webnovel

His plan?

[SEA WORLD]

Dean kembali membawa dara ke tempat dimana mereka pertama kali hangout berdua, setelah beberapa kali saling mengakrabkan diri. Keduanya datang kesana lagi bukan sebagai dua orang asing seperti kemarin.

Bahkan sejak turun dari mobil hingga kini sudah berada didalam, dean tak melepas menggandeng dara. Kini dia puas menatap gadis disampingnya itu yang selalu tampak antusias menatap aquarium besar berisi berbagai biota laut seperti saat ini.

"Mas boleh tolong fotoin kita?" tanya dean pada salah seorang petugas yang berseliweran disekitar mereka.

Seorang lelaki muda berseragam wahana itu lantas mengambil ponsel yang disodorkan dean, dan bersiap memotret sepasang kekasih dihadapannya yang sudah mensejajarkan posisi serempak menatap kamera ponsel.

Setelah puas dengan beberapa jepretan, keduanya mengucapkan terima kasih.

Dara melirik dean yang masih sibuk menatap hasil foto mereka. Perasaan bersalah semakin mengusik batinnya.

"Sayang, aku mau ngomong" ucap dara tiba tiba.

Dean berhenti menggulir layar ponsel dan menoleh, menatap wajah serius dara menimbulkan debar kencang dalam dadanya. Sejujurnya pikirannya tak benar benar teralihkan dari hal semalam.

Sambil meletakkan ponsel di saku jaket, dean beralih posisi menghadap dara.

"Iya, kamu mau ngomong apa?" tanya dean lembut, sembari menyelipkan sedikit helai rambut dara kebelakang telinganya.

"Jangan disini" ucap dara melihat ke sekitarnya yang tampak cukup padat.

Dean lalu menggandeng tangan dara lagi, keluar dari tempat itu.

[KAMPUS]

"Jadi lo udah tau?" tanya jave bernada tinggi.

Jeanny menatap setengah takut lelaki dihadapannya. Rahang tegas dan mata elang tajamnya yang seakan siap memangsa membuat lidahnya terasa kelu membuka suara. Dia hanya mengangguk pelan merespon pertanyaan itu.

Setelahnya, wajah lelaki itu berubah datar lalu berdiri memunggunginya.

"So- sorry jave, gue bukan sengaja ngerahasiain dari lo" ucapnya agak gugup

"Lo jangan marah sama dara ya, dia cuma gak mau lo berharap lebih. Gue ngerti lo kecewa ba.."

Jeanny tak sempat melanjutkan ucapannya saat lelaki itu mendadak berjalan cepat meninggalkannya.

"Jadi deg degan gue, tuh orang bakal ngamuk gak ya" ujar jeanny cemas.

Dara tengah duduk menatap kosong kedepan, memperhatikan kendaraan dan orang orang yang berlalu lalang. Masih di sekitar area masuk wahana itu, ada beberapa bangku panjang yang diletakkan di sekitar sana.

Dara tengah menunggu dean yang pergi membeli minuman. Kepalanya kembali dipenuhi kecemasan akan sikap jave. Lelaki itu hanya merespon pengakuannya semalam dengan senyum tipis lalu memeluknya sejenak.

Bukan sepenuhnya lega setelah jujur pada jave, kini dia dibuat sibuk menerka apa yang akan dilakukan lelaki itu selanjutnya.

"Sayang, kamu mau yang mana" dean tiba tiba muncul menyodorkan dua botol minuman dingin dengan rasa berbeda.

Dara yang tak menyadari kehadirannya, masih bergeming.

"Sayang? Ini minumannya" tegur dean.

Tak juga mendapat respon, dean mendekatkan wajahnya dan berhasil membuat gadis itu kaget.

"Mikirin apa, hm?" tanyanya heran.

"Aku yang ini aja" dara mengambil salah satu botol dari tangan dean sembari tersenyum tipis.

Setelah meminum beberapa teguk, dara menoleh pada dean yang duduk disampingnya tengah melepas jaket.

"Aku mau ngomong serius" ucapnya membuka pembicaraan.

Dean setengah memutar badan, menghadap dara yang lekat menatapnya.

"Iya sayang, mau ngomong apa? Kalo putus, aku gak mau denger" ucap dean memecah suasana agar wajah serius dara bisa sedikit berubah santai.

