1 Terlahir Kembali

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Terlahir dengan takdir menderita, menderita hingga terbawa sampai kematian, cinta dan perpisahan juga adalah penderitaan, sekalipun kebencian dan dendam, semuanya adalah penderitaan. Dalam kepercayaan Buddha, ada 8 penderitaan, Nie Yan memiliki ke-5 penderitaan itu. Pada dasarnya, kehidupannya adalah rentetan penderitaan. Untungnya itu hanyalah cerita yang pendek karena dia hanya hidup selama 28 tahun.

Hidupnya mungkin seharusnya telah berakhir saat itu. Namun, takdir berkata lain, nasibnya berubah.

Nie Yan merasakan bahwa punggungnya basah, pakaiannya menempel erat di kulitnya. Itu memberikan sensasi yang tidak nyaman. Dia samar-samar teringat bahwa dia telah ditembak dan terjatuh, darahnya mengalir keluar dan merembes ke tanah.

'Apakah ini kematian?' Nie Yan merasa lega, meninggal dengan cara seperti ini, bukankah ini bisa dianggap sebagai kematian yang damai?

Sebelumnya, dia telah melakukan penyergapan selama lima hari penuh di depan gerbang mansion milik Cao Xu. Selama pengintaian, tidak mudah menunggu sampai Cao Xu muncul. Suatu saat Cao Xu keluar dari mansionnya dan hampir menghilang dengan mobilnya, Nie Yan segera menarik pelatuknya. Dengan senapan snipernya, dia melesatkan peluru ke arah kepala Cao Xu dan menembus tengkoraknya. Suara 'Bang!' terdengar, seketika darah pun terciprat ke tanah. Menatap dari teropong snipernya, dia melihat sebuah lubang di kepala Cao Xu dengan darah yang mengucur deras.

Mata Cao Xu langsung dipenuhi dengan kekosongan, dan akhirnya perlahan menjadi lemah dan kehilangan kesadaran.

Mengulang kembali adegan peluru yang menembus kepala Cao Xu dalam benaknya, Nie Yan merasakan kesenangan yang tidak tertandingi dalam hatinya. Tembakan itu adalah sebuah ungkapan kebencian.

Cao Xu sebenarnya memiliki kehidupan yang megah, namun dia mati ditangan orang seperti Nie Yan. Bahkan jika dia menjadi hantu, Nie Yan tidak akan merasakan pahitnya hidup. Dalam menghadapi kematian, setiap orang memiliki kedudukan yang sama. Bahkan jika dia memiliki kekayaan yang tak tertandingi sekalipun, itu masih belum bisa menyelamatkan hidupnya.

Cao Xu telah melakukan terlalu banyak kejahatan, sulit baginya untuk menghindari orang yang memiliki dendam padanya.

Pada saat yang sama ketika kepala Cao Xu pecah, Nie Yan sadar bahwa pandangannya tentang kehidupan telah berubah total, terutama saat segala sesuatu dalam hidup dapat ditentukan hanya dengan sebuah peluru. Mungkin fotonya akan terpampang pada halaman depan koran pagi besok, dengan judul 'Millionaire Cao Xu dibunuh!' kemudian sebuah gambar wajah seorang bandit akan dipasang untuk membiarkan dunia memandang dan menyembahnya.

Setelah Nie Yan menembak Cao Xu, ternyata pengawal pribadi Cao Xu menemukan lokasi Nie Yan dan membidiknya tanpa sepengetahuannya. Seketika pengawal Cao Xu menembak Nie Yan dari belakang. Dan tidak lama kemudian sebuah peluru berhasil menembus punggungnya.

Nie Yan merasakan sesuatu telah menembus punggungnya. Ternyata begini rasanya tertembak oleh peluru. Jantungnya secara bertahap merasakan dingin dan menjadi mati rasa. Dia merasa rohnya dengan cepat keluar dari tubuhnya.

Apakah dia akan mati? Tapi dia tertawa. Dia menertawakan hidupnya yang singkat dan dalam ketidaktahuan sepanjang hidupnya. Ketika dia akan mati, barulah dia sadar akan kenyataan. Air matanya pun mulai mengalir di pipinya.

Kebencian mendalam yang dirasakan orang tuanya sudah tidak ada lagi. Peristiwa yang pernah terjadi dimasa lalu muncul dalam benaknya seperti sebuah film. Satu-satunya kekhawatiran Nie Yan di dunia ini adalah senyuman orang tuanya yang murni tidak ternoda dan pasti akan sangat dirindukannya.

