webnovel

CRAZY RICH MAN

<p class="ql-align-justify">Kebun bunga mawar membentang sepanjang tepi danau, perahu-perahu kecil menyebrang membawa berkah bunga-bunga yang di petik.</p><p class="ql-align-justify">Budaya Neydish masih berjalan tidak luntur sedikitpun, setiap di hari libur semua orang membeli bunga dan menyimpannya di depan pintu sebagai simbol kebahagiaan dan kekuatan yang terbalut di balik keindahan.</p><p class="ql-align-justify">Yura duduk di bangku kecil menunggu Julian yang berbicara dengan seorang pemilik kuda.</p><p class="ql-align-justify">Tidak berapa lama pria itu datang tiga ekor kuda yang di tuntunnya.</p><p class="ql-align-justify">"Kau yakin bisa naik kuda?" Tanya Julian ragu, melihat fisik Yura yang mungil dan nyaris seperti anak di bawah umur membuat Julian sangat </p><p class="ql-align-justify">ragu.</p><p class="ql-align-justify">"Kita lihat saja nanti" tekan Yura mulai emosi.</p><p class="ql-align-justify">Julian terkekeh geli melihat ekspresi yang baru di lihatnya, biasanya Yura selalu menampakan ekspresi datar dang kosong.</p><p class="ql-align-justify">"Mengapa kau marah padaku?."</p><p class="ql-align-justify">Yura langsung menatap tajam, pertanyaan polos Julian telah membuatnya semakin marah.</p><p class="ql-align-justify">"Kau telah menciumku!, sialan. Jaga sikapmu, mengapa kau mesum sekali" omel Yura dengan kasar.</p><p class="ql-align-justify">"Itu hanya ciuman" Julian langsung tertunduk takut, ekspresinya seperti anak kecil yang ketahuan telah melanggar aturan.</p><p class="ql-align-justify">"Jaga jarak denganku. Dan berhenti bersikap tidak sopan. Kau pria tua mesum"</p><p class="ql-align-justify">Julian hanya mengangguk tanpa protes.</p><p class="ql-align-justify">Belum sempat Yura menaiki kuda putih pilihannya, kuda tersebut langsung membungkuk seperti mengerti apa yang harus dia lakukan kepada gadis itu.</p><p class="ql-align-justify">Mulut Julian sempat menganga tidak percaya, namun apa yang di lihatnya memanglah nyata. Bahkan kenyataan itu semakin di pertegas ketika Yura berbicara pada satu kudanya lagi untuk mengikuti mereka.</p><p class="ql-align-justify">Langkah kaki kuda bergerak lambat dan santai, sesekali Julian mencuri pandangan pada Yura yang berada di sampingnya.</p><p class="ql-align-justify">Yura sangat berbeda baginya, banyak wanita cantik dan pintar yang sudah Julian temukan.&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Namun gadis itu berbeda, dia apa adanya. Yura tidak tertarik pada Julian. Sikapnya juga cukup buruk, akan tetapi perlakuan buruknya justru membuat Julian senang dan terkesan.</p><p class="ql-align-justify">"Sejak kapan kau bisa bisa berbicara pada hewan?" Julian membuka pembicaraan lagi setelah memastikan Yura tidak akan mengomelinya lagi.</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak mengingatnya."</p><p class="ql-align-justify">"Aku juga memiliki sahabat di Hong Kong. Kami bekerjasama membudi dayakan menanam ganja disini"</p><p class="ql-align-justify">Wajah Yura memucat dengan bibir yang terbuka tidak dapat menutupi rasa terkejutnya. "A.. apa katamu?, itu ilegal!."</p><p class="ql-align-justify">Julian tertawa seketika, "Aku menanam dua hektar ganja disini. Itu semua untuk pengobatan dan perang. Beberapa pengidap kanker terkadang memakainya"</p><p class="ql-align-justify">"Karena itu kau menjadi kaya?"</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak kaya. Tapi uangku terlalu banyak" jawab Julian di antara kerendahan hati dan kesombongannya yang menggunung.</p><p class="ql-align-justify">Langkah kuda Julian terhenti, perhatiannya tertuju pada&nbsp;Zicola dan Jane di depannya.