webnovel

DADY

Rafael suka sekali dengan anak kecil, tapi dia paling benci pernikahan dan wanita, hampir semua wanita hanya mengincar uangnya saja. Satu ketika Rafael terpikirkan untuk punya seorang anak, keturuan, untuk meneruskan perusahaannya, tapi tanpa menikah? bagaimanakah kisahnya?

KILLY · History
Not enough ratings
394 Chs

DROP 3

Dokter melakukan pemeriksaan pada hanny. Dokter bilang semuanya sudah lebih baik. Dokter juga bertanya pada hanng bagaimaba rasanya perut hanny sekarang. Hanny sudah lebih baik, perutnya sudah tidak kram dan sakit. Kalau tidak ada halangan, hanny bisa keluar besok.

Rafael mengajak bisma keluar untuk menemaninya makan. Dia mengajak bisma ke kantin rumah sakit sambil menikmati masakan mamanya. Tapi bisma rindu dengan hanny. Jadi dia meminta kakaknya untuk cepat makan.

"Kak, cepet dong makannya. Aku mau ngobrol sama kak hanny nih." kata bisma sambil makan cemilan.

"Sabar kali bis, baru nelen satu sendok."

Bisma dengan kesal menunggu kakaknya selesai makan. Sampai akhirnya selesai. Dia berlari menuju ruangan hanny.

"Kak hanny?" panggil bisma dari luar. Dia berdiri disamping hanny yang masih makan buah dengan mama rafael yang mengupaskannya.

"Nanti kasih ponakan cewek ya ke bisma. Biar manis kayak kakak,  gak nyebelin kayak kak rafa." kata bisma yang langsung dilirik semuanya.

"Gak lah. Cowok. Aku mau cowok, cowok sayang.." kata rafael tak setuju dengan bisma.

Hanny jadi bingung melihat keduanya. Mama rafael malah memukul keduanya.

"Yang penting sehat. Mau cewek atau cowok. Kalau nanti cewek, bisa buat lagi cowok." mama rafael.

"Kalau nanti cowok bisa buat lagi cewek. Kalau masih cowok-cowok, atau cewek-cewek, buat lagi terusss sampai ada cewek sama cowok." kata papa rafael yang melirik rafael.

"Kamu pasti seneng kan raf kalau disuruh buat." tunjuk papa rafasl kearah anaknya itu.

"Apaan sih paa." rafael tersipu malu.

Klingg...

Tiba-tiba ponsel rafael berbunyi. Rafael melihat nama yang tertulis disana. Keisya.

"Ma, rafa angkat telpon bentar ya." izin rafael ke sang mama.

Hanny sangat ingin tau telpon dari siapa itu. Bukankah rafael sudah berjanji akan terbuka dan jujur semua pada hanny. Itu cinta sesungguhnya menurut hanny.

Hanny melirik mama mertuanya. Berharap kalau mamanya mencegah rafael keluar. Atau bertanya mewakili dirinya, siapa raf?

Atau jangan urus kerjaan dulu raf. Fokus ke hanny. Hanny ingin seperti itu.

Bisma harus berangkat ke kampus. Papa rafael juga harus ke kantor. Mereka pamit. Tinggal mama rafael yang senantiasa menemani hanny.

"Ma, rafael kok lama angkat telponnya." tanya hanny yang melirik keluar. Rafael masih berdiri diluar, tapi belum selesai telpon juga.

"Mau mama panggilin?" tanya mama rafael.

Kalau soal kerjaan, gak enak hanny. Tapi kalau soal keisya. Hanny ingin rafael cerita sendiri, semuanya. Tanpa dia minta.

Hanny menggeleng. Pertanda tak usah, dia tak mau menggangu.

"Ma,"

Mama rafael menarik kursi didekat hanny. Duduk disamping ranjang rawat hanny.

"Iya sayangg. Kenapa? Mau apa?" tanya mama rafael penuh kasih sayang.

"Ma, hanny bolehkan kenalan dan ketemu terus ngobrol sama kei?"

"Ahh?"

Keisya itu kadang lepas kendali dan bar-bar. Kalau kehilangan kendali, bisa-bisa hanny celaka sama keisya.

"Rafael bolehin kamu?" tanya mama rafael. 

"Soal apa ma?" rafael masuk. Dia sudah selesai dengan ponselnya.

"Kamu bolehin hanny ketemu kei?" tanya mama rafael.

"Iya." jawab rafael mantap.

"Kamu yakin raf?" mama rafael langsung berdiri.

