Suasana rumah Jeng Oktaf masih terlihat ramai sekali seluruh warga Rawa Ceban berkumpul di situ kecuali Rudolf.
Dia masih berada di dalam kamar dan menutup rapat-rapat pintu kamarnya, di kedua telinga tersumpal ketan uli yang sengaja iya pasang agar tidak mendengar apa-apa, termasuk musik dangdut yang menggema di luar rumahnya.
Dengan menyalahkan kipas angin begitu kencang, Rudolf bersembunyi di balik selimut tebal dan guling.
"Yes! Akhirnya gue bisa istirahat dengan tenang," ujar Rudolf.
Sementara itu di luar rumah, Qimons dan yang lainnya masih berdendang ria.
Tapi Didi malah tampak melamun saja. Sejak tadi dia memikirkan siapa gadis yang iya temui dan tengah duduk di atas sofa itu.
"Apa tadi saudaranya, Jeng Oktaf ya?" ujar Didi yang masih bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Dia masih juga mulai curiga dengan keberadaan Marpuah yang seolah lenyap ditelan bumi.
Entah dia berada di mana?
Support your favorite authors and translators in webnovel.com