</p><p class="ql-align-justify">"Ikuti rencanaku"</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Setelah beberapa alasan untuk menggiring Yu pergi bersamaku, akhirnya kami pergi berdua setelah pergi meninggalkan Zicola dan Jane di hutan.</p><p class="ql-align-justify">Aku senang melihat keinginan Yu agar Zicola dan Jane bersama, aku sendiri cukup tahu seberapa besar dan tulusnya Jane kepada Zicola. Dia pria beruntung, namun belum menyadarinya.</p><p class="ql-align-justify">Kami duduk di kursi kecil sebuah bar biasa dengan pengunjung yang mayoritas petani, orang-orang desa tidak mengenaliku. Aku bersyukur.</p><p class="ql-align-justify">Biasanya aku akan membawa wanita terbang, atau berlayar dan berpesta dengan liar yang di bumbui seks. Aku punya kelas sendiri dalam membawa wanita.</p><p class="ql-align-justify">Cantik, berpengalaman, seksi, pandai menggoda. Dan cukup pintar. Mereka seperti kumpulan boneka cantik yang terbuat dari pabrik berbeda-beda. Aku akan memperlakukan mereka layaknya kekasih dan memberikan kenangan bagus. Membuat mereka terkesan.</p><p class="ql-align-justify">Sayangnya aku cepat bosan dan berakhir dengan aku meninggalkan mereka.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Tapi untuk kali ini berbeda..</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak ingin mencolok dan menampakan sisi kehidupanku yang sangat Hedonis kepada Yu.</p><p class="ql-align-justify">Untuk pertama kalinya aku ingin terlihat sebagai pria baik di depan seorag wanita.</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak tahu mengapa aku harus melakukannya. Tapi membuat Yura tertarik padaku adalah sebuah keharusan.</p><p class="ql-align-justify">Urusan hubungan kami nantinya dan juga Zicola adalah urusan akhir.</p><p class="ql-align-justify">Yang penting aku ingin bersama Yu dulu sampai bosan, lalu kami akan memutuskan hubungan dan kembali ke jalur hubungan kekeluargaan.</p><p class="ql-align-justify">Aku mengambil anggurku dan menyesapnya perlahan, namun pandanganku tidak terlepas dari Yu yang sedang makan sepotong roti isi. Dia pasti sangat lapar setelah meninggalkan makan siangnya.</p><p class="ql-align-justify">Wajahnya sangat kecil dan menggemaskan, ketika dia berkedip dan menggerakan bulu matanya yang panjang dan letik, matanya akan berkilau di antara cahaya matahari yang mulai turun.</p><p class="ql-align-justify">Bibirnya sedikit kemerahan segar dan penuh, sangat mengingatkan aku pada apel terbaik di Neydish. Pipinya tidaklah tirus, namun aku masih ingat selembut apa kulitnya itu saat bersentuhan dengan kulitku.</p><p class="ql-align-justify">Dia cantik, bahkan ketika marah dan mengucapkan nada sarkas dari mulutnya, sudah dapat membuat intiku menegang.</p><p class="ql-align-justify">Aku harap aku satu-satunya pria yang dapat melihat kecantikannya saat ini.</p><p class="ql-align-justify">"Apa rencanamu setelah datang ke Neydish?" Aku harap dia melanjutkan pendidikannya, dia sangat berpotensi. Sorot matanya mencerminkan ambisi, keberanian dan cerdss.</p><p class="ql-align-justify">"Aku akan melukis"</p><p class="ql-align-justify">"Terdengar indah"</p><p class="ql-align-justify">"Bagaimana denganmu?, apa yang kau lakukan selain menghasilkan uang dan bersenang-senang?."</p><p class="ql-align-justify">Apakah dia serius dengan pertanyaannya?, apakah sekarang dia sedang menilaiku?.</p><p class="ql-align-justify">Aku harus memulainya. "Aku meraih gelar S1 di Columbia, disana aku mengembangkan bisnis judi dan ilmu teknologi. Setelah itu aku meraih gelar S2 di Harvard belajar mesin dan berkebun ganja, memasoknya untuk keperluan perang. Aku melakukan wajib militer selama tiga tahun, dan sekarang berakhir disini" ceritaku panjang lebar.</p><p class="ql-align-justify">Bibir Yu terbuka dengan mata membulat sempurna.