webnovel

Crazy Love?

-- Bertemu orang yang tepat pada waktu yang tepat adalah sejenis takdir -- *** Kehidupan yang kelam, masa lalu yang ingin dilupakan, dan masalah kehidupan lainnya membuat remaja ini terus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Kekuatan yang mereka butuhkan adalah uluran tangan dari orang lain disekitar. Tidak hanya orang dewasa yang mempunyai ribuan masalah, tetapi remaja ini juga mempunyai masalah di kehidupannya. Mulai dari masalah keluarga, pacar, ataupun persahabatan. Rena, gadis yang selalu baik pada semua orang, dan tanpa sengaja membuat banyak cowok yang mulai menyukainya. Rena mempunya sahabat bernama Rean, cowok itu selalu melindungi Rena dari semua cowok yang mendekat. Terutama Ryu, Ketua Osis. Cerita ini tidak hanya menceritakan masalah yang dihadapi oleh Rena. Berbagai kisah berada di dalam cerita ini. Apakah Rena dapat memilih salah satu? Atau, Rena tidak memilih sama sekali? Apakah masalah lainnya dapat diselesaikan? Apakah mereka bisa membuat hidup mereka menjadi penuh warna? Ikuti terus cerita ini ^^

Errenchan · Teen
Not enough ratings
289 Chs

Batal?

"Ngalamunin apa si?" tanya Josen yang baru saja masuk ke dalam kelas dengan membawa tiga kaleng soft drink.

"Yunbi bales nih," ucapnya lagi yang memberikan ponselnya ke Rena.

"Serius?" seru Rena yang langsung mengambil ponsel Josen dengan cepat.

Rena langsung membuka pesan itu, dan membacanya dengan cepat.

Yunbi : Lo nggak perlu khawatir, Ren. Oh, iya, gue nanti boleh nggak ke rumah lo?

Rena membalas pesan itu dengan cepat dan langsung memberikan ponsel itu ke pemiliknya.

"Yunbi kenapa?"

"Nggak tau, dia nggak bilang. Ntar mau ke rumah gue," jawabnya yang mengeluarkan paper bag dari tasnya. "Oh, iya Rean. Ini dari bunda," ucap Rena memberikan satu bekal ke Rean.

"Thanks."

"Buat gue?" tanya Josen dengan wajah melasnya.

"Hm, nggak ada. Cuma bawa dua, kalau lo mau, minta Rean, noh."

Josen langsung menoleh menatap Rean dengan tatapan penuh harap. "Re, lo ganteng banget sih hari ini, boleh lah bagi makanannya?" ucap Josen dengan tersenyum manis. Rean yang melihat itu langsung berdigik merinding.

"Ogah! Jijik banget gue!"

"Kok lo gitu sih, gue nangis loh ini ntar."

"Bodo amat!"

"Yeu, gue pengen cobain nasi goreng buatan mertua. Boleh lah, Re, pleassee!"

"Nggak!"

Rean langsung memakan nasi goreng itu dengan sangat lahap dan membuat Josen melongo dengan wajah yang sangat melas. Rena yang melihat itu seketika tertawa.

"Lo bawa makanan kan, udah makan aja. Makanannya juga udah abis tuh," ucap Rena yang mulai memakan bekalnya.

***

Yunbi berjalan ke pemakaman yang sepi itu, langkahnya terhenti saat melihat nama sang kakak yang ada di batu nisan itu, dia berjongkok dengan mengelus batu itu dengan lembut.

"Halo kak, apa kabar? Pasti lo baik-baik aja kan disana? Pasti dong, enggak kayak gue yang di sini tersiksa sama keadaan. Kenapa semuanya benci sama gue ya kak? Mama papa juga belum maafin gue, mereka masih anggep gue anak sial lah, anak pembunuh lah."

"Menurut lo gue harus gimana, Kak?"

Yunbi terus berbicara di depan makam sang kakak.

"Lo tau kan, gue punya pacar, tapi kenapa pacar gue lebih peduli sama sahabatnya. Dia selalu marah kalau gue deket sama cowok lain.

"Gue harus apa kak? Apa gue harus perjuangkan? Atau gue akhiri hubungan gue ya kak? Coba aja kalau lo ada di samping gue kak, gue udah peluk lo erat."

"Mungkin kalau lo disini, lo bakal marah kalau tau gue bolos gini ya kak. Gue kangen banget lo omelin, gue kangen banget lo peluk, gue kangen banget sama masakan lo, dan gue … gue pengen ketemu lo, kak."

Yunbi menggigit bibirnya dengan mata yang terpejam, air matanya sudah berhasil keluar dari matanya.

"Lo tau kak? Gue sekarang jadi cewek cengeng, gue sering nangis kak di sini. Tapi enggak ada yang tau kalau gue itu cengeng, karena gue selalu senyum kak. Gue keren kan, kak?"

