webnovel

DADY

Rafael suka sekali dengan anak kecil, tapi dia paling benci pernikahan dan wanita, hampir semua wanita hanya mengincar uangnya saja. Satu ketika Rafael terpikirkan untuk punya seorang anak, keturuan, untuk meneruskan perusahaannya, tapi tanpa menikah? bagaimanakah kisahnya?

KILLY · History
Not enough ratings
394 Chs

NGAMBEK

Setelah ucapan menyebalkan rafael yang mengatakan kalau hany tak perduli dengan kandungannya. Hany memilih mendiamkan rafael. Sebisa mungkin tidak berbicara dengan dia.

Rafael keluar negeri untuk pekerjaan selama satu minggu. Dia juga sudah memindahkan kamar hany dibawah. Rafael sudah meminta dua pembantu paruh baya dan juga ningning untuk menjaga hany dengan sangat ketat dan baik. Hany tidak boleh melakukan aktifitas apapun.

Ningning sedang ada diluar rumah untuk menjemur beberapa pakaian. Hany yang bosan didalam rumah keluar. Hany ingin membantu. Dia sudah mengambil satu pakaian untuk dia gantung. Tapi ningning yang takut setengah mati.

"Nona, jangan lalukan ini." kata ningning langsung menghampiri hanya dan mengambil bajunya.

"Hanya membantu menjemur, ning. Tak akan kenapa-napa." hany benar-benar kesal.

Mengingat dulu juga dia terbiasa melakukan semuanya sendiri. Cuci baju, membersihkan rumah, masak, sampai bekerja untuk paman dan bibiknya, juga saudara perempuannya yang hanya bisa minta uang pada hany. Sekarang hany hanya duduk diam, hany benar-benar bosan.

"Nona, tolong jangan lakukan apapun. Duduk dan nonton televisi saja, atau kami bisa dipecat kalau tuan tau." Kata kakak ningning yang memang akan ikut membantu menjemur pakaian juga selimut, namanya Mina. Dia seusia hany.

"Mina, Saya bosan. Ok kita jalan-jalan ya? Biar saya tidak bosan." kata hany yang hanya bisa melihat mereka menyelesaikan pekerjaannya.

"Nona, kita harus minta izin tuan untuk keluar." kata mina mengingatkan.

Mina diberitahu rafael kalau semua harus dilaporkan dan atas izin rafael. Hany mendengus kesal, hany dapat bertaruh pasti rafael tak akan mengizinkannya.

"Awas aja kalau rafael sampai rafael gak ngizinin. Gue ngambek banget sama dia. Jalan aja gak dibolehin. Nyebelin!"

Hany pasrah. Dia meminta mina dan ningning untuk menelpon dan meminta izin rafael. Dia akan menunggu didalam.

***

Rafael masih meeting diluar negeri. Dia baru pulang nanti malam dan mungkin baru sampai kembali ke indonesia besok. Dia menerima telpon dari mina, mina yang sedikit ketakutan untuk meminta izin keluar pada rafael.

"Jangan biarkan hany keluar. Untuk apa?" kata rafael yang pamit keluar untuk mengangkat telponnya. Ponsel rafael sengaja tak dia matikan sepanjang waktu, walau dia bekerja tapi rafael tetap khawatir. Sangat khawatir bahkan meninggalkan hany sendirian tanpa pengawasannya langsung.

Rasanya ingin cepat pulang. Tapi rafael sudah menunda pekerjaannya dua bulan ini. Setelah rafael mendapatkan hasil pemeriksaan hany, dia segeea mengatur ulang jadwal pekerjaannya.

Mina pun mengakhir telponnya dan menyampaikan apa kata rafael pada hany.

***

Hany sedang nonton telpon dan memakan cemilan. Mina dan ningning mendekatinya. Hany antusias, dia sudah ingin jalan-jalan keluar.

"Nona, tuan tidak mengizinkannya." kata mina dengan tertunduk.

"Kan! Dia sangat menyebalkan, ini keterlaluan. Dia terlalu khawatir." hany kesal dia menaruh toples makanannya dengan kasar dimeja yang berada didepannya.

"Masak sepanjang hari, selama sembilan bulan harus di rumah. Dikurung di rumah ini."

Hany berdiri dari sofa diruang tengah. Dia berjalan dengan kesal dan masuk ke kamarnya. Sudah bilang gak sayang sama anaknya, mau bahayain anaknya, rafael malah membuat setres dengan dikurung.

"Ahhh..."

Hany berjalan dengan kesal. Tak bisa apa-apa hany hanya menangis. Dua bibik yang jadi pembantu disana yang tak lain adalah ibu ningning dan mina yang hanya beda satu tahun usianya melihat hany yang menangis. Mereka langsung menghampiri mina dan ningning untuk bertanya.

"Ada apa dengan nona, mina, ningning?" tanya ibu mina pada keduanya.

"Nona ingin jalan-jalan. Tadi kami menelpon tuan untuk minta izin keluar. Tapi tuan tidak mengizinkan." kata ningning menjelaskannya.

"Mana telponnya?" ibu mina mengambik tindakan. Wanita hamil harus bahagia, cara rafael salah.

Mina pun memberikan telponnya dan kembali menelpon nomer rafael. Ibu Mina mencoba menjelaskan kepada tuannya itu kalau sikap rafael tidak baik untuk hany. Rafael menyesal dari telpon dia meminta ibu mina untuk memberikan telponnya dan rafael pun sudah mengizinkan hany pergi, dengan pengawasan bodyguardnya juga mina, ningning, dan salah satu bibik untuk ikut.

