webnovel

COUPLE DREAM [INDONESIA]

Vol. 1 (Regrets of a Bad Boy) Chapther 1 sampai 159 : Perjalanan cinta seorang Bad Boy dengan perempuan seumurannya yang sangat polos dan lugu. Vol. 2 (Relationship With Commitment) Chapthee 160 sampai 318 : Menjaga hubungan dengan porsi dan cara mereka masing-masing, namun menyakiti. Vol. 3 (Serious Problems Before Starting a Household) Chapthee 319 sampai -sekarang Konflik ini pecah begitu saja, melukai banyak orang, mengundang masalah lebih lebar dan lebih banyak lagi. Orang yang tidak memiliki masalah dengan orang itu menjadi terobsesi 'ingin ikut andil'. Salsha dan Aldi. Dia tidak percaya jika salah mengambil keputusan mengakibatkan teman SMA nya yang sudah dianggap mereka sebagai adik justru harus dipenjara karena keduanya percaya pada kakak Salsha. Sebenarnya ini bukan masalah besar untuk mereka, hanya saja dampaknya mulai terlihat semenjak tiga tahun waktu mulai berjalan dengan pelan. Apa masalahnya, dan kenapa terjadi perbalasan dendam?

sakasaf_story · Teen
Not enough ratings
417 Chs

SEBENARNYA DUA ORANG ITU 'BURUK'

"Kenapa?" tanya Aldi yang melihat Salsha murung, Aldi seanv belajar berusaha peka pada pacarnya. 'Ya gak tahu juga untuk kedepannya gimana,'

"Enggak apa-apa," jawab Salsha singkat, bukannya membuka diri. Salsha juga masih terus menutup dirinya, pada siapapun, termasuk juga pada Aldi.

"Jujur, kalau jawab harusjujur. Percuma juga punya pacar tapi lo nya masih tertutup. Dunia enggak sesempit yang lo pikir," nasihat Aldi pada Salsha. "Apaan si, enggak jelas banvet," Salsha membelakangkan rambutnya dan mengambil ikat rambut mengikatnya asal.

"Entah kenapa gue makin kesini makin sayang sama lo Sal," ucap Aldi tidak sadar, Aldi melihat Salsha penuh penuh cinta dengan matanya. Salsha hanya tersenyum miris. "Bisa normal sedikit enggak? Makin kesini gue makin bosen sama lo deh," ucap Salsha kesal. "Romantis salah, humoris salah, lo maunya apa si. Capek juga lama-lama ngikutin kemauan lo,"

"Siapa yang nyuruh lo buat ngelakuin?"

"SIKAP LO YANG NYURUH GUE BUAT LAKUIN ITU, PUAS?" bentak Aldi kesal dengan sikap Salsha yang terlihat santai.

"Najis," ucap Salsha berlalu meninggalkan Aldi dan baru pertama kalinya Aldi terlihat tidak mempermasalahkannya. "Mau kemana lo?" teriak Aldi ditengah pusat keramaian. Salsha menghentikan langkahnya dan melirik pada Aldi malas, kemudian berjalan mendekat pada Aldi. Salsha memegang bahu Aldi lembut, kemudian dia mendekatkan bibirnya menuju pada telinga Aldi.

"Mau cari orang BRENGSEK yang cocok sama gue," bisik Salsha sangat pelan. Aldi memukul kepala Salsha mendengar jawaban konyol Salsha. "Udah jangan pergi, gue juga termasuk orang BRENGSEK,"

"Sinting lo ya," timpal Salsha tertawa dengan jawaban Aldi dengan wajah nakalnya. Salsha bukan hanya ikut terbawa pembicaraan karena Aldi, dia hanya ingin menyesuaikan saja.

Sudah hampir setengah tahun Salsha memjalanj hubungan dengan Aldi, tapi rasa-rasanya berusaha perduli saja Salsha tidak bisa. "Jadi, sebenernya kenapa. Gue merasa aneh kalo lihat lo murung, diem aja, dingin, lo terlalu perduli buat gue, dan ini bukan lo banget Sal," keluh Aldi karena melihat ada yang berbeda dengan Salsha.

