webnovel

Calon Ayah Idaman

Kukira, cerita orang bohong adanya tentangmu.

Tapi kini, aku membenarkan semua perkataan mereka.

Wangimu kini aku miliki,

Menjadi candu yang selalu aku hirup sebelum memejamkan kedua mata dan bermimpi setelahnya.

(Fayez Ghazali)

***

Wajah kusut Fayez menghiasi langit sore ini. Semua jadwal rapat osis yang telah direncanakan gagal begitu saja. Itu semua karena pembina osis yang tidak bisa menghadiri pertemuan hari ini.

Laki-laki itu membanting tas ransel ke atas kasur yang berukuran besar miliknya. Moodnya seketika buruk. Padahal ada banyak hal yang harus ia sampaikan dengan kurun waktu yang sudah tidak lama lagi.

"Apa-apaan sih, pak Bani? Bukannya dia dari awal udah deal, buat mimpin rapat hari ini. Tapi kenapa malah ngebatalin tiba-tiba? Gak profesional banget!."

Saat sedang asyik mengomel seorang diri, tiba-tiba pintu kamar Fayez terbuka begitu saja. Refleks Fayez pun menoleh, terdapat Qori yang sudah berdiri di sana dan berjalan masuk ke dalam kamar Fayez.

"Lho, Qori. Kamu ngapain ke sini?," tanya Fayez pada adik kecilnya itu sebari meraih dan menggendongnya duduk di atas pangkuan.

"Qoli nggak ada temen main. Jadi Qoli ke kamal Kakak."

Fayez yang mendengar suara dan pengucapan lucu dari Qori langsung tersenyum sangat manis.

"Qoli mau main apa, hm? Biar Kakak temenin," ucap Fayez sebari mencubit kedua pipi bulat milik Qori.

"Qoli mau main boneka. Kakak mau temenin Qoli, kan?."

Fayez diam sejenak. Main boneka? Lelaki itu seketika menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Kak? Kok Kakak diem aja?."

"Ah, iya? Qoli mau main boneka? Yuk, Kakak temenin!."

Selain cocok menjadi kekasih idaman, Fayez juga sepertinya cocok untuk dijadikan calon ayah dan pendamping hidup. Terlihat seperti saat ini, meski tubuhnya sedang kelelahan dan hatinya sedang tidak dalam keadaan baik, tapi ia masih menyempatkan waktu untuk menemani sang adik bermain.

Bahkan Fayez berperan sangat profesional. Seperti yang terlihat, Fayez tengah berperan sebagai Putri Kue Salju dan adiknya berperan sebagai tokoh utama dalam cerita rakyat, yaitu Timun Suri.

"Aduh, aku haus sekali, Timun. Apa aku boleh meminta air dari tubuhmu?."

"Boleh."

Qori yang berperan sebagai Timun Suri pun memberikan kandungan air yang terdapat di dalam tubuhnya pada Putri Kue Salju. Fayez tertawa pelan karena merasa geli dengan permainan yang ia perankan.

"Qori... Lagi ngapain, Nak?."

Akhirnya Fayez bisa bernapas lega ketika Kania datang menghampiri mereka.

"Qoli lagi main boneka-bonekaan sama Kak Ayez," jawab Qori dengan sangat pintar. Meski cara pengucapannya masih belum terdengar begitu jelas.

"Sekarang gantian, ya. Qori mainnya sama Mama. Kakak Ayez ada tugas sekolah."

Qori terdiam. Menatap Fayez dengan bola matanya yang bulat dan pipi yang mengembung. Kedua matanya mengerjap beberapa kali dengan ekspresi polos yang menggemaskan.

"Nanti Kakak pasti temenin Qori lagi. Sekarang Kakak tinggal dulu, ya." Ia pergi dengan cepat. Namun sebelum itu Fayez menyempatkan diri untuk mengusap lembut puncak kepala Qori yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Akhirnya gue bisa bebas juga dari Qori," gumam Fayez sebari merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kedua matanya terpejam. Mencoba melupakan kekesalannya hari ini.

"Apa ya, yang bisa bikin mood gue balik lagi," batin Fayez dengan posisinya yang masih sama.

"Jaket Dania."

Ia segera beranjak dan mencari paper bag yang diberikan Dania tadi pagi. Barang-barangnya sudah berantakan dan berhamburan kemana-mana, namun Fayez belum juga menemukan paper bag yang ia cari.

