"Maaf ya, Riska. Udah bikin kamu bad mood, kesal, dan gak mau ketemu saya. Menghindar terus jadinya." Kata Aditya jujur.
Riska mengangguk. "Maaf juga. Sudah bersikap kekanakan dan nggak bisa diajak bicara dengan kepala dingin."
Adit tersenyum. "Aku kaget begitu kamu terima form persetujuan untuk menjadi perawat yang membantuku."
"Kalau bukan karena Dinda yang hamil, dan karena Anggi yang masih tahun pertama, saya nggak akan setuju. Nggak enak juga sama Dokter Johan."
"Jadi, mulai Senin kita barengan terus ya.."
"Hmm, sepertinya begitu." Ujar Riska. "Sebenarnya, waktu itu aku kaget." Sambungnya.
Aditya menoleh ke kanan. Menatap wajah Riska dari samping kiri gadis itu. "Maksudnya kaget?"
Ini nih yang membuat Riska agak kesal juga. Ternyata Aditya pria yang lumayan tidak peka. Gadis itu menoleh ke kiri dan memberengut. "Kamu itu kok nggak paham sih!" Sungutnya.
"Maaf, kaget kenapa?"
"Kaget sama pengakuan kamu!" Tegae Riska yang sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com