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Ya, kagumlah dengan perjalanan hidupku sayang.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Mengapa kau mengejar pendidikan lagi, sementara kau sudah sangat kaya" tangannya mengedar menggambarkan seberapa banyak uang yang telah aku hasilkan.</p><p class="ql-align-justify">Aku tersenyum masam mendengarnya. Pendidikan adalah formalitasku, nenek mengaharapkan aku menjadi presiden.</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak haus jabatan menjadi peminpin negara, namun banyak hal yang membuatku tidak dapat menolaknya.</p><p class="ql-align-justify">"Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak orang cerdas. Itu adalah aset pendorong bangsa untuk maju" jawabku asal-asalan.</p><p class="ql-align-justify">Sebuah senyuman langsung menghiasi bibir Yu, dia mengambil anggurnya dan menegaknya sampai tandas.</p><p class="ql-align-justify">Aku memutar-mutar ujung jariku di atas meja, ada sebuah pertanyaan yang sangat ingin aku katakan padanya. </p><p class="ql-align-justify">Tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Dua minggu mengenal Yu mungkin terasa cepat, namun aku sangat tertarik padanya.</p><p class="ql-align-justify">Ku tarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Apa kau sudah memiliki kekasih?."</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><strong>Author Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Apa kau sudah memiliki kekasih?"</p><p class="ql-align-justify">Yura berkedip beberapa kali, bibirnya terkatup rapat melihat ekspresi kesungguhan di wajah Julian saat ia melontarkan pertanyaan itu.</p><p class="ql-align-justify">"Apa kau masih ingin berkencan denganku?" Suara Yura terdengar dingin.</p><p class="ql-align-justify">"Apa masalahnya jika aku tertarik padamu?, atau..." Julian memicingkan matanya penuh curiga, ia membungkuk mendekatkan wajahnya. "Apa kau memang penyuka sesama jenis?."</p><p class="ql-align-justify">Yura melotot seketika, giginya bergemulutuk menahan emosi. Berbeda dengan Julian yang tersenyum manis menopang dagunya.</p><p class="ql-align-justify">"Kau terlihat sangat cantik saat marah" goda Julian yang masih dalam keterpukauannya, "Marahi aku terus. Aku suka"</p><p class="ql-align-justify"><strong>Duk</strong></p><p class="ql-align-justify">Kaki Yura menghentak menendang lutut Julian di bawah meja.</p><p class="ql-align-justify">"Aw!" Pekik Julian hampir mengeluarkan teriakan keras, Julian meringis mengusap lututnya.</p><p class="ql-align-justify">"Kita pulang sekarang" Yura beranjak dari duduknya dan pergi menuju kasir untuk membayar makanannya.</p><p class="ql-align-justify">Melihat Yura yang sudah lebih dulu membayar makanan mereka, Julian langsung melangkah cepat dan merebut dompet gadis itu tepat sebelum dia menyerahkan uangnya.</p><p class="ql-align-justify">"Di belahan dunia manapun, pria yang membayar nona" Julian mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang.</p><p class="ql-align-justify">Kebaikan Julian ternyata sama sekali tidak menampakan kekaguman di mata Yura, bahkan gadis itu langsung keluar bar tanpa mengatakan apapun.</p><p class="ql-align-justify">Julian menarik nafasnya dalam-dalam, dia berdiri di samping Yura yang terlihat bingung mencari kuda mereka.</p><p class="ql-align-justify">"Dimana kuda kita?." </p><p class="ql-align-justify">"Kita naik mobil."</p><p class="ql-align-justify">Tidak berapa lama sebuah mobil <strong><em>supercar Lotus Exige </em></strong>hitam datang dari jalanan dan memasuki halaman kecil bar itu.</p><p class="ql-align-justify">"Ayo" Julian mengamit tangan Yura dan membawanya menuju mobil itu.