"Yakin. Emang kenapa ma?"

"Kamu gak inget. Kei itu tergantung sama obat penenang. Gimana kalau dia emosi dan gak terima soal hanny dan dia celakain hanny sama calon cucu mama yang ada diperut hanny."

Hanny terkejut mendengar cerita itu. Rafael tak memberitahu bagian itu.

"Kei udah gak tergantungan obat lagi ma. Dia udah sembuh."

"Gak ada. Pokoknya gak ketemu sama kei." mama rafael melirik hanny, seperti menolak permintaan hanny. Hanny masih terkejut dan bingung apa yang sebenarnya terjadi dikeluarga rafael dan tentang keisya.

"Sayang. Jangan ketemu kei, kamu gak akan tau gimana kei kalau sudah marah, cemburu, gak boleh. Mama takut kamu kenapa-napa." kata sang mama.

Hanny hanya mengangguk diam. Walah sebenarnya dia sangat ingin.

*

Hanny sudah dibolehkan pulang. Rafael dan mamanya sudah siap mengantar hanny pulang. Tapi dokter menyarankan agar hanny menggunakan kursi roda untuk perjalanan jauh. Termasuk turun tangga. Hanny tidak boleh naik turun tangga. Rafael pun sudah mengatur kamar baru dilantai bawah. Lantai satu.

"Pelan-pelan." rafael menuntun hanny turun dan duduk dikursi roda.

"Selamat ya, nona dan tuan. Semoga kesini kalau mau cek up saja ya." kata dokter yang datang untuk memeriksa keadaan hanny tadi.

"Iya dok, semoga." kata mama rafael. Hanny hanya tersenyum.

Dokter memberikan hasil ronsen perut hanny. "Ini hasil cetaknya." kata dokter memberikan map coklat berisi foto dan surat keterangan kesehatan hanny.

Mama rafael sangat antusias. Begitu pula dengan rafael yang tak bisa menemani hanny usg karena masih meeting.

"Ma, kasih ke rafael dong ma." rafael sangat ingin melihatnya.

"Siapa suruh sok sibuk. Gak boleh. Sukurr.." mama rafael malah menyimpannya ditas.

"Gih, bantu dorong kursi roda menantu mama. Jagain yang bener, awas aja kalau gak bener. Saya pecat kamu jadi anak saya." kata mama rafael melenggang pergi dengan dokter. Dokter itu hanya tersenyum melihat tingkah mama dan anaknya itu.

Rafael dengan wajah kesal mendorong kursi roda hanny dengan perlahan. Hanny mendongak menatap rafael yang cemberut. Dia tau, rafael sangat sibuk dan mamanya, keterlaluan, tapi lucu. Hanny juga tau mama rafael pasti sedikit mengerjai suaminya itu.

Cupp..

Ditengah jalan rafael berhenti dan mengecup kening hannya secara tiba-tiba.

"Biar badmoodnya ilang dikit." katanya.

Hanny suka. Dia tersenyum walau malu dilihat orang yang berlalu lalang di rumah sakit. Tapi hanny suka sikap rafael yang seperti itu.

Manis..

Lucu..

"Nanti aku bantu bilang ke mama, supaya kamu bisa lihat foto usgnya." kata hanny mendongak menatap rafael.

"Ok. Sip."

Rafael langsung girang. Dia mendorong kursi roda hanny dengan senyum sekarang.

*

Mereka sudah sampai dikuar rumah sakit. Mobil rafael sudah terparkir disana. Supir rafael membantu membukakan pintu. Rafael memapah hanny berjalan.

"Aku bisa kok, gak apa-apa." protes hanny yang akan rafael bopong.

Hanny bisa berjalan. Jadi hanny pikir dia akan berjalan masuk ke mobil. Tapi rafael menggeleng. Dia menggendong hanny masuk.

"I protect you, mrs rafael."

Hanny pun hanya menurut. Mereka segera masuk ke mobil.

Didepan rumah hanny dan rafael sudah ada beberapa orang yang mengintip.

"Ini kayaknya rumah suaminya hanny deh pa." kata wanita seumuran hanny.

Tak lama mobil rafael datang. Rafael turun dan membopong hanny lagi.

"Wah gilakk. Beruntung banget si hanny dapetin suami kayak gitu." kata sepupu hanny yang ada disebrang jalan memperhatikan mereka.

Mereka sudah sampai di kota dan ingin memeras hanny. Hidup menempel dengan hanny.