webnovel

Part 2. "Jangan Ganggu Pacar Gue!"

"Emilia, bangun!"

Rachel menggoyangkan tubuh Emilia agar anak gadisnya itu segera bangun, ia melirik jam digital di atas nakas dan menghela napas sambil mengunyah lagi permen karetnya.

"Bagus, ye, udah jam delapan lu masih molor aja!"

"WOI! BANGUN BUSET!" akhirnya, Rachel teriak di telinga Emilia yang langsung membuat sang empunya kelabakan. Emilia menatap Mamanya dengan mata merahnya. "Apaansi Ma, ganggu ae lagi molor! Kalem lagi, gak usah ngegas!"

Rachel menyilangkan kedua lengannya di depan dada. "Nape? Gak seneng lu?"

Emilia mendengkus dan menyibak selimutnya, ia berdiri dan mulai beranjak ke kamar mandi. "Masih mau sekolah? Punya malu juga lu?"

"BERISIK MAK, ELAH!"

***

Emilia mengibaskan lengannya di sekitaran lehernya, cuaca pagi menjelang siang ini lumayan terik, ia di hukum karena terlambat dan di suruh hormat di tiang bendera. Emilia mendengkus dan melihat jam di pergelangan tangannya.

8.50

Sebentar lagi bel pergantian pelajaran akan berbunyi, dan gadis itu sudah mulai berjalan ke arah kantin dan membeli minuman di sana. Emilia meminum minumannya sambil berjalan di koridor sekolah, ia mengamati setiap kelas yang ia lewati dengan santai.

Saat sampai di kelasnya ia duduk di kursi panjang depan kelas karena guru yang mengajar belum juga keluar.

Tak lama bel berbunyi dan Emilia langsung beranjak masuk ke dalam kelas. Pak Ahmad pun, guru sejarahnya sampai geleng kepala melihat kelakuan Emilia. Ia menggerutu, "Buah jatuh gak jauh dari pohonnya."

Emilia yang kebetulan mendengar gerutuan tersebut menghentikan langkahnya begitu saja, ia berbalik menatap Pak Ahmad. "Berubah haluan, Pak, jadi guru bahasa?" sindir Emilia.

Pak Ahmad hanya mengangkat bahunya acuh dan mengangkat keperluannya. "Memang kamu yang tidak tahu sopan santun, sudah tahu masih ada guru di sini dan kamu main seenaknya masuk ke dalam kelas tanpa izin. Memang kamu itu seperti jiplakan Mama kamu saat SMA."

"Sorry nih Pak, hubungannya ape, saya masuk ke kelas sama Mama saya?"

Pak Ahmad menghela napas. "Semua guru-guru juga tahu kelakuan Mama kamu saat dulu."

"UDAHLAH MIL, NAMANYA GURU SEJARAH PALING JAGO UNGKIT MASA LALU!" celetuk Salma, sahabatnya sekaligus sepupunya. Anak dari Papi Kael —Michael dan Sandra.

Emilia berbalik lagi untuk menatap sepupunya itu, "YOI!"

Pak Ahmad geleng-geleng kepala mendengarnya. Dan Emilia kembali bersuara, "Oh ya Pak, kalo Bapak lupa, nyokap saya anak IPA loh, hehe!"

"Dasar tukang gosip!" teriak Emilia lagi.

Akhirnya, guru berkacamata itu pergi dengan dengkusan dan rasa sebal yang memuncak.

***

"Heh, mau kemana lo?"

Dario yang baru saja keluar dari koridor sekolah SMA Kencana kini harus menghentikan langkah kakinya karena salah satu siswa ber-name tag Firman menghalangi langkahnya. Dario menundukan kepalanya saat Kakak kelasnya itu menatapnya dengan tajam di parkiran sekolah, ia tidak sendiri, melainkan bersama dua orang temannya.

Dengan gemetar Dario berkata, "A-ada ap-apa ya, Kak?"

"Lo kelas X kan?"

Dario mengangguk. "Jawab yang bener! Gue gak ngomong sama orang gagu!"