</p><p class="ql-align-justify">Ketika pintu mobil di buka tidak ada siapapun di dalamnya. Yura mematung kehilangan nafasnya seketika. "Siapa yang mengemudi?"</p><p class="ql-align-justify">"Dirinya sendiri dan kecerdasanku" jawab julian dengan bangga.</p><p class="ql-align-justify">Dengan sedikit keraguan Yura masuk dan duduk di susul Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Selamat sore tuan, kemana tujuan Anda?" suara di komputer kecil itu bertanya setelah Julian menekan permukaan ibu jarinya di layar.</p><p class="ql-align-justify">Julian menekan beberapa tombol di atas keyboard, "Jalan Angelina. Matikan cctv, dan tetap dalam kecepatan empat puluh."</p><p class="ql-align-justify">"Baik tuan" mobil pintar itu kembali menjawab sebelum akhirnya bergerak sendiri.</p><p class="ql-align-justify">Yura tidak dapat menyembunyikan kekagumanya, bahkan binar matanya nampak bercahaya di penuhi ke ingin tahuan.</p><p class="ql-align-justify">"Ini sangat mengagumkan" puji Yura dengan tulus.</p><p class="ql-align-justify">"Aku memang mengagumkan, hanya wanita tidak normal yang menolakku" gumam Julian dengan ketus.</p><p class="ql-align-justify">"Sebaiknya kau diam"</p><p class="ql-align-justify">"Jika mulutku diam. Bagaimana jika tanganku saja yang bergerak, misalnya bergerak meremas payudaramu" bisik Julian penuh semangat. Yura langsung mendelikan matanya.</p><p class="ql-align-justify">"Jika fikiranmu hanya di penuhi seks. Ajak wanita lain. Aku perempuan baik-baik" nada suara Yura merendah dengan ketegangan.</p><p class="ql-align-justify">Ada senyuman kecil yang menghiasi bibir Julian, tubuhnya membungkuk mengurung ruang duduk Yura. "Kau tahu pepatah. Seburuk-buruknya pria, dia akan akan tetap mencari wanita terbaik juga."</p><p class="ql-align-justify">Kepala Yura bergerak dan membalas senyuman maut Julian, pergerakan wakahnya mengikis jarak di antara mereka.</p><p class="ql-align-justify">"Jika kau merusak setiap wanita yang kau temui. Maka jangan harap menemukan wanita baik" balasnya menampar perkataan Julian.</p><p class="ql-align-justify">Tubuh Julian kembali menjauh dan dia duduk kembali di tempat semula. "Bagaimana jika aku benar-benar suka padamu?"</p><p class="ql-align-justify">Perkataan Julian sama sekali tidak berpengaruh terhadap Yura, hatinya tidak akan pernah mudah goyah meski Julian sangat mirip dengan seseorang yang sangat di rindukannya.</p><p class="ql-align-justify">Ketika sampai di vila kedatangan Julian dan Yura di sambut oleh Thomas dan Rebeca yang sudah sejak lama mereka duduk di balkon menunggu kedatangan mereka.</p><p class="ql-align-justify">"Siapa wanita itu?" Yura mencengkram sabuk pengamannya seketika, wajah cantiknya terlihat pucat seketika.</p><p class="ql-align-justify">"Kekasih ayahku."</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Untuk apa kau datang kemari?" Tanya Julian dari kejauhan, dia memilih duduk sangat jauh dari posisi Rebeca berada.</p><p class="ql-align-justify">"Dimana kakakmu?"</p><p class="ql-align-justify">Sekilas Julian melihat Rebeca yang terlihat berantusias ketika Thomas menyebut nama Zicola, "Berkencan"</p><p class="ql-align-justify">Thomas melihat Yura yang sejak tadi diam tengah duduk di samping Rebeca, di lihatnya lagi keberadaan puteranya yang duduk empat meter dari jarak tempatnya berada.</p><p class="ql-align-justify">"Bagaimana keadaanmu Yu?" Tanya Thomas melembut.</p><p class="ql-align-justify">Yura tersenyum canggung, dia tidak nyaman dengan Rebeca yang terus tersenyum manis padanya.</p><p class="ql-align-justify">"Baik" jawab Yura singkat.</p><p class="ql-align-justify">Suara langkah kuda terdengar samar-samar mendekati pekarangan, kedatangan Zicola dan jane berhasil mengalihkan pembicaraan semua orang. Terutama Rebeca.