webnovel

Daftar Operasi TF Amethyst

Seorang pria tua, seorang pemuda dan seorang anak perempuan, ketiganya berdiri di atas padang rumput nan luas, di bawah langit yang bersih dari awan. Sang anak perempuan memandang keadaan di sekelilingnya dengan mata berbinar. Sebelumnya ia harus melewati padang salju dan lorong kecil yang gelap, jadi wajar kalau benaknya kini dipenuhi pertanyaan. “Grandpa, tempat apa ini?” Sang pria tua berlutut di hadapan cucunya sebelum dengan lembut ia menjawab. “Penduduk lokal menyebut tempat ini Benua Amstell.” “. . . Benua Amstell?” Sang anak perempuan memiringkan kepala mungilnya sementara kakeknya melanjutkan. “Delapan tahun yang lalu Grandma menemukan tempat ini secara tidak sengaja, sayangnya di tempat ini pula Grandma meninggal. Jadi, maukah kau membantu Grandpa menjaga tempat peristirahatan terakhir Grandma ini?” Sang anak perempuan mengangguk mantap sebelum menjawab. “Tentu saja, Claire akan menjaga tempat ini dengan sekuat tenaga.” Sang pria tua lalu menoleh ke arah pemuda di sampingnya sebelum berkata. “O’Neil, kau tahu aku dan Samantha memperlakukanmu seperti anak kami sendiri, dan kami tahu kau memutuskan masuk militer karena tidak mau bersaing dengan Robert dalam mengelola korporasi yang akan kami tinggalkan, meski bakatmu dalam berbisnis jauh lebih baik.” “. . .” “Tapi setidaknya berjanjilah kau akan membantu Claire menjaga tempat ini, karena begitu keberadaan Nouel diketahui, seluruh dunia akan memperebutkan tempat ini.” “Anggap sudah terlaksana.” Jawab Sang Pemuda dengan kasual, namun Sang Pria Tua seketika tersenyum karena ia tahu anak angkatnya tersebut tidak pernah mengingkari kata-kata yang ia ucapkan. *****

Tropic_Panda · War
Not enough ratings
79 Chs

7.2 - Badai Mendekat

Ruang Kendali Operasi, Davy Jones MOB

Pukul 0830, 23 Agustus 2025

Selama tiga minggu terakhir, Davy Jones secara rutin menerima kunjungan dari Rider yang menurut penjejakan radar mengudara dari wilayah Kingdom Buriek. Empat penyusup yang tertangkap di Bluefin Naval Station ternyata juga adalah personel Buriek Navy. Hasil interogasi terhadap mereka kemudian memberi petunjuk kalau Kingdom Buriek sedang mempersiapkan invasi ke Region Sandhur yang terletak 60 km di sebelah barat FOC South 1750.

Meski begitu, bukan berarti petinggi TF Amethyst lalu mengendurkan kewaspadaan.

Vex mengalihkan pandangannya dari peta Kingdom Buriek ke arah Nate sebelum berkata.

"Apa pendapatmu?"

"Statistik selama sepekan terakhir menunjukan Buriek Air Corps melakukan pengintaian ke Region Sandhur 30% lebih sering dibandingkan pengintaian ke Davy Jones. Tapi perlu diingat pada Perang Dunia II sekutu mengirim pengintaian udara yang lebih sering ke Calais saat target pendaratan mereka adalah Normandy, dan intelijen Jerman yang didominasi para penggila statistik tertipu."

". . ."

"Selain itu, bisa jadi penyusup yang dikirim kemari sengaja dicekoki dengan informasi yang keliru untuk mengecoh kita."

Vex menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata.

"Aku ingin IDG membentuk tiga tim pengintaian udara. Tim A mengumpulkan data mengenai Buriek Navy, meliputi jumlah dan jenis kapal, lokasi pangkalan dan kondisi area disekitarnya serta data lainnya."

". . ."

"Tim B, mengumpulkan data mengenai Buriek Air Corps hingga detail terkecil, dan Tim C bertugas menganalisa prioritas serangan udara untuk melumpuhkan moril Kingdom Buriek agar mereka bersedia diajak bicara di meja perundingan."

Nate mengangguk kecil sebelum berkata.