Cao Xu adalah teman sekelas Nie Yan ketika sekolah menengah atas. Meskipun sekarang dia sudah menikah dan menjadi wanita milik orang lain. Namun, sosoknya yang elegan dan cantik tetap terukir dalam pikiran Nie Yan. Semakin berlalunya waktu menjadi semakin tak terlupakan. Nie Yan bertanya-tanya, reaksi seperti apa yang akan dikeluarkannya saat dia melihat berita tentang kematiannya dan kematian Cao Xu. Akankah dia menghela napas? Atau menangis dengan sedih?

Ingatan yang berdebu itu sepertinya telah membanjiri dan menghancurkan tanggul dalam benaknya. Dia cukup menyesal, ada beberapa hal yang terlambat disadarinya. Dalam kehidupan ini dia memiliki terlalu banyak penyesalan dan keinginan yang tidak terpenuhi.

Nie Yan mengulurkan tangannya seperti ingin menangkap sesuatu, hanya untuk menemukan bahwa semuanya secara bertahap hilang, hidupnya berakhir, dan hanya ada kegelapan abadi di hadapannya.

Penyesalan dan kekecewaan seperti pisau tajam yang perlahan mengiris hatinya, dan rasa sakit didadanya sulit untuk dikendalikan.

Kesalahan apa yang telah aku lakukan di kehidupanku sebelumnya hingga Tuhan menyiksa dan menghukumku seperti ini?!

Nie Yan sangat marah dan kesal, dia berteriak dalam hatinya, air mata mulai mengalir di pipinya.

Tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, suasana hati Nie Yan perlahan menjadi tenang.

Dia masih aktif berpikir, apakah ini masuk akal? Apakah ini kematian? Atau, mungkinkah aku dalam bentuk roh sekarang?

Dalam waktu yang lama, Nie Yan merasakan sensasi di jemarinya, dan itu terasa nyata, "Mengapa setelah sekian lama aku masih sadar?" Dia segera duduk dan melihat sekelilingnya, lalu dia menatap kosong dan benar-benar bingung.

Apakah ini neraka? Atau kehidupan setelah kematian?

Dalam pandangan kosong, Nie Yan secara bertahap mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Ketika dia melihat sekeliling, dia melihat beberapa benda tua seperti tempat tidur kayu, kursi, dan lantai yang terlihat rusak.

Tempat apa ini? Bukankah aku seharusnya sudah mati?

Dia merasa seolah-olah berada di dalam mimpi. Ketika dia menyentuh punggungnya, tangannya terasa basah dan lengket. Namun, saat dia lihat tidak ada darah di telapak tangannya, kecuali keringat. Sensasi basah yang dia rasakan sebelumnya adalah karena keringatnya sendiri.

Apa yang terjadi?

"Bukankah aku telah kehilangan banyak darah?" Samar-samar dia teringat darahnya yang berwarna merah pekat itu seperti anggur merah.

Nie Yan masih merasakan sakit setelah mencubit dirinya sendiri. Keadaannya saat ini benar-benar bukan mimpi. "Jangan bilang kalau aku yang telah membunuh Cao Xu juga mimpi?"

Mengapa itu terasa begitu nyata?

Sama seperti Zhuang Zhou yang bergumam ketika dia terbangun dari mimpi, "Apakah aku Zhuang Zhou yang bermimpi menjadi kupu-kupu, atau kupu-kupu yang bermimpi itu adalah Zhuang Zhou?"

Bagaimana cara menentukan antara kenyataan dan alam mimpi?

Dia mengamati sekelilingnya dengan sedikit keraguan. Terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Di dalam cahaya yang redup, ada tempat tidur, kursi, dan meja kayu yang terlihat kumuh. Di dekat dinding terdapat jam antik yang suka dilebih-lebihkan oleh seorang kakek sebagai barang antik yang tak ternilai. Suara 'Tik... Tok... Tik... Tok…' yang dihasilkannya bergema dalam keheningan. Nie Yan teringat bahwa jam itu tidak pernah akurat, bahkan hingga saat dia berperang sekalipun.

Seolah ingatan masa lalunya disimpan dalam album foto lama, perlahan-lahan mulai terbuka.

Ruangan di sini terasa familiar. Bukankah ini rumah yang aku tinggali ketika masih di bangku sekolah menengah atas?