</p><p class="ql-align-justify">"Jika ada yang membuatmu tidak nyaman, katakan saja padaku" </p><p class="ql-align-justify">Yura mengangguk dengan senyuman canggung. Karena orang yang membuatnya tidak nyaman adalah anak Thomas sendiri. </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Wangi bunga mawar terasa lembut mengisi semua ruangan kamar mandi, gelembung-gelembung busa memenuhi bathup menutupi sebagian tubuh Yura.</p><p class="ql-align-justify">Yura memeluk lututnya duduk di tengah-tengah bak mandi itu.</p><p class="ql-align-justify">Isi fikiran di kepalanya di penuhi ketakutan saat melihat kekasih Thomas, wanita cantik itu membuat kekuatan di dalam dirinya mengamuk. Sama seperti saat Yura dekat dengan Johan, suami lain dari ibunya.</p><p class="ql-align-justify">Aura Rebeca berbeda dari orang lain, ada kemarahan dalam fikiran Yura yang membuatnya terdorong ingin menyakiti wanita itu. Yura tidak tahu siapa sebenarnya Rebeca, namun Yura yakin jika wanita itu akan membawa sebuah masalah suatu saat nanti.</p><p class="ql-align-justify">Terlarut dalam lamunannya, membuat Yura tidak menyadari sesuatu. Tepat di luar kamar Julian tengah berusaha melompati pagar pembatas dan memasuki kamarnya melalui pintu kaca.</p><p class="ql-align-justify">Julian mengedarkan pandangannya melihat setiap penjuru kamar mencari sosok Yura yang tidak ada disana.</p><p class="ql-align-justify">Julian mendekati pintu kamar mandi tertutup rapat namun tidak di kunci sama sekali.</p><p class="ql-align-justify">Ketika ia masuk, wangi bunga mawar langsung menusuk indra penciumannya. </p><p class="ql-align-justify">Kamar mandi kecil itu hanya memiliki dinding pembatas kaca kecil antara Shower dan wastafel, sehingga Julian langsung dapat melihat Yura yang berendam di bak dan tidak menyadari kehadirannya.</p><p class="ql-align-justify">Sebuah serigai nakal langsung menghiasi bibir Julian.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku melepaskan pakaianku dengan cepat, sebelum akhirnya kaki kananku memasuki air.</p><p class="ql-align-justify">Yu masih tidak menyadari keberadaanku. Bagus!</p><p class="ql-align-justify">Ketika kedua kakiku sudah sepenuhnya berada di bathup, aku langsung duduk dan membuat air di bak tumpah.</p><p class="ql-align-justify">"Apa yang kau lakukan!" Yura berteriak dan membalikan tubuhnya.</p><p class="ql-align-justify">Berteriak saja sayang, biarkan semua orang melihat. Itu membuatku menjadi lebih mudah.</p><p class="ql-align-justify">"Kamarku harus di sterilkan karena serangga, jadi aku numpang mandi disini" dustaku, padahal aku sudah mandi beberapa menit yang lalu.</p><p class="ql-align-justify">Yu menurunkan tubuhnya menyembunyikan belahan dadanya, matanya berkilat menunjukan kemarahan yang sangat aku sukai.</p><p class="ql-align-justify">"Sialan, keluar dari sini. Kau sangat tidak sopan" hardiknya menyemprotku.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Aku tidak peduli</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku meluruskan kakikku dan membuat kami saling berhadapan, duduk di masing-masing ujung bak.</p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak pernah mandi dengan pria?" Aku mengujinya. Tipe pria brengsek seperti apa yang bisa membuatnya jatuh cinta.</p><p class="ql-align-justify">"Yu! Kau tidak apa-apa?" Teriak Zicola di luar kamar menggangguku.</p><p class="ql-align-justify">"Cepat keluar" desis Yu menggertakku, kaki kecilnya mendorong dadaku untuk mengusir.</p><p class="ql-align-justify">Dia salah, aku tidak takut meski setengah mati takut dengan Zicola. Tapi ardenalinku terasa tertantang.</p><p class="ql-align-justify">"Tidak mau, kau saja yang keluar." Ya, itu ide yang bagus. Jika dia berdiri dari bathup maka aku akan melihat tubuh indah dia seutuhnya.