webnovel

11. Menangis

Mara datang ke kamar adiknya dengan membawa sebuah cemilan dan minuman dingin, ia ingin mengajak adiknya menonton film malem ini.

Mara membuka pintu kamar adiknya dan menemukan Atala yang sedang bersender di kasur dengan buku tebal yang menemaninya, serta kacamata yang bertengger di hidungnya membuat adiknya semakin manis.

"de" panggil Mara.

"eh, kak, ngapa?" tanya Atala.

"nonton film yuk, gua bosen banget" jawab Mara dan duduk di samping adiknya.

"film ape?".

"apa kek yang seru".

"cuih, yaudah yang ini aja" jari Atala menekan tombol tv dan mengklik 1 film yang ia sukai.

Mereka ber2 menonton dengan tenang walau sesekali bertengkar kecil, kayak Mara nyomot cemilan yang ia berikan pada Atala kemudian Atala meminum minuman Mara.

"kak" panggil Atala.

"apa?" sahut Mara dan memfokuskan dirinya pada film.

"jangan bilang siapa-siapa ya... kalo Ala dibuli di sekolah, Ala gamau bikin masalah ke orang" ucap Atala sambil menundukkan kepalanya.

Mara menoleh ke arah sang adik ingin menatap wajahnya, namun yang ia dapat hanya tertunduk nya kepala Atala dengan cairan bening yang menetes dari matanya.

Mara segera mengangkat wajah adiknya dan mengusap air mata itu.

"cup cup sayang... iya iya Kaka ga bilang siapa-siapa kok, ke kak Ei juga ga bakal bilang tenang aja" ucap Mara berusaha menenangkan sang adik.

Mara tau, kalo adiknya takut jika ketahuan dibuli. Dari kecil ia selalu dibuli dan tak bilang pada siapapun, walau sudah dicurigai kak Ei dan Mara. saat mereka tau kalo adik kecil nya dibuli, mereka marah-marah ke sekolah dan membuat si pembuli Atala masuk ke ruang guru kemudian dipanggil orang tuanya.

saat kejadian itu Atala semakin dibuli, jadi dipindahkanlah Atala kecil ke sekolah yang lebih baik.

Tentu saja itu membuat Mira trauma parah melihat anak cowo satu-satunya dibuli, ia tak mau anaknya menjadi depresi dan berakhir bunuh diri. ia tak mau, Atala anak cowo satu-satunya dikeluarga.

Mara memeluk tubuh yang sedikit besar milik Atala, mengelus ngelus punggung sang adik. Ia tak tega kalo ngeliat Atala yang udah nangis gini, kalo nangis diledekin dia gapapa tapi kalo yang lain ia ga bakal tega.

"besok gausah sekolah ya, de?" tanya Mara.

"ga ka, Ala mau ujian nanti nilai Ala jelek kalo ga ngerti apa-apa" jawab Atala.

"yaudah deh, tapi besok kamu di kelas aja deh minta mama buat bekel biar gausah jajan" seru Mara.

"iya deh iyaa" pasrah Atala.

+-+-+-+-+

Keesokan paginya.

Atala bangun dari tidurnya, meringis sakit karena perutnya yang masih memar. Atala terpaksa berjalan sambil memegang perutnya agar sakit nya hilang, sial banget hidupnya udah tangan patah, dibuli pula.

Atala masuk ke kamar mandi, tak lupa membungkus tangan kirinya dengan plastik agar tak basah perbannya. Ia menyalakan shower dan mulai mandi sambil mikirin kejadian dibuli, udah parah banget si dibulinya sampe ia batuk darah gitu.

Atala melihat memar yang masih sangat biru di perutnya, ia menatap sedih ke arah perut miliknya.

"kasian banget si lu, Tal" gumamnya.

Setelah 15 menitan, Atala keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Ia mencari seragam sekolah untuk hari ini, setelah dapat ia terlebih dahulu memakai kaos putih polos dan baru pakai seragam sekolah dengan keadaan susah.

tapi berhasil.

Atala mengambil tas serta ponselnya dan turun ke bawah, niatnya mau sarapan tapi dia lagi gak selera makan.

"Ade" panggil Mira.

"apa ma? Ala lagi gamau makan" tanya Atala menghampiri sang Mama.

"ini mama buatin bekel buat kamu, kata Kak Mara kamu mau dibuatin bekel" jawab Mira menyodorkan bekel ke Atala, sang bungsu mengambil tas bekal itu.

"tumben bawa bekel gitu, de?" bingung Dery.

"lagi pengen aja Pa, semalem dia bilang pengen bekel" sela Mara yang sedang makan nasi gorengnya.

"oh gitu".

"Ala pamit dulu Ma, Pa, Ka dadah" ucap Atala dan kemudian keluar dari rumah.

Riyan belum ada.

'tumben banget belum dateng' batin Atala.

Atala kemudian menunggu Riyan, tapi Riyan tak kunjung datang. Membuat Atala kesal dan kemudian lebih memilih naik bus umum saja.

sekitaran 20 menit ia sudah sampai di sekolah.

Gak sengaja Atala ngeliat Riyan bonceng cewe, biasanya kan dia yang di situ. ck Atala tak mikir panjang toh bukan urusannya, kemudian ia masuk aja ke sekolah dan menelusuri koridor yang ramai dengan siswa dan siswi yang berlalu lalang.

oh ya Atala hampir lupa, hari ini ia harus ke rumah sakit lagi buat ngecek tangannya dan sekalian ganti perban. Nanti minta Jaiden anterin deh, ia males naik bus pegel.

pikiran Atala memutar kejadian Riyan bonceng cewe, Membuat Atala semakin kesal dan menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran itu.

Atala juga berhati-hati takut bertemu Dara and the geng.

Atala membuka pintu kelas dan langsung duduk di kursinya, menyimpan tas kecil isi bekalnya di dalam kolong meja. Atala menaruh kepalanya di tangan Jaiden yang sedang bebas, membuat Jaiden sedikit terkejut tapi pas tau itu Atala iya langsung mengelus kepalanya.

"Jai" panggil Atala.

"hm?" dehem Jaiden.

"nanti bisa anterin gua ke rumah sakit ga? mau check up sama ganti perban" tanya Atala.

"wesss apa aja bisa buat lu mah, Tal" jawab Jaiden membuat pipi Atala memerah.

"ikut, gua ikut" celetuk Jeffry dan Bintang.

"bocil kaga boleh ngikut, nanti disuntik lohh" ledek Atala.

"ih mama, kita bukan anak kecil" ujar Bintang.

"pffttt".

"BUAHAHAHAHAHHA" tertawa mereka.