Sinar matahari bersinar masuk melalui celah dari tirai jendela. Dia merasakan sensasi menyengat ketika sinar matahari mengenai matanya. Memberikannya sensasi kebangkitan yang menyilaukan menjadi kenyataan.

"Aku masih hidup." Nie Yan merentangkan tangan kanannya ke depan, dia menatap tangannya yang sedikit lemah dan berwarna pucat pasi.

"Apa yang terjadi di sini? Apakah ini adalah aku 10 tahun yang lalu atau aku 10 tahun yang akan datang?" Nie Yan menggaruk rambutnya dengan bingung.

Dia mencoba mencari jawaban yang setidaknya yang masuk akal, dan beberapa bagian dari ingatannya secara bertahap menjadi jelas.

Benar, saat ini adalah tahun ketika dia sedang berusia 18 tahun, tepatnya ketika liburan musim panas di tahun kedua saat sekolah menengah. Saat itu orang tuanya tidak di rumah dan dia sedang demam tinggi sampai 40 derajat. Penyakit seganas ini hampir membuatnya meninggal, dia beruntung masih dapat bertahan.

Orang tuanya meninggalkannya sedikit uang, lalu mereka pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Mereka tidak pernah kembali ke rumah setelah kejadian itu, bahkan setelah dua atau tiga bulan. Dia juga tidak dapat menghubungi mereka dengan ponselnya. Seolah-olah mereka sengaja menghilang. Pada saat itu, Nie Yan berpikir bahwa orang tuanya sudah tidak menginginkan dirinya lagi. Dia merasa khawatir dan takut, berbagai macam emosi mulai mengganggu dirinya, ditambah dengan demam yang tinggi. Pengalaman itu meninggalkan trauma mendalam di hatinya. Sejak saat itu, dia menjadi pemalu dan selalu menyendiri. Kepribadiannya yang seperti itu tidak berubah sampai dia berusia 25 tahun.

Kemudian, ketika dia mulai beranjak dewasa, dia mengetahui bahwa orang tuanya meninggalkan dirinya karena sebuah alasan. Sebaliknya, mereka meminjam uang dari kerabat dan teman untuk melakukan beberapa transaksi bisnis penyelundupan barang di perbatasan negara. Pada waktu itu, negara sangat membutuhkan jenis logam yang disebut polonium, yang menjadi sumber daya strategis yang penting. Ketika negara-negara menemukan kegunaan bahan semacam ini, mereka dengan cepat mulai membatasi ekspornya dan mulai menimbun sumber daya untuk diri mereka sendiri. Tidak diketahui bagaimana orang tua Nie Yan dapat menemukan sumber daya material seperti itu. Meskipun, pada akhirnya, mereka berhasil menyelundupkan logam itu kembali ke negara itu, menjualnya kepada pemerintah beberapa ratus kali lipat dari harga yang mereka beli. Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan banyak keuntungan.

Keadaan mereka pada saat itu sangat menegangkan. Sehingga orang tua Nie Yan tidak dapat menghubunginya melalui telepon. Selain itu, masalah mereka adalah rahasia militer. Jika ada informasi yang bocor, itu akan mengakibatkan kematian untuk diri mereka sendiri. Akibatnya, kesalahpahaman Nie Yan pada orang tuanya menjadi terkubur sedemikian rupa. Butuh bertahun-tahun setelah masalah berlalu hingga ayahnya memberitahunya tentang kebenaran itu, baru saat itulah Nie Yan memaafkan mereka berdua.

Pada saat itu, ayahnya yang mempunyai pendapatan yang besar mendirikan perusahaan peleburan logam. Selain itu, dia melakukan dan menyelesaikan beberapa proyek besar, serta memajukan reputasi perusahaan dengan cepat. Dia menyelesaikan masalah keuangan keluarganya. Sebagai hasilnya, Nie Yan dipindahkan ke sekolah kelas elit yang ada di kota.

Apa ini mungkin? Apakah aku benar-benar kembali ke masa itu?

Apakah semuanya sungguh bisa dimulai lagi dari awal?

Keadaan emosi Nie Yan saat ini sulit untuk digambarkan. Kejutan yang menyenangkan dan kecemasan yang membuatnya gugup bercampur menjadi satu. Dia cemas bahwa semua yang terjadi sekarang ternyata hanyalah mimpi.

Nie Yan bangkit dari tempat tidur dan membuka tirai jendela, sinar matahari yang panas memberikannya suhu seperti nyala api. Sensasi terbakar ini benar-benar memberitahunya bahwa dia tidak sedang bermimpi sekarang.

