webnovel

Dandelion.

Menaruh harap kepada orang lain adalah suatu kesalahan besar. -Anna Mengisahkan tentang seorang gadis yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang harus dijalani memaksanya menjadi pribadi yang kuat. Belum lagi, pada malam ulang tahun kekasihnya, Anna mendapati sang pujaan hati bermain bersama wanita lain. Hatinya hancur tak tersisa. Namun di malam yang sama, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata adalah pemimpin sebuah perusahaan besar. Melalui malam dengan pria yang tidak dikenalnya, terbangun dipagi hari dengan keadaan tubuh tanpa sehelai benang pun membuatnya kaget sekaligus takut. Sejak malam itu, Anna menghilang. Apa yang akan terjadi selanjutanya? Silahkan dibaca..

Gloryglory96 · Teen
Not enough ratings
311 Chs

Bab 30. Keinginan Oma

Pagi hari di kediaman Nicho.

_____________________________

"Dave, makan yang banyak biar sehat," seru Nicho sembil menyuapi putra Anna dengan potongan roti bakar yang baru saja di ambilnya. Saat ini, mereka sedang sarapan bersama.

"Paman, Ibuku bilang kalau hari ini Dave akan diajak jalan-jalan?" tanya Dave dengan suara khas anak kecilnya.

Seketika Nicho tersenyum mendengar suara Dave, "Benar, apa ada tempat yang ingin Dave kunjungi?"

Dave menggeleng kemudian memandang Ibunya lekat-lekat, "Aku akan mengikuti kemanapun Ibu pergi, Paman," balas Dave kembali mengunyah roti di tangannya.

"Baiklah, bagaimana kalau kita ke taman? Kau mau ke sana kan?" tanya Nicho mengalihkan pandangannya ke arah Anna.

"Terserah kamu saja, Nic," balas Anna seadanya.

Mendengar jawaban dari Anna, Nicho hanya menghela napas dalam-dalam. Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa ketika mendegar respon wanita itu yang selalu saja sama.

"Baiklah, setelah sarapan kita bersiap," ucap Nicho.

Anna hanya mengangguk mengiyakan.

***

Dering handphone membangunkan Leo di pagi hari. Merogoh saku celananya sembarangan, menjawab panggilan tanpa melihat jelas nama yang tertera pada layar handphonenya.

"Halo."

"Dimana kau sekarang? Aku sudah menunggumu sejak tadi," teriak seorang wanita dari seberang.

"Oma…" segera Leo bangkit dari posisinya.

"Aku baru bangun, Oma. Aku di rumah Devan sekarang."

"Cepat kemari, ajak Devan. Ini hari libur dan pekan lalu kalian sudah berjanji akan mengajakku jalan-jalan," teriaknya lagi.

Menoleh ke arah samping, Leo menghela napas kasar, "Devan masih tidur, Oma. Sepertinya ia tidak bisa keluar hari ini."

"Kalau begitu, kamu saja."

"Baiklah, Oma. Leo akan segera bergegas." Selesai mengucapkannya, panggilan itu berakhir sepihak.

Mengusap wajahnya kasar sembari menata kembali perasaanya, Leo kemudian beranjak dari kamar, meninggalkan Devan yang masih tertidur pulas. Ia sengaja tidak membangunkan sepupunya itu sebab merasa sedikit kasihan. Ia tahu bahwa selama beberapa waktu belakangan ini, sepupunya itu mengalami kesulitan tidur.

Mengemudikan mobilnya memasuki sebuah mansion yang sangat megah, Leo bersenandung santai.

"Oma, cucu tampanmu datang," teriaknya berjalan memasuki bangunan megah itu. Sebuah bangunan yang memiliki halaman dan loby yang sangat luas dengan lantai marmer yang terlihat sejauh mata memandang. Lampu hias bernuansa emas dan perak juga terlihat menghiasi beberapa titik.

Ini adalah kediaman utama keluarga Atmadja, sebuah bangunan yang terdiri dari tiga lantai. Kamar di lantai pertama dikhususkan untuk para pelayan, lantai kedua untuk keluarga Atmadja ataupun tamu dari keluarga itu, dan lantai ketiga dikhususkan untuk area bersantai, seperti kolam renang, bioskop, sauna, tempat karaoke, di lantai itu juga terdapat sebuah taman kecil.

Setiap lantai memiliki pelayan tersendiri.