"Apakah kau berniat melancarkan pre-emptive strike ke Buriek Kingdom?"

"Tidak, aku sudah mengajukannya ke Pak Tua O'Neil tapi ia menolak."

Vex hening untuk beberapa saat sebelum melanjutkan.

"Masalahnya, selama enam bulan terakhir TF Amethyst belum menerima kiriman suku cadang dan amunisi dari bumi. Jadi jika konflik terjadi, aku harus berusaha agar kemenangan secepatnya diraih."

Nate mengetuk-ketukan jarinya ke meja display untuk beberapa lama sebelum berkata.

"Aku memahami kekhawatiranmu. Kita kalah jumlah dan hanya bisa mengandalkan kapasitas daya tembak. Jadi mengambil sikap pasif bukanlah hal bijak."

". . ."

"Namun jika target Kingdom Buriek benar-benar Region Sandhur, maka ini kesempatan bagus untuk melihat kapasitas militer Kingdom Makai. Selain itu siapa tahu kalau Kingdom Buriek ternyata bersedia menjalin persekutuan dengan kita."

Vex mengangguk kecil, dan meski Nate tidak memberitahunya, ia bisa menduga kalau begitu Kingdom Buriek melancarkan serbuan ke Region Sandhur, Nate akan segera memerintahkan personel IDG di Makai Royal City untuk menyebarkan berita mengenai dari Kingdom Buriek.

Dan saat salah satu pihak ada diambang kekalahan, saat itulah Nate akan menawarkan uluran bantuan.

Dengan kasual Vex lalu bertanya kepada Nate.

"Bagaimana jika Kingdom Buriek menyerang kita dan Region Sandhur secara bersamaan?"

Nate tersenyum lebar sebelum menjawab.

"Jika hal tersebut terjadi maka kita akan meratakan Buriek Royal City."

- - - - -

Ruang Pertemuan Utama, Markas Besar Buriek Guard.

Pukul 1005, 26 Agustus 2025

Kingdom Buriek, sebuah kerajaan yang terletak 355 km di sebelah selatan Benua Amstell. Memiliki luas setara 1/10 Australia dan memasok 40% kebutuhan bijih besi di Benua Amstell. Sementara 80% kebutuhan pangan kerajaan tersebut didatangkan dari Benua Amstell.

Dari 15 juta penduduk Kingdom Buriek, 75% diantaranya ada di usia wajib militer, dan dengan anggaran militer yang berlimpah Buriek Kingdom mampu membentuk Air Corps berkekuatan 1200 Rider dan Navy Corps berkekuatan 3000 kapal perang.

Selama dua bulan terakhir, para petinggi Buriek Guard sibuk mempersiapkan invasi ke Benua Amstell. Target mereka adalah Region Sandhur, sebuah Region kecil yang terletak di atas sepetak pantai berpasir yang datar dan diapit dua tebing. 

Dan karena hampir seluruh pesisir pantai selatan Benua Amstell berupa tebing terjal dengan ketinggian rata-rata mencapai 30 meter, maka satu-satunya lokasi pendaratan yang paling ideal adalah Region Sandhur.

Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Marshal Keraz memimpin petinggi militer Kingdom Buriek melakukan rapat di Markas Besar Buriek Guard. Untuk beberapa lama Marshal Keraz memandang peta raksasa di atas meja sebelum akhirnya ia menunjuk dua tebing yang mengapit Region Sandhur.

"Siapapun yang mengontrol kedua tebing ini berarti mengontrol 60% Region Sandhur sekaligus pintu masuk menuju Benua Amstell."

". . ."

"Jika kita gagal merebut kedua tebing ini dari Sandhur Guard, maka bisa dibilang invasi yang kita lancarkan gagal meski kita berhasil menduduki Namo City."

Marshal Keraz lalu menoleh ke arah Marsekal Ducie sebelum bertanya.

"Seberapa yakin dirimu?"

Dengan mantap Marsekal Ducie menjawab.

"Buriek Air Corps akan menetralkan benteng Sandhur Guard di kedua tebing tersebut dalam tiga jam. Di saat yang sama Buriek Air Corps akan menetralkan Sandhur Air Corps."

Marshal Keraz tersenyum kecil sebelum berkata.