Dia menundukkan kepalanya untuk melihat bahwa di samping jendela terbaring buku-buku pelajarannya telah tersusun rapi di atas meja. Buku-buku itu terdiri dari buku Teori Mekanik, Otomatisasi Mesin, Bahasa, Matematika, Bahasa Pemrograman, dan masih banyak lagi.

Nie Yan membuka beberapa bukunya. Karakter Nie Yan saat masih muda begitu bersemangat. Seiring dengan kenangan masa lalunya, hal itu mampu meremajakan pikirannya. Buku-buku teks ini mewakili masa muda beberapa tahun yang lalu. Setelah mencapai tahun terakhir sekolah menengahnya, dia pindah ke sekolah lebih elit yang ada di kota. Proyek yang dijalankan ayahnya juga berhasil. Sejak saat itu, segala keinginan duniawi yang dia inginkan dapat dengan mudah terpenuhi. 

Kenaikannya menjadi anak pengusaha yang kaya menyebabkan Nie Yan menjadi malas dan suka menganggur. Pada saat dia lulus SMA, nilai akademiknya terbilang tidak terlalu bagus. Kemudian, ayahnya menghabiskan cukup banyak uang untuk memungkinkan Nie Yan bisa kuliah di universitas terkenal. Tetapi dia sama sekali tidak ikut kelas mata kuliah apapun di bangku perkuliahan, dia menyia-nyiakan waktunya setiap hari dengan duduk santai sampai dia lulus kuliah.

Ketika usianya mencapai 25 tahun, bisnis ayahnya mulai menurun karena serangan Cao Xu Financial Group. Beberapa teman dan kerabat yang juga merupakan orang yang dapat dipercaya ternyata mudah disuap oleh Cao Xu dan mengkhianati ayah Nie Yan. 

Karena hal itu, perusahaannya mengalami kemunduran. Lagi-lagi uang menjadi masalah utama dalam keluarganya. Tidak lama kemudian ayahnya bunuh diri karena overdosis obat-obatan, dan ibunya jatuh sakit karena tenggelam dalam kesedihan dan pada akhirnya ibunya juga menyusul ayahnya meninggal dunia. Setelah menderita karena kehilangan kedua orang tuanya, Nie Yan mulai membuat kemajuan dalam studinya. Dia mulai belajar mandiri dan mengikuti berbagai macam kursus. Namun, saat itu sudah terlambat. Dia telah melewatkan banyak peluang.

Setelah tenggelam dalam kesedihan yang berlarut, Nie Yan siap untuk membangun dunianya kembali. Namun, bagaimana mungkin Cao Xu membiarkan putra dari mantan musuhnya itu kembali bersinar? Dengan campur tangan Cao Xu dari belakang layar, tidak ada satu perusahaan pun yang berani mempekerjakannya. Seolah dunia sudah tidak menginginkan kehadiran Nie Yan. Entah dia akan pergi kemana lagi setelah ini. Bukan karena dia ahli dalam memainkan permainan daring secara virtual untuk bertahan hidup dengan cara menjual item dalam permainan itu untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Dia tidak memiliki harapan untuk mengalahkan Cao Xu. Namun, kelinci yang terancam pun masih bisa menggigit orang. Karena berada di jalan buntu, keputusan terakhir Nie Yan adalah membawa Cao Xu mati bersamanya. Suara tembakan melampiaskan semua kemarahan dan kebencian Nie Yan.

Perlahan nasibnya mulai berubah menjadi semakin cerah, Cao Xu mungkin tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berakhir dengan cara seperti itu.

Nie Yan percaya bahwa dirinya telah meninggal dan tidak pernah berharap waktu sedang mempermainkannya saat ini. Dan mengembalikannya pada liburan musim panas tahun keduanya di sekolah menengah.

Meskipun hingga saat ini Nie Yan masih belum bisa menghubungi orang tuanya, namun setidaknya dia bisa memastikan bahwa mereka masih hidup. Ketika dia memikirkan hal ini, air mata mulai memenuhi matanya.

Ketika seorang putra ingin menghidupi orang tuanya namun orang tuanya justru sudah pergi. Ya, Tidak ada orang lain yang mampu memahami kepahitan dan kesedihan Nie Yan saat ini.