"Saya akan mengatakan pada nona tuan." kata ibu mina yang kemudian mengakhiri telponnya.

Mereka langsung ke kamar hany. Tapi ketika akan membuka pintu, ternyata pintunya terkunci. Mereka langsung panik. Beberapa kali mereka mengetuk pintunya tapi tak ada respon dari hany.

"Nona, tuan sudah mengizinkan nona ke supermarket, nona." kata mina berteriak dari luar kamar.

"Ayo nona, kata nona nona ingin jalan-jalan." bujuk ningning juga.

Tapi hany tak merespon sama sekali. Mereka makin panik dan takut hany kenapa-napa. Karena terlalu panik mereka tak punya ide lain kecuali menelpon rafael. Lagi pula ini semua karena rafael.

Tutt...

Bibik akhirnya kembali menelpon nomer rafael. Dia memberitahu pada rafael kalau hany mengunci diri di kamar dan tak menjawab dari dalam.

Rafael panik, semua konsentrasinya buyar, yang dia pikirkan hanya ingin cepat sampai ke rumah dan memerahi hany, bagaimana hany bisa bersikap tak baik seperti itu. Dia lupa harus bayar budi, bagaimana kalau sikap hany membahayakan bayi di kandungannya.

"Ambil kunci cadangan atau suruh bodyguard untuk mendobrak pintunya." kata rafael memerintah pembantunya.

Telponnya langsung diputuskan. Rafael langsung meminta ahjussi, orang kepercayaannya untuk mengatur pesawat pribadi agar dia bisa langsung terbang kembali ke korea. Rafael tak mau membuang waktu.

Hany keterlaluan.

Sikapnya seperti anak kecil.

***

"Nona, tuan sudah mengizinkannya nona ke supermarket. Nona mau kesana sekarang?"

Mereka menggunakan kunci cadangan dan langsung masuk, mendekati hany yang duduk termenung, menunduk dan menangis diatas ranjang. Bibik mengusap lembut rambut panjang hany yang terurai indah. Mengusap kepala hany dengan lembut.

Jauh dari sikap keluarga kandung hany. Jauh sebelum mama dan papanya meninggal karena kecelakaan. Itu terakhir kali hany dibelai sayang mamanya. Hany rindu mamanya.

"Nona ayo ke supermarket." ningning yang sudah seperti adik bagi hany mencoba membujuknya.

"Nona mau jalan-jalan kan. Nona bisa beli ice cream. Nona suka ice cream strawberry kan?" mina juga ikut membujuknya.

"Tidak mau. Saya sudah tidak berselera. Saya ingin tidur dan istirahat." hany menarik selimut dan pura-pura tidur.

Ibu mina meminta ningning, mina dan ibu ningning untuk meninggalkan kamar. Biar dia yang menemani hany. Sepertinya hany butuh seseorang secara pribadi untuk melampiaskan isi hatinya. Ningning, mina dan sohi, ibu ningning pun keluar dari kamar itu.

"Nona, jangan pendam semuanya sendiri. Kasihan sama adik bayi dikandungan nona." ahjumma terus membelai hany dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Hany merasa bibik sangat menyayanginya, seperti mamanya, dia merindukan mamanya. Hany langsung berbalik, duduk dan memeluk ahjumma.

"Nona, nona bisa bercerita apapun pada saya." kata bibik lagi kali ini memeluk hany dan mengusap punggung hany.

"Dia menyebalkan bibik. Kemarin dia bilang saya tidak perduli pada anak yang ada di kandungan saya. Sekarang dia mengurung saya, saya tertekan bibik. Saya juga tau saya bukan istrinya, saya hanya mengandung anaknya untuk membayar hutang. Tapi setidaknya jangan kurung saya seperti tahanan. Terkadang kekhawatirannya itu berlebih ahjumma. Saya juga ingin jalan-jalan, have fun. Tapi dengan alasan khawatir dia selalu menahan saya."

"Kenapa nona tak mengatakan ini pada tuan?"

"Untuk apa, dia tidak memikirkan perasaan saya yang sedang hamil anaknya. Dia hanya memikirkan bagaimana bayinya selamat."

"Setidaknya tuan akan mempertimbangkannya."

Hany melepaskan pelukannya pada ahjumma. Bibik pun mengusap air mata hany. Bibik dan yang lain mengira hany itu istri sah rafael, tapi entah bagaimana sampai terjebak dengan rafael. Bibik kasihan pada hany.

"Coba bilang satu kali pada tuan." bujuk bibik pada hany.

Hany menggeleng. Dia tak mau berbicara dengan orang yang tak punya hati dan egois seperti rafael. Hanya memikirkan ambisinya untuk memiliki anak. Lagi pula hany juga kesal kenapa juga rafael tidak mau menikah dan malah meminta bayaran seperti ini.

Membuat hany kesal. Hubungan yang rumit, rasa dihatinya yang hany sendiri makin tak tau bisa disebut rasa apa itu? Suka kepada rafael? Butuh atau cinta? Atau hormon kehamilannya yang sakit hati dengan kenyataan. Dia hanya disuruh mengandung dan melahirkan tanpa ikatan pernikahan.

"Nona mencintai tuan?" tanya bibik yang memperhatikan raut muka hany yang berubah setiap kali dia menyebut kata tuan..

Hany menggelang. Tak akan mencintai rafael yang gila, keras kepala, sekali disakiti cewek dan menganggap semua cewek sama.

"Gak bibik. Saya gak akan menyukai apalagi sampai mencintai si rafael yang gak punya hati itu."