Namun cara itu ternyata tak berhasil. Kali ini gadis itu tampaknya sedang tidak ingin bercanda menanggapinya. Jantung dean didalam sana, semakin berdegup kencang tak karuan, takut mendengar sesuatu yang akan membuatnya kembali sesak.

"Aku semalem ketemu jave" tukas dara.

Bak busur panah yang menembus jantungnya, pernyataan dara membuatnya sulit bergerak. Dean menatap kedua netra dara bergantian. Karel memang benar melihat gadis itu semalam.

Perasaan kecewa memenuhi rongga dadanya, sesak semalam kembali dia rasakan lagi. Namun dean berusaha menahannya, dia ingin mendengar penjelasan dara.

"Maaf, aku terpaksa bohong. Kalo aku jujur kamu pasti gak izinin aku" sesal dara setengah tertunduk.

Dean menghela nafas beberapa kali, meredam sesak yang sulit dia kendalikan.

"Yang penting kamu udah jujur sama aku sekarang. Kenapa kamu temuin dia? Apa dia ngancem kamu lagi?" tanya dean.

Dara perlahan kembali mengangkat wajahnya, mensejajarkan pandangan mereka lagi lalu menggeleng pelan.

"Aku jujur soal hubungan kita" ucapnya datar.

Jauh dilubuk hatinya, dara takut kekasihnya itu akan marah dan kecewa karena telah berbohong. Padahal dari awal hubungan mereka dimulai, keduanya sudah saling berjanji untuk tak menutupi rahasia apapun lagi.

Entah apa yang merasuki dean, mendadak wajahnya yang agak muram tadi berubah sumringah. Sorot matanya yang berbinar serta senyum lebar yang tergores di wajah tampan itu, membuat dara menatap keheranan.

"Kamu serius?" tanya dean menatap tak percaya.

Dara mengangguk, masih dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kamu seseneng ini?"

Dean langsung memeluk dara sangat erat hingga mengundang perhatian beberapa orang yang berlalu lalang didepan mereka, melirik sejenak lalu kembali mengabaikan.

"Kamu mau begini terus? Ini lagi rame loh" ucap dara.

Dean refleks melepas pelukannya sambil tertawa kecil. Ekspresi menggemaskan itu, membuat perasaan dara tersentuh juga ikut tersenyum karenanya.

Dara masih tak menyangka, hal kecil yang seharusnya dilakukan sejak awal hubungan mereka bisa membuat kekasihnya tampak sebahagia itu.

Dan lagi, dara kembali dibuat heran melihat dean mendadak mengeluarkan ponselnya kembali, sibuk mengetik sesuatu didalam sana.

"Sayang, aku barusan ngepost foto kita" ucap dean tersenyum lebar.

Dara hanya geleng geleng kepala dibuatnya, sambil tertawa kecil. Tingkah dean saat ini seperti seorang anak kecil yang baru mendapat hadiah favoritnya.

Namun senyuman diwajah dara tak berlangsung lama, bayangan jave kembali terlintas di kepala.

"Gue kenapa mikirim jave terus sih? Apa yang bakal dia lakuin? Tapi gue gak mau ngerusak kebahagiaan zian sekarang" gumamnya dalam hati.

Tak lama mereka beranjak dari sana, pulang kerumah.

Satu tangan dean terus menggenggam tangan dara didalam mobil, juga sambil fokus menyetir.

Guratan senyum lebar masih betah mengukir di wajahnya. Sesak didadanya tadi mendadak hilang seketika, degup memburu khawatir berganti detak kencang teramat senang.

Sedetik kemudian, wajahnya berganti datar. Terlintas sesuatu didalam kepalanya yang cukup mengusik.

"Sayang? Hmm, aku penasaran. Kenapa dia diem aja pas kamu jujur?" tanyanya pada gadis disampingnya.

Dara menoleh sejenak, ragu menanggapi pertanyaan dean. Dia sendiri belum menemukan jawaban atas hal yang sama.

"Mungkin, dia udah relain aku sama kamu" jawabnya setengah gugup dan asal.

Dean merenung beberapa saat. Kini, sama seperti dara pikirannya mulai tak tenang. Seorang jave mengalah? Rasanya tak mungkin.