webnovel

Dear Adam (Indonesia)

Khadijah Putri Ayaas, perempuan yang melanjutkan S2 Universitas ternama di Seoul. Ia memiliki saudara kembar laki-laki bernama Hasan. Namun, kehidupan Khadijah tidak sesempurna yang orang bayangkan. Ia memiliki sebuah luka dalam hatinya. Ia harus kehilangan ayahnya akibat kecelakaan pesawat. Saat dinyatakan ayahnya meninggal. Khadijah tidak percaya, karena ia yakin kalau ayahnya masih hidup. Meskipun, ia sudah memiliki ayah tiri yang sangat menyayanginya. Tapi, dia tetap menyayangi ayah kandungnya. Ketika di masjid kampusnya, ia mendengarkan lantunan indah surah AL-Mulk yang begitu mengetarkan hatinya. Ia merasakan jatuh hati kepada pemilik suara syahdu, bagaikan angin surga yang menyejukkan hati. Ia pun menamainya dengan sebutan Adam. Siapakah dia? Mungkinkah gadis itu merupakan tulang rusuk dari pria yang selalu dia kagumi, bahkan selalu ia rapal namanya dalam setiap sujudnya?

Riska_Vianka · Urban
Not enough ratings
416 Chs

Langit Sendu

Pov Mawar.

Kembali? Hanya orang bodoh yang akan peduli! lebih baik sendiri daripada harus mengulang kedua kalinya luka yang menyayat dalam hati.

Sejatinya cinta adalah luka yang tertunda, dengan kau berhasil membuat diriku hancur seperti dulu.

Tidak! untuk sekarang, kau hanya sebagian dari luka yang menyayat-nyayat hingga ke nadi ku, dia anakku hanya dia dunia ku.

Kadang aku berterima kasih kepadamu, telah menyumbangkan spermamu, hingga Farhan terlahir begitu tampan. Biarlah, dia tidak mempunyai seorang raja untuk peran ayahnya, karena akulah permaisuri yang siap memanjakan pangeran kecilku.

Tiap kali aku terluka dan menyerah ku lihat wajah Farhan yang begitu menenangkan hatiku, hanya aku dan anakku kini duniaku.

Farhan, kamu memang anak yang pandai, bahkan matamu, senyummu, tawamu mirip sekali dengan ayahmu, meskipun ayahmu penyebab ibu terbuang dari keluarga.

Hai Farhan, apa kamu baik-baik saja? sungguh kamu adalah dunia ibu saat ini, dan aku sungguh-sungguh nak tak ingin yang lain, kecuali bahagiamu.

"War, anakmu bener-bener gemesin."

"Bel, sejak kapan kamu datang?"

"Baru lima menit aku kok, War."

"Udah selesai kerjaanmu, di New York?"

Bela hanya tersenyum.

"Bel?"

"Tenang, aja kerjaan beres, dan ini hasilnya."

Bela mengulurkan dua tas berwana peach untukku.

"Bel? ini buat aku dan Farhan?"

Bela mengangguk cepat, "Keluargaku cuman kamu, War. Aku hanya gadis sebatang kara yang berjuang hidup."

"Dan, kamu teman terbaik yang menolongku."

"War, karena kamulah aku jadi punya keluarga, dan Farhan juga memperindah rumah ini. Tawa dan tangisnya buat rumah ini sedikit bernyawa."

"Ya Allah, Bel. Alhamdulillah, kamu suka dengan Farhan. Kamu tante terbaik baginya."

Farhan tersenyum menatap Bela.

"Aduh, tante kangen kamu, nak."

"Iya, tante kangen keponakan tante yang gemesin dan lucu" Bela pun mengambil ahli dari gendonganku.

"Sayang, kamu udah gede aja, baru tante tinggal sebulan."

Aku pun meninggalkan mereka berdua, karena di sisi lain, aku harus masak buat makan malam nanti.

***

Pov Author.

Bela terlihat sedang bermain dengan Farhan, meskipun giginya tumbuhnya belum penuh, tapi sangat lucu.

"War?!"

"Iya, Bel. Ada apa?!"

"Gimana tawaran mas Rendra soal job pemotretan di Seoul Minggu depan, kamu jadi ambil?"

Mawar hanya terdiam di dapur.

"Ingat kesempatan nggak dateng dua kali, dan honornya gede juga, masa lu tolak!"

Mawar pun keluar dari dapur sambil membawa semangkuk sup ayam.

"Bukannya aku nolak, Bel. Tapi, lihatlah Farhanku masih kecil."

"Bukan begitu, War. Ini adalah kesempatanmu buat jadi model internasional, honornya gede pula, apalagi ini perusahaannya ORIONS GRUP! Dimana banyak model mengimpikan bisa jadi brand ambassadornya!"

Mawar kembali masuk ke dapur dan keluar membawa telur dadar dan ayam goreng.

"Kamu pikirkan lagi, kalau kamu tolak, maka Diana yang akan mengambil ahli job nya. Kamu rela?"

Kemudian suara bel berbunyi.

"War, aku buka dulu ya pintunya."

"Okay."