Akhir-akhir ini Salsh menjadi sangat baik dimata Aldi, lebih manja, dan tidak suka memaki. Bukan Salsha seperti biasanya. "Gue lagi berusaha terbiasa sama lo, gue mau lo jujur dan terbuka juga sama gue," Sekarang, Salsha yang dulu kembali. Suara lembut, dan menyenangkan pendengaran Aldi. "Gue terbuka kok, sama lo.Mungkin lo nya aja kali yang terlalu menutup diri sama gue," ucap Aldi menyangkal ucapan Salsha.

"Gue bisa bedain mana lo yang sebenarnya, mana lo yang gue kenal. Gue tahu selama lo sama gue, lo cuma pura-pura kan Gue juga tahu lo cuma sandiwara, kenapa lo harus pura-pura jadi cowok yang bisa buat gue nyaman. Tapi itu bukan diri lo sendiri, lo harus berpikir ke depan Al," sambung Salsha membuat Aldi menundukan kepala.

'Salsha benar, Aldi memang salah jika menginginkan Salsha menjadi miliknya. Namun mengubur dirinya sendiri.'

"Gue mau lo jujur,"

"Kenapa lo jadi orang lain demi gue? Kalo lo tunjukin diri lo yang sebenernya sama gue, gue pasti akan lebih gampang terbuka dan nyaman sama lo," Salsha berbicara seolah yakin dengan ucapannya sendiri.

"Jawab pertanyaan gue. Kenapa lo enggak yakin sama diri lo sendiri?" tanya Salsha kesal pada Aldi yang sekarang mendadak bisu tidak berbicara sedikit pun. Mana clotehan konyol Aldi, mana omongan aneh Aldi, mana semua kata romantis yang selama ini Aldi keluarkan? 'Nyatanya enggak ada, semuanya bulshit. Dasar, Salsha bodoh!'

"Gue enggak yakin lo akan nerima gue, gue gak sehumorin ini, gue gak seromantis biasanya, gue nakal, gue kasar, gue brengsek, gue kotor dan semua yang negatif adalah gue,"

"Lo enggak tahu dunia gue Sal, kalolo tahu. Gue yakin 100% kalau lo tau alo enggak akan mau sama gue. Mungkin ada banyaj cowok yang suka sama gue tapi mereka enggak bisa nerima buruknya gue," Aldi menjawab, suasana menjadi sunyi. Hanya ada mereka berdua disatu tempat ini.

"Buktinya lo punya banyak selingkuhan,, jadi bagian mana yang enggak bisa nerima menurut lo?" tanya Salsha menantang, selama ini Salsha tahu jika Aldi pergi dengan teman-temannya. Salsha mulai mencari tahu saat Sadewa menujukannya pada Aldi, akan tetapi Salsha butuh lebih, dan Salsha terus mencari dan mencari.

Dan benar, bukan hanya Salsha. Mereka banyak, siapa yanh Aldi bohongi. Salsha atau mereka semua? Salsha sampai heran kenapa Aldi bisa dengan mudahnya mengubah wajahnya seperti merasa tidak bersalah dengan ini.

"Lo tahu dari mana?" tanya Aldi, padalnya dari dulu Aldi rasa main dibelakang Salsha tidak masalah dan Salsha tidak tahu. Katenanya Aldi terus melakukannya untuk kepuasannya saja.

Salsha tertawa bodoh. "Gue enggak sebodoh yang lo pikir, gue tahu lo punya selingkuhan awalnya dari Sadewa, dia nujukin ke gue lo lagi pergi sama cewek. Awalnya gue enggak percaya dan gue terus cari tahu sendiri, dan berkali-kali juga gue lihat lo pergi sama cewek yang berbeda, dihari yang sama"

"Udah ketebak semua?" tanya Aldi pada Salsha, dia berjalan mendekat lebih dekat lagi. "Belum, sayangnya setelah lo bareng mereka. Cewek-cewek itu hilang gitu aja, sebenernya lo itu siapa?" tanya Salsha kesal sendiri karena gagal tahu siapa sebenarnya Aldi dan apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka-mereka yang hilang, sayangnya Aldi sangat tertutup. Dia humoris, romantis dan bobrok diwatu bersamaan, dan Salsha gagal mengerti.

"Gue manusia, tapi gue bisa jadi iblis saat waktu mendukung," jawab Aldi santai, Salsha yang mendengar jawaban Aldi hanya bisa terdiam. Iblis?