Ternyata Tuhan mau memberinya kesempatan lagi, Nie Yan bertekad tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Dibutuhkan lebih dari 20 hari bagi ayah dan ibunya untuk pulang. Karena ini adalah liburan musim panas, saat ini dia tidak punya pilihan lain selain tinggal di rumah.

Tahun ini, dia sudah masuk semester kedua sekolah menengah. Kalau tidak salah, permainan Virtual Reality, 'Conviction', baru saja dirilis. Nie Yan dengan jelas mengingat tempat perusahaan keuangan yang tak terhitung jumlahnya ikut membangun kehadiran dalam popularitas Conviction yang meningkat pesat pada tahun awal peluncuran game. Mereka menghabiskan sejumlah besar sumber daya ke dalam pengembangan skala besar game Virtual Reality ini. Karena banyak perusahaan keuangan inilah Conviction pantas menjadi dunia kedua bagi umat manusia.

Setelah dia masuk sekolah menengah kelas atas di kota, saat itu satu semester sudah berlalu. Dia akhirnya dikenalkan permainan itu oleh temannya. Saat itu banyak orang sudah berada di level yang sangat tinggi. Dia sudah melewatkan periode untuk mulai naik level. Karena merasa tertinggal, dia tidak punya pilihan lain, selain mencoba dan mengejar ketertinggalannya dengan berusaha sekuat tenaga.

Kini memori-memori dalam ingatannya kini menjadi berwarna. Saat-saat yang paling tidak bisa dilupakan dalam hidupnya adalah ketika dia menghabiskan waktunya untuk bermain game. Dia mengenal banyak teman baru dari game itu. Dalam kalender hidupnya, hari-hari di dunia nyata sangat membosankan, karena baginya teman-teman yang sesungguhnya adalah teman yang ada dalam game itu.

Sebelum membunuh Cao Xu, sebenarnya Nie Yan adalah Sang Pencuri Badai Level 180 lebih. Meskipun dia tidak berada di puncak, dia adalah salah satu dari para profesional, pemain terkuat diatas rata-rata.

Nie Yan tiba-tiba teringat di laci ada kartu bank yang berisi semua tabungannya.

'Aku punya uang untuk membeli helm Virtual Reality!' Nie Yan berpikir. Sambil membuka laci, dia menghambur semua barang yang ada di dalamnya, dia berusaha mencari kartu bank. Akhirnya, dia menemukan kartu bank yang berwarna putih keperak-perakan yang ada sudut laci. Kalau tidak salah, jumlah uang yang disimpan dalam rekening banknya adalah dua ribu kredit. Satu kredit setara dengan satu yuan. Uang ini adalah hasil dari menghemat biaya makanan dan pakaian selama beberapa tahun. 

Saat itu, dia ingin membeli komputer Model X3 yang paling canggih. Namun, dia memerlukan beberapa tahun untuk mengumpulkan uang yang cukup agar bisa membelinya, hingga pada akhirnya Model X3 sudah ketinggalan jaman dan tidak terbeli olehnya. Namun, setelah ayahnya sukses, uang sakunya tentu tidak akan sekecil ini. Ayahnya ingin menebus kesalahan karena telah meninggalkan Nie Yan saat itu, sehingga dia memberikan apapun yang diinginkan oleh Nie Yan. Sesuatu yang diinginkan? Bisa jadi komputer yang diinginkannya itu akan langsung ada ditangannya.

Saat ini usia Nie Yan adalah 18 tahun. Namun, jiwa yang mengisi tubuhnya saat ini sudah berusia 28 tahun. Semuanya akan dia mulai lagi dari awal. Sejak saat itu, bab baru dalam hidupnya akan terbuka. Namun, tanpa modal yang cukup, dia tidak akan mampu mencapai tujuan yang dia inginkan. Jadi dia akan memulai itu dari permainan Conviction. Dengan menggunakan seluruh pengalaman sebelumnya, saat itu dia menjadi pemain profesional dan menghasilkan sedikit uang. Baginya hal itu adalah urusan yang sangat sederhana.

Nie Yan ingat ketika helm Virtual Reality pertama Conviction baru mulai dijual. Perusahaan pengembangnya ingin produknya menyebar dengan cepat, alhasil perusahaan itu menjualnya dengan harga yang terbilang sangat murah. Ada 3 model, Model A, B, dan C. Setiap konfigurasi memiliki keunikan masing-masing. Tingkat penggunaan helm Virtual Reality berkisar antara 76% hingga 98%. Sejumlah 1.300 kredit sudah cukup untuk membeli model yang paling murah. Dengan jumlah uang yang saat ini disimpan Nie Yan dalam tabungannya, sudah cukup baginya untuk membeli helm Virtual Reality model tingkat terendah.

