? Dia bilang apa? Seriusan. Ayu langsung mengalihkan pandangannya dari muka Dara ke depan. Astaga Ayu salah tingkah atas apa yang dikatakannya barusan.

"Uh, gerandong ternyata diam-diam perhatian juga." Cetus Dara bergelayut manja ke lengan Ayu.

"Udah deh, cepetan!"

"Iya-iya ini Dara mau makan." Ucap Dara makan sambil duduknya lebih deketan sama Ayu. Dan memainkan kakinya yang gak napak ke lantai. Udah dibilang tubuh Dara itu cuma sejengkal. Duduk di kursi panjang bakso aja kakinya gak napak.

Ayu tersenyum melihat Dara yang makan disampingnya. Memperhatikan Dara dengan sangat telaten ketika makan. Emang sedikit berisik kayak ayam bertelur saat dia ngunyah. Tapi itu malah keliatan lucu dimatanya. Hati dia kembali menghangat melihat Dara yang sedang makan dengan khidmat.