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Sial, singkirkan fikiran kotormu Juls</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Yu, kau dimana?" Teriakan Zicola kembali menyadarkanku untuk segera bersembunyi.</p><p class="ql-align-justify">Aku mengambil pakaianku di lantai dan kembali ke bak. Mengambil nafas lebih banyak dan menenggelamkan diri di bawah busa.</p><p class="ql-align-justify">"Aku baik-baik saja" Yura terpekik dan menggerakan kakinya untuk di rapatkan.</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak sengaja menyentuh pahanya karena memeluk pakaian.</p><p class="ql-align-justify">"Mengapa kau berteriak?"</p><p class="ql-align-justify">"Aku.. aku hanya kesepian" suaranya terdengar gemetar.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Dia tidak pandai berbohong</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa kamu gugup Yu?"</p><p class="ql-align-justify">Sialan, enyahlah dan berhenti bertanya. Aku mulai kehilangan nafas bila Zicola tetap disana.</p><p class="ql-align-justify">Mataku terpejam erat menahan perih, sedikit demi sedikit aku membuang nafas.</p><p class="ql-align-justify">"Ah.. aku baik-baik saja" Yu mencengkram tangan nakalku yang mengusap-usap pahanya. Tidak apa-apa kesusahan bernafas, aku punya mainan lezat di bawah sini.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;"Tadi kamu terlihat gelisah Yu, apa ada masalah?, katakan padaku."</p><p class="ql-align-justify">Sialan, dadaku semakin sesak dan mataku semakin perih. Aku balas mencengkram tangan Yu dan memenjarakannya dalam genggaman.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Sekarang aku bebas…</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Tangan nakalku kembali bergerak menelusuri tubuh indah Yu, ku remas dadanya di bawah busa.</p><p class="ql-align-justify">Dadanya pas dan penuh, aku suka. Ini saat menyenangkan untuk aku mainkan.</p><p class="ql-align-justify">Tubuh Yu mengeliat "Rebecaa.."</p><p class="ql-align-justify">Sialan, dia sengaja menyiksaku di bawah sini dan terus berbicara dengan kakaknya yang menyebalkan. </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Aku benci di abaikan</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Dengan sedikit memaksa aku membuka paha Yu agar terbuka, ku tangkup kewanitaannya dan membelainya dengan dua jari.</p><p class="ql-align-justify">Kita lihat saja, siapa yang akan menyerah</p><p class="ql-align-justify">"Rebeca?" Bisik Zicola di buta penasaran.</p><p class="ql-align-justify">"Anu, ah.." suara Yu menghilang saat aku menarik clitorisnya, "Sebaiknya kau keluar. Aku tidak nyaman. Nanti kita bicarakan."</p><p class="ql-align-justify">"Baiklah"</p><p class="ql-align-justify">Bagus, pilihan yang bagus.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Julian kembali ke permukaan dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya.</p><p class="ql-align-justify"><strong>Plak</strong></p><p class="ql-align-justify">Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Kurang ajar" hardik Yura dengan wajah merah setengah mati menahan malu. Apa yang di lakukan Julian padanya adalah sebuah pelecehan, Yura sangat membencinya.</p><p class="ql-align-justify">"Kau kasar sekali" rajuk Julian mengusap-usap pipinya yang memerah.</p><p class="ql-align-justify">"Sekali kau menyentuhku, akan ku patahkan tanganmu"</p><p class="ql-align-justify">"Bagaimana jika seperti ini" tangan Julian menjangkau jarak di antara mereka, di remasnya payudara Yura di bawah busa.</p><p class="ql-align-justify">Dalam satu gerakan Yura menendang perut Julian dan menepis tangan kekar itu, lalu memutarnya mengunci pergerakan Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Aw.. aw, sakit" rintih Julian tidak berdaya di bawah tubuh kecil Yura.