"I-iya, Kak!"

"Nama lo Dario?" kini Firman mendekat ke arah Dario dengan tatapan yang mengintimidasi. Dario semakin menunduk dalam, kakinya sudah gemetaran dan hal itu di tangkap jelas oleh teman-teman Firman yang kini tertawa mengejeknya.

"Jadi elo yang semalem bales chat cewek gue?"

Dario mulai berani mengangkat wajahnya, heran. "Siapa, K-kak?"

"Hanna!"

Dario mangut-mangut dalam tunduknya. Ia mengingat jika Emilia semalam membalas pesan cewek yang bernama Hanna dan mem-block kontaknya.

Darip berjengit kaget saat tiba-tiba Firman mengangkat kerah bajunya. "Tau gak jing! Cewek gue semalam telfon gue sambil nangis-nangis gara-gara lo block kontak dia, bangsat!" desisnya di depan wajah Dario.

Kepala Dario jadi pusing, ini akibatnya jika ia panik dan takut. Kepalanya akan menjadi pusing dan ia akan menangis.

"Ow-ow!!" dari samping, sesosok Emilia datang dan langsung menghempaskan lengan Firman dengan kasar dari kerah baju pacarnya. "Santai Mas, kalem aja mainnye!"

"Emilia?" tanya Firman memastikan. Emilia mengangkat dagunya dan menatap tajam Firman. "Ada urusan apa lo sama dia, anjing?!"

Emilia marah, mampus. "A-anu Mil, itu, dia bikin cewek gue nangis!"

"Cewek lo yang mana?!" sentaknya membuat Firman dan kedua temannya kaget. "Hanna."

"Oh, si jablay?" jawab Emilia enteng. Firman mengangkat wajahnya dan menatap tak suka saat Emilia menghina pacarnya. "Napa, gak suka lo?!"

"Nggak, Mil. Dia udah bikin cewek gue nangis gara-gara dia block kontak cewek gue semalem."

Emilia mengusap kepala Dario yang kini bersandar di pundaknya, pacarnya itu kini memeluknya erat sambil menangis dalam diam. "LO MARAH?!" tanya Emilia, nyolot.

Firman masih berusaha sabar, ia tidak mau memiliki masalah dengan gadis di depannya ini, bahaya. "Ya jelas marah, Mil! Dia udah bikin cewek gue nangis!"

Emilia melebarkan matanya pada Firman. "Kalo begitu gue juga harus marah karena lo udah bikin cowok gue nangis, bajingan!" seloroh Emilia, telunjuk kiri gadis itu maju menunjuk-nunjuk Firman.

Jelas, Firman dan kedua temannya yang lain shock. "C-c-cowok lo?"

"YANG BARUSAN LO BENTAK-BENTAK ITU COWOK GUE, BANGSAT!"

Mata Emilia memerah dan wajahnya juga, ia menatap Firman serta kedua temannya yang kini gemetar. Emilia marah.

"So-sorry Mil, gue gak tau dia cowok lo."

"MINTA MAAF JANGAN SAMA GUE, ANJING!"

"I-iya!"

Firman maju dan menghadap Dario yang kini semakin mempererat pelukannya pada Emilia dan menenggelamkan kepalanya di sana. Ia masih takut karena Firman tadi. "Da-dario, gu-gue, minta maaf, ya!"

Dario hanya mengangguk dengan cepat. Ia sudah tidak mau berurusan dengan Firman lagi, ia ketakutan!

"Lepas dulu, ya, sayang?" pinta Emilia lembut pada Dario, tapi Dario menggeleng dan mempererat pelukannya. "Gak mau, nanti gue di ejek."

"Oke!"

Emilia memberi isyarat agar Firman mendekat ke arahnya yang kini masih memeluk Dario. Firman yang paham apa artinya hanya mendekat ke arah Emilia, menurut.

Bugh.

Firman tersungkur dengan darah segar keluar dari ujung bibirnya. "Gak usah ganggu pacar gue lagi!"

***