Tangan Yunbi menyeka air matanya, ia tersenyum meskipun air matanya masih keluar. "Gue ke sini nggak bawa bunga kak, tapi gue janji, besok gue ke sini lagi bawa bunga buat lo. Gue juga bakal kenalin sahabat gue kak, namanya Rena. Dia baik banget kak, dia kayak lo tau kak sifatnya."

Yunbi menghela napas panjang dan kembali berdiri. "Gue bakal semangat sama hidup gue. Makasih kak udah dengerin gue dari atas sana. Gue pamit pulang dulu ya kak."

Yunbi tersenyum dan menghapus sisa air matanya. ia berjalan keluar dari pemakaman, ia sendiri ntah mau pergi ke mana, yang jelas ia akan menghibur hatinya.

***

Victor memasuki basecamp, tempat dirinya dan teman-temannya sering berkumpul. Tempatnya tak jauh dari sekolah, bahkan bel sekolah pun masih terdengar dari basecamp itu.

Nessa yang melihat sosok Victor langsung berdiri dan berlari ke arahnya.

"Lama banget sih, Vic!" serunya sambil memeluk lengan Victor.

"Aku udah nungguin kamu dari tadi," lanjut Nessa dengan menatap wajah Victor. Cowok itu hanya terdiam dan berusaha melepaskan pelukan Nessa dari lengannya.

"Maaf."

Nessa terkejut menerima penolakan dari Victor. Wajahnya langsung cemberut melihat punggung Victor yang sedikit menjauh darinya.

"Vic, kenapa?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar ingin menangis. Dia menahan lengan Victor, membuat pemuda itu terhenti dan menengok ke arahnya.

"Aku ada salah apa sama kamu?"

Victor terdiam sejenak lalu menggeleng, tangannya berusaha melepaskan genggaman Nessa yang menahannya.

Nessa mengepal tangannya erat, matanya mulai memanas melihat Victor kini tertawa dengan teman-temannya.

"Pasti gara-gara si cewek itu!"

Disisi lain, Victor langsung berjalan di tempat duduk favoritnya, ia mengeluarkan ponselnya, tangannya mencari kontak pacarnya. Ia baru saja dari kelas Yunbi, dan salah satu dari mereka mengatakan kalau Yunbi tidak berangkat sekolah. Padahal pagi tadi ia sudah rapi dengan seragamnya.

Apa ini salah dia? Sehingga membuat Yunbi membolos sekolah. Ia sedikit menyesal karena sudah mementingkan Nessa daripada pacarnya sendiri. Ia pasti masih kecewa dengannya tentang dinner tadi malam.

Ia melihat pesannya yang sudah di baca oleh Yunbi, seketika ia langsung menelpon pacarnya dengan cepat. Namun, beberapa detik kemudian, ia terlambat. Ponsel Yunbi kembali tidak aktif.

Ke mana dia pergi? Apa dia baik-baik saja? Apa dia masih marah? Kenapa pesannya hanya di baca saja?

"Vic, kenapa?" tanya Ryu yang duduk di samping Victor.

"Ryu, gue bakal tarik ucapan gue."

"Maksud lo?"

"Gue nggak jadi taruhan apapun ke lo, lo lupain aja soal lo mempermainkan Rena. Dia cewek baik, gue nggak mau lo nyesel karena lo udah sia-siain orang baik."

Ryu yang mendengar itu hanya tertawa merendahkan. "Maksud lo? Sejak kapan lo peduli sama karma? Lo nggak kesambet kan , Vic?"

"Gue serius. Lo boleh jauhin dia, lupakan semua pertaruhan kita. Yunbi …"

"Kenapa lagi sama tuh cewek? Jangan bilang lo kek gini karena cewek itu? Gue heran sama lo, selera lo rendah banget sih, Vic? Lo sama gue bedanya apa? Lo lebih peduli sama Nessa dari pada pacar lo, lo pikir itu enggak mempermainkan Yunbi?"

"Gue tau gue salah! Makanya gue bilang ke lo, pertaruhan kita batal! Lo boleh jauhin Rena, tapi kalau lo suka sama cewek itu, lo deketin aja. Terserah, gue nggak peduli."

Ryu tersenyum samar, ia merasa senang. Karena jujur saja ia tak tega untuk mempermainkan cewek sebaik dia.

Ryu bangkit dari duduknya dan berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Victor. Cowok itu melihat punggung sahabatnya yang keluar dari basecamp.

"Semoga lo bisa berubah, Ryu."

Ryu adalah tipikal orang yang sering mempermainkan hati cewek, apa lagi saat ia merasa bosan, ia akan memutuskannya saat itu juga.

Maaf kalau ada typo ya :(

Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa untuk review, beri bintang lima, dan masukan ke collection ya! ^_^

Errenchancreators' thoughts