</p><p class="ql-align-justify">Perlahan Yura melepaskan cengkramannya, "Jangan macam-macam denganku."</p><p class="ql-align-justify">Nafas Julian terengah seperti anak kecil yang nakal, pandangannya menelusuri tubuh kecil Yura berada di atasnya. Payudaranya yang tersembunyi kini terpampang jelas, menggantung indah di depan matanya. Putingnya yang kemerahan itu kini keluar dan mengeras.</p><p class="ql-align-justify">Julian tersenyum polos dan menelan salivanya perlahan, "Bukankah posisi kita sekarang terasa sangat merangsang?"</p><p class="ql-align-justify">Dalam hitungan detik Yura langsung menjauh dengan wajah memerah malu, gadis itu bangkit dan tidak memperdulikan ketelanjangannya di hadapan Julian.</p><p class="ql-align-justify">Mata Julian memicing melihat leher jenjang Yura dari belakang, sebuah bahu kecil yang terlihat rapuh menelusuri pinggang kecilnya, bahunya yang putih itu terlukis oleh goresan merah bekas luka.</p><p class="ql-align-justify">"Punggungmu kenapa?"</p><p class="ql-align-justify">Yura tidak menjawab sama sekali, ia bergerak menuju Shower dan membasuh tubuhnya dengan air hangat.</p><p class="ql-align-justify">"Aku bertanya" timpal Julian lagi yang mulai kesal dengan kebisuan Yura.</p><p class="ql-align-justify">Yura mengambil handuk dan jubah mandinya, tatapan kosongnya kembali menghiasi wajah cantiknya. "Jangan bicara lagi padaku" ucapnya dingin.</p><p class="ql-align-justify">Julian bangkit dari duduknya menatap kepergian Yura keluar dari kamar mandi.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Suara alunan piano terdengar kasar dan tidak beraturan saat Yura dan Zicola duduk satu bangku menekan tuts semau mereka.</p><p class="ql-align-justify">Julian duduk dengan anggun membaca beberapa dokumen pekerjaan di emailnya, sesekali dia mencuri pandangan pada Yura.</p><p class="ql-align-justify">Rupanya Yura gadis yang pandai menyembunyikan sesuatu, Julian dapat melihatnya bagaimana dari cara dia berinteraksi dengan dirinya meski Yura sedang marah padanya.</p><p class="ql-align-justify">"Wah.. sepertinya menyenangkan" Rebeca tersenyum lebar namun membuat kebahagian di ruangan itu langsung membeku.</p><p class="ql-align-justify">Senyuman di wajah Yura memudar, ia tertunduk memeluk lengan Zicola dengan erat.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa Yu?, kau baik-baik saja?" Zicola menangkup wajah cantiknya dan menatap kegelisahan di mata Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Aku baik-baik saja"</p><p class="ql-align-justify">"Sebaiknya kau pergi. Yu takut dengan nenek sihir, dan aku alergi dekat-dekat dengamu" perintah Julian khas dengan kesombongan dan nada sinisnya.</p><p class="ql-align-justify">"Salahku apa Juls?" </p><p class="ql-align-justify">"Salahmu?" Julian menutup laptopnya dan berdiri dengan angkuh, "Salahmu adalah masuk kedalam keluargaku. Dan ayahku terlalu bodoh memilihmu"</p><p class="ql-align-justify">Rahang Rebeca menegang kuat, setiap perkataan Julian selalu di penuhi hinaan kepada dirinya, namun dia tidak dapat melakukan apapun selain berakting menjadi wanita baik.</p><p class="ql-align-justify">Rebeca kembali tersenyum memaksakan, ia memilih pergi ke lantai atas sebelum Julian menghinanya lagi.</p><p class="ql-align-justify">"Kau mau kemana Yu?" Zicola menahan tangan Yura begitu gadis itu akan pergi. </p><p class="ql-align-justify">"Memastikan sesuatu"</p><p class="ql-align-justify">"Mengapa kau tidak mengusirnya?" Protes Julian setelah melihat Yura menyusul kepergian Rebeca.