"Aduh, kemana ya? Perasaan tadi gue bawa pulang." Ia terus mencari tanpa mempedulikan isi kamar yang sudah seperti kapal pecah.

"Astaga, Fayez!."

Bahkan ketika Kania datang dan terpekik karena melihat kamar Fayez yang berantakan pun tidak ia gubris sedikit pun. Fayez masih sibuk menyibak gorden hingga spre yang masih menempel dengan kasurnya.

"Fayez, istighfar! Kamu nyari apa, sih?," Kania menghampiri dan menepuk pundak Fayez. Takut kalau tubuhnya dimasuki makhluk astral.

"Paper bag, Ma," jawab Fayez singkat dan tanpa menoleh.

"Paper bag? Emangnya kamu taro di mana, hah?."

Daripada kamar puteranya semakin kacau, akhirnya Kania ikut mencari keberadaan Paper bag yang Fayez maksud. Tapi hasilnya tetap nihil. Paper bag yang dicari tidak ditemukan di setiap sudut kamar Fayez.

"Kamu yakin nyimpen paper bag nya di kamar?," tanya Kania dengan napasnya yang tersengal.

"Tadi Fayez bawa pulang, Ma. Fayez bawa dari sekolah."

Kania terdiam. Mencoba bermain dengan insting seorang ibu yang diyakini tak pernah salah.

"Ketinggalan di mobil, barangkali."

Fayez menghentikan aksinya. Dan mencoba mengingat kembali kejadian dari awal ia keluar dari gerbang sekolah dan di mana ia pertama kali meletakkan paper bag tersebut.

"Astaga!."

Kania hampir saja terjungkal karena ulah Fayez yang berlari begitu saja tanpa menghiraukan sekelilingnya.

"Astaghfirullah.. Punya anak laki, kok gitu banget," gumam Kania menggelengkan kepalanya.

Sang wonder woman itu pun beranjak. Membereskan kamar Fayez yang sudah tak layak untuk dilihat. Berkali-kali ia menghela napas karena bingung harus memulainya dari mana.

***

Fayez yang tersadar pun langsung berlari dari kamarnya yang berada di atas ke garasi mobil tanpa memperhatikan jalan dan seolah memiliki stok pernapasan yang banyak.

"Astaga, Dania!." Ia memekik cukup keras tatkala melihat paper bag yang masih berada di dalam mobil.

"Huh.. Untung aja gue inget," gumam Fayez sambil memeluk paper bag tersebut tanpa sadar.

"Kita ke kamar gue, yuk!."

Dasar laki-laki gila! Sebuah paper bag saja ia ajak masuk ke dalam kamar. Atau mungkin, yang dimaksud Fayez adalah jaket yang pernah Dania kenakan? Atau mungkin, ia berkhayal untuk mengajak Dania masuk ke dalam kamar?

"Lho, Ma. Mama ngapain beresin kamar aku?." Betapa terkejutnya Fayez saat melihat kondisi kamar yang sudah berantakan. Dan Kania, sang ibu rupanya tengah membereskan kekacauan yang ia perbuat tanpa sadar.

"Udah puas kamu, hah? Berantakin kamar gak kira-kira," sindir Kania yang masih sibuk dengan aktivitasnya.

"Maksud Mama? Kekacauan ini aku yang bikin?."

Kania berdiri dan berkacak pinggang. Ia berdiri di hadapan sang putera dengan wajah siap memakan mangsa.

"Kamu gak sadar udah bikin kamar kamu sendiri berantakan kayak gini?," tanya Kania dengan dada naik turun. Dan dengan polosnya Fayez menggeleng.

Hal itu membuat Kania hampir naik darah dan pergi dengan cepat. Sebelum ia benar-benar memangsa puteranya sendiri.

"Mama aneh. Tapi, gue jadi harus beresin ini semua," gumam Fayez sebari menghela napas berat.

"Tapi nggak apa-apa. Yang penting gue udah temuin paper bag yang isinya jaket Dania", kata Fayez sebari menatap paper bag yang berada di tangannya dengan senyum penuh kebahagiaan. " Eh, bukan jaket Dania. Tapi jaket gue yang dipake Dania," lanjutnya.

"Tenang ya, Dan. Setelah ini kita bisa bercumbu tanpa terganggu."

Next chapter