"Lina, dimana Oma?" tanya Leo menghampiri seorang maid.

"Eh, eh, Nyonya besar sedang berada di lantai tiga, Tuan," jawab Lina gelagapan dan segera menundukkan pandangannya sebab tanpa sengaja ia tertangkap basah sedang memperhatikan pria itu.

"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu dan berhenti memuja ketampananku," ucap Leo tertawa dan kemudian berlalu meninggalkan Lina yang tersipu malu.

Leo memasuki sebuah lift kaca untuk naik ke lantai ketiga.

Meskipun mansion ini sangat besar dan megah, namun hanya Oma seorang yang tinggal bersama dengan para maid. Sedangkan Devan dan Leo, keduanya hanya sesekali berkunjung. Orang tua Devan berada di Australia sedangkan orang tua Leo berada di China.

Alasan keduanya tetap tinggal di Indonesia adalah karena Oma, wanita tua itu tidak mengizinkan cucunya berada jauh darinya, dan juga karena pusat dari perusahaan mereka memang terletak di Indonesia.

"Oma…"

"Oma…" panggil Leo tepat setelah menginjakkan kaki di lantai tiga.

"Oma, kau dimana?"

"Oma, kau masih hidup kan?" teriak Leo lagi, dan setelahnya sebuah tongkat mendarat tepat di kepalanya membuatnya meringis kesakitan.

"Aww..sshh."

"Aku di sini, berhenti berteriak, hampir saja kau membuat gendang telingaku pecah," suara seorang wanita yang berasal dari sebuah taman yang berada tidak jauh dari lift kaca tempat Leo baru saja keluar.

"Oma, apa yang sedang kau lakukan di sini? Aku mencarimu sejak tadi."

"Berenang, kau tidak lihat aku sedang duduk?"

"Aku tidak tahu kalau Oma memiliki keterampilan berenang di atas kursi."

"Dasar cucu durhaka! Dimana Devan?" ucap wanita tua itu sembari menoleh ke kiri dan kanan mencari keberadaan seseorang.

"Masih tidur, sepertinya dia kelelahan, Oma."

"Apa dia masih memiliki kesulitan tidur setiap malam?" tanya wanita tua itu.

"Aku tidak tahu Oma, aku bukan istrinya," jawab Leo kemudian terbahak.

Mendengar jawaban Leo, wanita tua itu hanya menghela napas dalam-dalam dan kemudian berkata "Ayo berangkat!"

"Ke mana, Oma?"

"Pekan lalu, kalian sudah berjanji akan mengajakku jalan-jalan."

"Baiklah, Oma," ucap Leo kemudian mendekati wanita tua itu, membantunya berdiri sekaligus berjalan, mengambil beberapa langkah dan kemudian berhenti. "Apa yang kau lakukan? Aku masih bisa berjalan sendiri," protes Oma.

"Menepati janjiku Oma, menemanimu berjalan-jalan."

"Awww…shhh, Oma sakit," ringis Leo ketika mendapat pukulan dari wanita tua itu.

"Baiklah, baiklah. Leo minta maaf," ucap pria itu sembari tertawa renyah.

"Oma mau kemana? Apa ada tempat yang ingin Oma kunjungi?"

"Bagaimana kalau ke mall?" tawar Leo, "Atau bioskop?"

"Tidak, Oma sudah bosan."

"Bagaimana kalau makan siang di restoran Jepang yang baru buka di dekat kantor Leo?"

"Jika hanya makan siang, aku bisa melakukannya di rumah."

"Lalu Oma ingin jalan-jalan kemana? Ke luar negeri? Berlayar ke segitiga bermuda? Atau menyelam ke palung mariana?"

"Dasar cucu terkutuk, kau mau mengajakku jalan-jalan atau mau membunuhku?"

"Kalau begitu katakan, Oma mau kemana?"

"Ke taman."

"Kalau hanya ke taman, di rumah ini juga ada taman, Oma."

"Oma bosan."

"Baiklah, Leo akan membawa Oma ke taman."

Setelahnya, baik Oma maupun Leo, keduanya segera memasuki lift kaca, menuju mobil Leo yang telah terparkir sempurna di halaman.

"Tidak perlu mengantarku, hari ini aku ingin pergi bersama cucuku," ucap wanita tua itu kepada supir pribadinya yang sedang membersihkan kaca mobil.

"Baik Nyonya."