webnovel

DANIA (Cinta Dalam Diam)

Dania Salwa Mahesa. Gadis cantik yang bertutur kata lembut. Sayangnya, ia harus jatuh cinta kepada laki-laki yang tidak bisa membalas cintanya. "Padahal, aku siap untuk menjadi rembulanmu. Yang sedia menyinari malam harimu yang gelap." Berani jatuh cinta, harus berani patah hati. Dania telah menguatkan mentalnya habis-habisan. Perjalanan cinta dalam diam selama bertahun, dan akhirnya terungkap dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun. Fayez Ghazali. Lelaki tampan berwajah dingin itulah yang menjadi cinta sejati dalam hati Dania. Lelaki yang tak pernah bisa terbaca isi hatinya. "Dan, maaf. Gue nggak bisa nerima cinta lo." Fayez, akhirnya dengan terang-terangan menolak cinta Dania yang sudah terlanjur dalam. "Kurasa, kamu memang lebih baik diam, Fayez. Karena sekalinya kudengar suaramu, hatiku langsung tertusuk benda tajam." Cover by @JieunDesign

Fenichaan · Teen
Not enough ratings
324 Chs

Gelisah Galau Merana

Tunggu. Jangan menatapku seperti itu,

Aku.. Aku tidak ingin lebih jauh mencinta.

Aku luluh, luluh dengan mata elang yang hendak melumpuhkan,

Matamu indah, namun tersimpan ribuan luka.

(Dania Salwa Mahesa)

***

"Haha.. Lo tau gak, Dan? Kemaren gue kan jalan ke mall, terus gue ketemu cowok ganteng... Banget. Emang sih, dia keliatannya kayak om-om gitu, tapi macho dan gagah. Gue kayaknya tergila-gila sama dia."

Masih pagi sekali, Siska sudah mengoceh panjang lebar. Menggosipkan pria yang kemarin ia temui di sebuah mall besar di kota Palembang.

"Ah elah, sama om-om aja lo jatuh cinta. Lo gak takut, kalau dia punya istri?," tanya Dania yang sedari tadi menyimak.

"Ya.. Kalau itu om-om yang suka sama gue, berarti gue gak salah, dong? Biarin aja bininya marah. Paling juga minta cerai, gue deh yang jadi istri satu-satunya."

"Heh! Sembarangan banget lo kalau ngomong. Jangan gitu, Sis. Lo juga cewek, lo harusnya ngerti gimana perasaan cewek lain kalau di selingkuhin. Lo jangan mentingin perasaan sendiri," omel Dania panjang lebar berniat untuk menasihati sahabatnya.

"Elah, Dan. Serius amat kayak lagi ijab qabul. Gue becanda, kali. Mana mungkin gue tega jadi pelakor. Amit-amit, gue bisa jadi bahan bully satu Indonesia Raya. Lo tau sendiri, kan? Netizen Indo itu mulutnya udah kayak cabe keriting. Pedes pake banget."

Dania memutar bola matanya malas. Ia bingung, dosa apa yang sebenarnya telah ia lakukan sampai ia mempunyai sahabat seperti Siska.

"Dan, tunggu. Itu bukannya Fayez dan antek-anteknya, ya?."

Dania mengalihkan wajahnya ke depan. Ke tempat yang ditunjuk oleh Dania.

"Iya, Sis. Duh, gimana nih? Kita kan mau lewat sana," ujar Dania panik.

"Lo tenang aja. Tarik nafas, dan buang perlahan."

Dania mengangguk dan melakukan apa yang Siska sarankan.

"Lo gak boleh keliatan gugup. Nanti malah ketauan kalau lo suka sama Fayez," kata Siska lagi.

"Iya, Sis. Gue udah mulai sedikit tenang sekarang."

"Bagus, kita jalan, ya."

"Tapi jantung gue yang gak tenang," lanjut Dania sedikit merengek.

"Kalau gitu, kita tuker posisi. Lo yang sebelah gue, supaya gak terlalu deket sama Fayez."

Mereka bertukar posisi. Dania teramat sadar, kalau berada di dekat Fayez, kesehatan jantungnya lebih sering terganggu.

Kedua gadis cantik itu berjalan seperti biasa. Tertawa dan berbincang seolah tidak akan terjadi apa-apa.

Jarak semakin dekat. Dania diam-diam berusaha menetralkan detak jantungnya yang mulai sedikit cepat.

"Dania!."

Keduanya terhenti. Ketika salah seorang teman Fayez memanggil nama Dania.

Namun bukannya menyapa kembali, Dania justru menatap Fayez dengan lekat. Kedua mata mereka bertemu dan sempat terkunci dalam waktu yang cukup singkat.

"Dania! Eh, kan gue yang manggil lo. Kenapa malah liatin yang lain, sih?," tegur Agus. Lelaki yang tadi menyapa Dania.

"Eh, iya. Ada apa, ya?," jawab Dania berusaha menetralkan ekspresi wajahnya.