"Ducie, aku percaya dengan kemampuan Buriek Air Corps. Tapi aku tetap mengingatkan, jika kau sampai gagal maka elemen Buriek Navy Corps yang berlabuh dan elemen Buriek Guard yang melakukan pendaratan akan berada dalam situasi yang sangat rapuh."

"Hal tersebut tidak akan terjadi."

Sekali lagi Marsekal Ducie menjawab dengan mantap, dan Marshal Keraz mengangguk kecil sebelum menoleh ke arah Laksamana Errez.

"Errez, aku sekedar mengingatkan. Target utama invasi kita adalah menduduki Region Sandhur lalu memindahkan aset pertahanan sebanyak mungkin ke sana untuk mempertahanknnya dari Kingdom Makai."

". . ."

"Hingga kita berhasil mematahkan niat Kingdom Makai untuk merebut kembali Region Sandhur, kita akan mengabaikan elemen tidak dikenal di sisi selatan Desolate Land. Namun begitu kita berhasil mendapatkan Region Sandhur, aku sendiri yang akan memimpin negosiasi pembebasan empat personel Navy Corps yang tertangkap saat melakukan pengintaian."

Laksamana Errez menghela nafas dalam-dalam sebelum berkata dengan kalem tapi mantap.

"Di mengerti."

Selama beberapa hari terakhir, pengintaian udara menunjukan empat personel Buriek Navy Corps yang tertangkap ternyata masih hidup. 

Sehari setelah tertangkap empat personel Buriek Navy Corps memang sempat dijadikan jangkar celup dari siang hingga sore. Namun setelah itu tidak ada lagi tanda-tanda kalau mereka akan dieksekusi atau mendapat perlakuan buruk. Mereka bahkan dibiarkan berjemur pada pagi hari.

Karena itu Laksamana Errez tidak lagi mengajukan izin untuk melancarkan operasi penyelamatan.

Marshal Keraz sendiri lega setelah melihat eksresi kalem di wajah Laksamana Errez, pelaut tua yang keras kepala dan ganas serta terkenal selalu memperlakukan anak buahnya layaknya anggota keluarganya sendiri.

"Kalau begitu kita akan melancarkan serbuan ke Region Sandhur dini hari nanti, sesuai rencana yang telah disepakati."

Begitu Marshal Keraz memberi lampu hijau terhadap serbuan ke Region Sandhur, mata seluruh perwira tinggi di ruang rapat seketika berkilat. 

- - - - -

Lady Tears Pub, Davy Jones MOB

Pukul 2215, 26 Agustus 2025

Sebagai pengagum fanatik Lan Yan'er, Nate benar-benar khawatir ketika pujaan hatinya tersebut meminta bantuannya untuk mendapatkan profile lengkap tentang Vex.

Apalagi ia kemudian mendengar kalau Vex ternyata cukup dekat dengan dua anak perempuan yang ditinggalkan almarhum Specialist Hebert, yang kebetulan sedang berada dalam asuhan Lan Yan'er.

Nate sendiri pernah cukup dekat dengan Keira dan Seira mengingat ia sering makan siang bersama Lan Yan'er, dan Lan Yan'er selalu membawa Seira dan Keira kemanapun ia pergi. 

Masalahnya, sebuah insiden kecil membuat hubungannya dengan Keira hancur lebur, yang berakibat pada renggangnya hubungan antara dirinya dan Lan Yan'er.

Suatu hari, Nate membawa camilan pancake madu untuk Seira dan Keira. Saat ia sedang memotong-motong pancake yang dibawanya, tiba-tiba saja Seira menatapnya dengan mata berbinar sebelum mendekatinya dan membuka mulutnya lebar-lebar.

Nate segera menyeringai dari telinga ke telinga sambil mendekatkan sepotong pancake ke mulut mungil Seira, namun saat anak tersebut hendak melahapnya Nate dengan sengaja menarik tangannya lalu tertawa riang sementara Seira mengembungkan pipinya.

Setelah tiga kali berhasil menipu Seira, Nate akhirnya menghentikan gurauanya, dan meski ia sempat beberapa kali tertipu, Seira tetap membuka mulutnya lebar-lebar untuk menyambut uluran tangan Nate.