Bela membuka pintu apartemennya, ia melihat seorang pria memakai setelan kemeja hitam dan celana hitam, serta memakai sepatu fantopel hitam sambil membawa bunga.

"Aska?"

"Malem, sayang."

"Kok kamu tahu alamat apartemenku?"

"Kan aku tinggal nyuruh orangku buat ngelacak tempat tinggalmu."

Azka Wirawan Adijaya seorang pengusaha muda yang bergerak dibidang batu bara. Ia berusia 40 tahun, usia cukup matang, dan terpaut cukup jauh dari Bela.

Azka seorang duda beranak satu, istrinya meninggal, karena melahirkan putri semata wayangnya sepuluh tahun lalu yang diberi nama Ranti Amanda Putri Azka.

Bela adalah perempuan yang mampu memberikan warna bagi kehidupannya, bahkan Ranti juga akrab dengannya.

Bela mengenal Azka saat menerima job di Paris, tanpa sepengetahuan Rendra. Ia menduakan cintanya, sebelum hubungan Rendra dengannya benar-benar putus.

Azka memang pria yang sudah sangat matang dan dewasa, bahkan selalu menurutin semua kemauan Bela, mulai dari shopping, liburan dan lain-lain.

"Bel, kok bau makanannya lezat? apa kamu yang masak?"

"Bukan, sayang. Itu temenku namanya Mawar, dia numpang di sini, karena aku kasihan dia aja."

"Oh,"

"Eh, sayang kok ada suara tangis anak kecil?"

"Itu adalah Farhan anak dia."

Suara tangisan Farhan kencang sekali, karena baru saja dia jatuh dari tempat tidur, Mawar berusaha menenangkannya.

"Sayang, kamu anak yang kuat, jangan cengeng, nak. Cup cup cup" Mawar mengendong untuk menenangkan anaknya.

"War, kenapa Farhan kok nangis?"

"Habis jatuh barusan, aku ceroboh kurang mengawasinya, Bel."

"Heeem, apa aku boleh mengendongnya?"

"Bel, siapa dia?" selidik Mawar.

"Eh,iya. Ini Azka pacar baru ku."

"Azka, kenalin ini Mawar."

"Dan, Mawar ini Azka."

Farhan makin kencang menangisnya.

"Sayang, ayo ikut om."

Farhan pun langsung mau digendong oleh Azka. Lalu, terdiam dan tertidur dalam gendongan Azka.

"War, kayaknya Farhan butuh sosok ayah."

"Bel, sampai kapanpun aku tetap akan jadi orang tua tunggalnya, aku nggak akan menikah."

"War, kamu kok keras kepala banget sich" protes Bela.

Mawar hanya diam, lalu meminta Azka mengembalikan Farhan. Dan, Azka memberikan ke Mawar.

"Kalian makan aja, aku udah nggak ada selera makan."

Azka menatap Bela, ia heran dengan sikap Mawar.

Mawar melangkah masuk ke kamarnya sambil mengendong putranya yang tertidur lelap.

"Bel, apa dia seperti itu?"

Bela tersenyum, "Iya, sayang."

***

Pov Azka.

Malam ini aku akan melamar Bela, semua ini karena putriku menginginkan seorang ibu, tapi aku bertemu dengan seorang perempuan yang sebenarnya menarik, tapi angkuh dan keras kepala.

"Sayang, kenapa kamu ke sini dadakan?"

"Emang, aku nggak boleh ngasih kejutan buat calon ibu untuk anak-anakku?"

Azka mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celana berisi cincin berlian.

"Maukah kau menikah denganku?"

Bela pun terkejut, ia tidak menyangka secepat itu Azka melamarnya.

Bela pun bingung antara karir atau menikah, karena untuk saat ini sedang naik daun. Ia bahkan selalu menerima job pemotretan untuk brand terkenal. Ia takut kalau setelah menikah, ia tidak bisa melebarkan sayapnya untuk karirnya.

"Heem, harus jawab sekarang ya?"

"Ya, nggak harus sekarang sayang, kamu bisa pikirkan lagi."

Bela hanya tersenyum cangung menatapku.

***

Pov Author

Bela menatap Azka, ia pun merasa sedikit shock dengan pertanyaan Azka.

Farhan tidak sengaja berjalan ke arah mereka.

"Nak, jangan ke situ. Tante lagi sama om."

Farhan pun tidak peduli malah berlari sambil menarik celana Azka. Ia terlihat tertawa juga.

"Ya, ampun, nak. Kamu gangguin om sama tante."

Mawar mengendong Farhan. Namun, ia pun rewel dan tangisnya makin kencang.

"Mbak, boleh saya saja yang mengendong anaknya."

"Boleh."

Mawar memberikan gendongan Farhan ke Azka.

Farhan tiba-tiba terdiam, dan tersenyum seolah tak ingin lepas dari Azka.

"Na na, bu bi bu."

Farhan mulai mengoceh dengan ala bahasa planet.

"Cu ci ca ca."

Azka hanya tersenyum menatap Farhan seolah dekat dengannya.

Mawar pun sedikit bingung dengan putranya. Ia melihat kedekatan mereka.

**