"Mau ke mana, nih? Mau gue temenin, nggak?," tanya Agus dengan maksud merayu Dania dengan mengandalkan poni anti gelombangnya itu.

"Heh, Agus jelek. Lo gak liat apa? Dania kan lagi sama gue. Jadi dia nggak butuh lo temenin." Bukan Dania yang menjawab. Justru Siska yang meladeni Agus. Ia terlalu muak melihat lelaki so tampan yang berusaha mencuri perhatian Dania.

Di saat Siska tengah beradu mulut dengan Agus, Dania diam-diam melirik Fayez yang sedang menyandarkan tubuh ke tembok kelas.

Ia sempat tersenyum tipis, sebelum Fayez menyadari atas tindakan curi-curi pandang yang dilakukan Dania.

"Mampus. Fayez pasti sadar kalo gue lagi liatin dia," batin Dania.

"Heh, Agus. Lo jangan kegeeran, ya. Gak sudi gue suka sama lo. Dan, kita pergi dari sini." Siska pergi sambil menarik tangan Dania.

Dania sempat terhenyak karena Siska menarik tangannya dengan tiba-tiba. Sebelum pergi, ia menyempatkan waktu untuk menatap Fayez sekali lagi. Namun rupanya lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan kehadiran Dania.

"Pergi sana. Dasar cewek gila." Agus berteriak di tengah koridor dan di depan orang banyak tanpa rasa malu.

Siska berjalan semakin cepat ketika mendengar teriakan Agus yang merusak gendang telinganya.

"Emang gila ya tuh cowok. Udah so ganteng, ngelunjak, lagi." Siska mengomel sepanjang koridor. Tanpa ia sadari kalau Dania tengah dilanda kegalauan tingkat kecamatan.

"Dan, lo kenapa diem aja?," tanya Siska yang sepertinya mulai sadar.

"Kayaknya cinta gue bener-bener bertepuk sebelah tangan deh, Sis," jawab Dania lesu.

"Lho, maksud lo?."

"Gimana Fayez mau balas cinta gue, kalau kehadiran gue aja nggak membuat dia tergerak sedikit pun."

Siska nampaknya mulai mengerti maksud Dania.

"Sabar, Dan. Ini semua masih proses awal. Lo nggak boleh nyerah. Kalau lo cinta dan sayang sama Fayez, lo harus tahan apapun cobaan yang melanda." Siska menasihati Dania layaknya pakar cinta dengan penghasilan jutaan dolar.

"Lo tenang aja. Gue nggak akan kenal kata menyerah. Gue bakal terus berjuang, sampai gue tahu kalau Fayez emang gak suka sama gue," ucap Dania dengan tegas dan percaya diri.

"Bagus. Itu baru temen gue."

Keduanya saling merangkul. Memberi energi ke tiap masing-masing tubuh.

***

Dania kembali dengan kewajibannya sebagai murid. Saat ini ia tengah duduk rapi sebari memperhatikan seorang guru yang sedang menerangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dania bukan siswi yang cerdas, tapi ia juga tidak bodoh. Gadis cantik itu cukup paham dengan apa yang diterangkan oleh sang guru.

"Sis, gue pengen pipis," bisiknya pada Siska.

"Ke toilet sana. Jangan sampe ngompol di sini," balas Siska yang juga berbisik.

"Bu." Dania mengangkat tangan kanannya.

"Ya, Dania. Ada yang ditanyakan?," ucap guru tersebut.

"Enggak, hehe. Saya kebelet. Mau ijin ke toilet," ujarnya.

"Oh, silakan."

Dania bangkit dari kursi dan meninggalkan kelas. Ia berjalan menuju toilet sedikit tergesa-gesa, karena panggilan alam yang tidak bisa ditunda sama sekali.

"Aduh, gak tahan banget," gumam Dania berjalan semakin cepat.

Sampai di depan pintu toilet wanita, ia segera masuk tanpa memperhatikan sekitar. Dan tanpa ia sadari kalau ada seseorang yang sedang berdiri dan memperhatikan Dania.

"Ah.. Lega. Akhirnya plong," kata Dania sambil memejamkan kedua mata. Ia berniat untuk kembali ke kelas, namun sudut matanya menangkap kehadiran seseorang melalui bayangan yang ia lihat.

"Ada siapa, ya?," gumam Dania pelan.

Bayangan itu terlihat dari arah gudang. Gudang kosong yang sudah tidak terpakai memang berada dekat dengan toilet wanita.

Dania berjalan perlahan, berusaha untuk tidak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Bayangan itu terlihat semakin jelas. Dania mengernyitkan kening, tatkala melihat bayangan tersebut bergerak maju mundur seperti orang yang sedang...

"Ah, gak mungkin," batin Dania sebari menggelengkan kepala. Langkahnya semakin dekat dan semakin dekat. Hanya tinggal menyembulkan kepala, Dania dapat melihat kejadian apa yang sedang dilakukan oleh bayangan tersebut.

Kreket

"ASTAGHFIRULLAH!."