'Anak-anak ternyata memang sangat polos.' 

Gumam Nate sambil tersenyum riang, sebelum akhirnya ia menjerit histeris karena Seira ternyata tidak melahap pancake yang ia sodorkan, tapi justru menggigit jari tangannya dengan sekeras-kerasnya.

Sejak hari itu, Nate menyadari arti ungkapan 'Jangan pernah meremehkan anak kecil yang manis dan imut-imut.'

Parahnya, Seira dan Keira tidak mau lagi bermain dengan Nate setelah itu. Keira bahkan akan memamerkan deretan gigi putihnya setiap kali bertemu dengan Nate, seolah-olah ia sedang berkata 'Aku akan menggigitmu orang jahat.'

Lan Yan'er sejak itu juga seperti setengah menghindari Nate dan tidak akan menemuinya jika bukan untuk urusan yang sangat penting.

Jadi wajar kalau saat ini Nate menganggap Vex sebagai krisis terbesar dalam hidupnya.

Saat Vex tiba di Davy Jones, Nate sudah berniat untuk mengorek seberapa jauh hubungan antara Vex dan Lan Yan'er. Namun sayangnya Vex menolak ajakan minum yang ia lontarkan. Baru malam ini, ketika pengintaian udara selama seharian menunjukkan kalau aktivitas di Markas Besar Buriek Guard menurun drastis,  Vex bersedia menerima ajakan minum dari Nate.

Nate menenggak satu mulut penuh brandy sebelum menoleh ke arah Vex yang duduk di sebelahnya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu, dan kuharap kau menjawabnya dengan jujur?"

Vex menerima porsi kedua kacang kulit yang disodorkan bartender sebelum menjawab dengan kasual.

"Tergantung dari pertanyaanya, aku bisa menjawab dengan jujur atau tidak menjawab sama sekali."

Nate mengangguk-angguk beberapa kali sebelum mengajukan pertanyaan yang selama ini mengganggu benaknya.

"Apakah kau sudah melakukannya dengan Lan Yan'er?"

"Melakukan apa?"

Jawab Vex dengan kasual sebelum menenggak satu mulut penuh Amur Beer.

"Tentu saja melakukan. . . "

Nate tidak menyelesaikan kata-katanya, tapi mengepalkan tangan kanannya hingga membentuk sebuah rongga kecil, lalu menepuk bagian atas rongga menggunakan telapak tangan kirinya hingga menghasilkan bunyi 'Plok plok plok!'

Vex hampir saja tersedak ketika ia melihat cara Nate melakukan konfirmasi mirip seperti cara anak sekolah menengah atas bertanya kepada temannya apakah ia melakukan seks dengan siswi yang diincarnya.

Beruntung Vex bisa menahan gelak tawa di hatinya sebelum berkata dengan kasual.

"Jika maksudmu adalah seks, maka jawabannya adalah belum dan tidak akan pernah."

"Kau yakin?"

Tanya Nate sementara keraguan dengan jelas terpancar dalam tatapannya.

"Sepenuhnya yakin."

Vex menenggak satu mulut penuh Amur Beer sebelum melanjutkan.

"Saat aku melakukannya dengan Lan Yan'er kemungkinan besar yang terbayang di benakku bukan Lan Yan'er tapi mantan istriku, dan aku yakin seribu persen Lan Yan'er tidak layak diperlakukan seperti itu."

Nate menatap Vex dengan tatapan yang sulit diekspresikan sebelum bertanya.

"Apakah kau masih belum bisa melupakan mantan istrimu?"

"Ribuan kali aku mencoba melupakannya, namun sekalipun tidak pernah berhasil."

Nate seketika menarik nafas dalam-dalam, dan ia sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan ketika seorang perwira dari Ruang Kendali Operasi datang menghampiri.

"XO, Chief Nate. . . Reaper baru saja menangkap pengerahan Armada ke-4 Buriek Navy Corps. Mereka meninggalkan pangkalannya dan langsung bergerak ke utara dengan kecepatan penuh."

Vex menenggak habis Amur Beer yang tersisa sebelum berkata.

"Saat aku mengira kita bisa bersantai, kita justru harus begadang."

"Yeah."

Jawab Nate sambil menghela nafas dalam-dalam.

*****