"Lo apain?" lirih Salsha yang mulai merinding dengan jawaban Aldi, Salsha menjadi merinding. Aldi meniup daun telinga dan leher Salsha tiba,tiba. "Cuma gue pakai, terus gue bunuh," jawab Aldi sangat-sangat santai, Salsha terkejut. Jadi, ini yang sebenernya Aldi. Dia seorang pembunuh? Sekuat tenaga Salsha diiam dan berusaha tidak menjerit.

"Apa gue target lo selanjutnya?" tanya Salsha hati-hati. Suasana sunyi membuat Aldi tertawa miring, dia mencium leher dalam Salsha dan membuat Salsha benar-benar keringat dingin. "Lo target terakhir gue Sal, karna cuma lo yang bisa merubah gue. Sekarang lo cuma sebagai penawar, ada saatnya lo harus nyembuhin gue seutuhnya. Tapi bukan sekarang,"

•••

"Ngapain?" tanya Argo pada Sadewa yang diam menatap langit hitam yabg mampu membuatnya merasa hidup.

"Gue lagi lihat Salsha bahagia sama gue," jawab Sadewa dengan lirih. Entah mendapat, pemikiran dari mana Dewa selalu saja memikirkan jika dia akan bahagia dengan Salsha. "Kapan?"

"Dimasa depan," Argo menelan ludahnya sukar, berbicara dengan Dewa memang membuat Argo harus berhati-hati, suara Sadewa saat fokus membuat Argo merinding.

"Dia enggak sama yang lain?" tanya Argo mulai fokus pada wajah Dewa santai, entah kenapa saat melihat Dewa. Semua orang juga akan merasa tenang, entah ada efek apa yang Dewa keluarkan.

"Akan, tapi gue yakin. Salsha tetep sama gue, gue tahu gimana Aldi," jawab Sadewa membuat Argo menaikan matanya. "Seberapa kenal lo sama Aldi, perasaan lo enggak punya temen sedeket itu," Argo memposisikan duduknya mendekat pada Dewa. Sadewa mengangkat bahunya acuh, dia benar-benar ingin menyimpan masalahnya sendiri. "Mama mana?" tanya Argo mengalihkan pembicaraan, dia mengambil makanan ringannya diatas meja kecil yang tadi dia tinggal.

"Sama Ayah, enggak pulang katanya," jawab Dewa berjalan meninggalkan Argo dibalkon kamarnya. "Capek juga ya, enggak punya temen dirumah segede gini. Untung aja gue main ke rumah lo, Wa," gumam Argo sendiri dia kembali melihat pada langit, malam ini cuacanya sangat sejuk. 'Maaf, maaf gue enggak ada saat kalian semua ngalamin masalah,'

"Go, masuk. Dingin," teriak Dewa membuyarkan lamunan Argo yang memikirkan kejadian satu tahun yang lalu. Tanpa menjawab Argo masuk dengan membuang bungkus snacknya. Dia memegang pagar keliling besi, dan menumpuk kedua tangannya melihat lantai dasar rumah Dewa.

Dia ingat, Argo ingat saat Salsha yang pernah hampir diperkosa oleh mantan pacar Nita, Argo juga ingat saat Dewa hampir tertusuk pisau oleh preman karna orang suruhan mantan pacar Nita yang sekarang terobsesi gila pada Salsha.

Nita merasa sakit hati, dia merasa dipermainkan perasaanya. Dia berpacaran hanya dua bulan, dia mendekati Nita hanya menginginkan Salsha. Jauh dari sana, Nita benar-benar merasa bersalah pernah membuat Salsha hampir jatuh karena permainan gila itu. Dewa juga merasa bersalah hampir lalai menjaga Salsha, namun Dewa sama sekali tidak memojokan Nita. Dia masih bersyukur, karena masih ada waktu untuk mencegah. Toh, pelakunya juga sudah masukan ke penjara oleh Argo, keluarga Argo sangat berpengaruh dan mudah untuk melakukan hal itu.

"ARGO!!" Argo menghela nafas kesal, dia memang diperlakukan seperti bayi oleh Dewa. Karna hanya Dewa yang tahu apa yang membuat Argo tidak boleh terlalu lelah, kedinginan, dan tidur terlalu malam. Argo berjalan malas menghampiri Dewa yang sedang duduk didalam kamarnya dengan selimutnya.

'Menyebalkan!'

Terkadang munafik benar-benar dibutuhkan untuk terlihat tersenyum didepan orang lain, gunakanlah semestinya saja

sakasaf_storycreators' thoughts