"Ih, Puah, elu ngapain di sini?" tanya Rudolf sambil memejamkan matanya.
"Iya, kenapa udah nongol dimari aja sih, Puah! Udah kayak panu aja nongol di mana-mana!" ujar Didi.
Marpuah pun mengibaskan rambutnya yang lurus dan baru saja dicatok.
Meski menebarkan aroma apek karna belum keramas, tapi gerakan Marpuah tadi mampu menambah kadar kecantikannya.
"Aduh, Puah, jangan pakek ngibasin rambut segala dong!" pinta Rudolf, yang tadi tak sengaja membuka matanya sebentar.
"Emangnya kenapa, Bang Rudolf, kepala Puah, 'kan lagi pegel," ujar Marpuah.
"Pegel sih pegel, ngapain pakek ngeluarin gerakan ala-ala cewek cantik di film-film sih!" protes Didi.
Lalu Marpuah merapikan rambutnya sendiri dengan cara menyelipkan di bagian telinga. Dan perlahan Marpuah mendekatkan telinganya di dekat Didi.
"Bang Didi, tadi ngomong apaan? Puah gak denger nih, bisa ulangi enggak?" tanya Marpuah dengan suara yang dibuat seimut mungkin.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com