</p><p class="ql-align-justify">"Aku juga membencinya, tapi Thomas sangat tunduk pada wanita sialan itu"</p><p class="ql-align-justify">Julian mengacak-ngacak rambutnya frustasi, "Dengar. Jangan sampai kau bercinta dengan jalang itu lagi, kau sudah tahu kan jika dia tertarik padamu. Jika ayahku tahu, kau akan hancur."</p><p class="ql-align-justify">Belum sempat Zicola menjawab, sebuah kegaduhan tangga langsung menyita perhatian kedua pria itu.</p><p class="ql-align-justify">Nafas Julian menyempit di paru-parunya, telinganya berdenging mendengar teriakan Zicola.</p><p class="ql-align-justify">"Yu!."</p><p class="ql-align-justify">Yura jatuh terbanting melewati setiap tangga, tubuh kecilnya terhentak membentur ke lantai menyisakan darah yang mulai mengalir dari hidung dan kakinya.</p><p class="ql-align-justify">Sebelum Julian berlari menangkap tubuh Yura, Zicola sudah bersimpuh memeluknya.</p><p class="ql-align-justify">"Apa yang kau lakukan Jane!, kau melukainya!" Teriakan Rebeca mengalihkan perhatian Julian.</p><p class="ql-align-justify">"KENAPA DIAM SAJA, PANGGIL DOKTER!" Zicola membentak sepenuhnya di landa rasa panik dan khawatir.</p><p class="ql-align-justify">Dengan gemetar Julian mengambil ponselnya dan menghubungi Robin.</p><p class="ql-align-justify">"Semua karenamu Jane" suara lengkingan Rebeca kembali membuat kepanikan Julian memuncak menjadi perasaan emosi.</p><p class="ql-align-justify">"Diamlah sialan!" Hardik Julian langsung membuat Rebeca bungkam.</p><p class="ql-align-justify">"Robin, bawa Margareth ke Simmur. Pakai jet pribadiku, aku tunggu dalam lima belas menit! Ini darurat." Bentak Julian tidak memberikan kesempatan Robin untuk berkata-kata.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Jantungku terasa seperti tidak mampu berdetak dengan normal selama Margareth menangani Yu.</p><p class="ql-align-justify">Bayangan saat tubuh kecilnya terhempas ke setiap anak tangga membuatku sangat khawatir.</p><p class="ql-align-justify">Zicola mundar-mandir di depanku terlihat sangat cemas.</p><p class="ql-align-justify">Semenjak kedatangan dokter, Jane tidak menampakan dirinya. Aku tahu pasti dia sedih meski aku tidak yakin dia akan mencelakai Yu.</p><p class="ql-align-justify">Ketika Margareth keluar aku mundur memberi ruang untuk Zicola. </p><p class="ql-align-justify">"Bagaimana keadaan Yu?."</p><p class="ql-align-justify">"Nona Yu tidak terluka parah, tapi tangannya mengalami cedera dan kakinya perlu di gips."</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Baik-baik saja? Tapi tangan dan kakinya terluka.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Bagus!, aku ingin memaki Margareth sekarang.</p><p class="ql-align-justify">"Tangannya cedera?" Suara Zicola seperti membisik.</p><p class="ql-align-justify">Ada apa dengannya?.</p><p class="ql-align-justify">"Kita memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Jaga dia, untuk sementara waktu jangan terlalu banyak bergerak."</p><p class="ql-align-justify">Bahu Zicola langsung bergetar, aku tidak dapat mengartikan kesedihannya sekarang.</p><p class="ql-align-justify">"Terimakasih Margareth" aku tersenyum kecil menggatikan posisi Zicola yang diam seperti orang bisu.</p><p class="ql-align-justify">"Sudah kewajiban saya tuan. Saya permisi."</p><p class="ql-align-justify">Robin membungkuk kecil di depanku dan mempersilahkan Margareth untuk pulang lagi.</p><p class="ql-align-justify">Ku lihat Zicola yang mengacak-ngacak rambutnya frustasi, dia meninju dinding kayu dengan nafas tersenggal-senggal.</p><p class="ql-align-justify">"Katakan padaku ada apa?" Aku sudah gatal ingin tahu masalahnya.</p><p class="ql-align-justify">Mata Zicola bergerak panik, nafasnya naik turun tidak beraturan. "Jika tangan cedera. Dia tidak bisa melukis."</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>