Dia dapat dengan jelas mengingat banyak item dan hal-hal dari permainan tersebut. Jika dia memulai dari awal lagi, tidak akan terlalu sulit baginya untuk mendapatkan beberapa hasil yang cukup baik.

Dia segera mengantongi kartu bank ke dalam sakunya, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke buku teks matematika yang ada di samping. Seolah-olah Tuhan sengaja menyinggung buku teks itu, buku itu sedikit bergetar sebelum uang kertas 100 Yuan muncul dan jatuh. Pada saat itu, dia mengingat kembali beberapa hal ketika ingatannya sekali lagi mulai melayang di dalam benaknya.

Tiba-tiba dia teringat bahwa hari ini dirinya akan bertemu dengan Xie Yao untuk yang pertama kalinya. Dia mengambil uang 100 Yuan itu dan meninggalkan rumah untuk membeli obat di apotek.

Dia ingat bahwa Xie Yao adalah teman sebangkunya selama tahun terakhir sekolah menengah, dan juga gadis tercantik di kelasnya. Sekali lagi, dia mengenang peristiwa masa lalunya itu. Setelah hampir 10 tahun berlalu, Xie Yao dan siswa berbakat yang diakui secara umum itu ada di kelasnya, dia bernama Liu Rui. Mereka berdua saling jatuh cinta, kini mereka berdua telah pindah bersama ke Bulan. Hanya setelah dia dan Xie Yao berkomunikasi melalui telepon, dia tahu bahwa Xie Yao tidak merasa senang bersama Liu Rui. Ketika mengingat tentang masa lalu di tahun terakhir sekolah menengahnya, mereka berduanya menghela napas panjang.

Kalau saja dia sedikit lebih berani, dan tidak menjadi pengecut di depan Xie Yao. Mungkin, dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi kekasih Xie Yao.

Terkadang, ada keputusan yang salah diambil dan mempengaruhi takdir seumur hidup. Tentu mereka berdua akan menyesal jika tidak akan pernah bisa menyelesaikannya.

Pada saat itu, Xie Yao suka mengenakan rok berwarna putih. Dia terlihat polos dan cantik, penampilannya masih terukir dalam benak Nie Yan. Kerinduan dramatis semacam ini seperti suara seruling yang dimainkan pada malam hari, tenang dan jauh dari keramaian.

Nie Yan melihat sekilas jamnya tampak kumuh yang saat itu jarum jam mengarah tepat pukul 3. Mungkin masih ada cukup waktu! Dia mengambil uang 100 Yuan, lalu bergegas menuruni tangga, dan keluar dari pintu.

Keluarganya tinggal di distrik yang ada pinggiran kota. Kondisi di sana sangat suram. Jalanan kumuh yang sangat sempit, dan saat angin berhembus, dia harus menerima banyak debu yang berterbangan. Sangat berbeda dengan apa yang menjadi ekspektasi banyak orang, terdapat banyak di kedua sisi jalan. Di bawah sinar matahari yang terik, pohon-pohon itu tumbuh dengan subur, memberikan kerindangan jalan yang ada di bawahnya.

Disambut sore yang panas, tidak ada pejalan kaki yang terlihat berjalan kaki di sana. Mobil juga sedikit dan jarang terlihat lewat di sana. Kadang-kadang, hanya satu atau dua mobil melewati jalan ini.

Di masa lalu, Nie Yan sangat membenci kota ini. Namun, setelah kelahirannya kembali, ketika dia sekali lagi bertemu dengan tempat yang suram ini, Nie Yan tidak merasa benci atau jijik. Sebaliknya, dia tiba-tiba merasakan keakraban yang ramah. Ya, lingkungan ini adalah tempat dia tinggal ketika berusia 18 tahun.

Sebelum Nie Yan berusia 25 tahun, dia tumbuh dengan penuh rasa takut dan kondisi fisik dan mentalnya juga sangat lemah, itu tidak berkaitan dengan lingkungan tempat tinggalnya selama bertahun-tahun dalam hidupnya dulu. Dia hanyalah seorang bocah lelaki dari kota kecil yang keluarganya tiba-tiba menjadi kaya. Karena itu, dia dipindahkan ke sekolah yang elit. 

Awalnya selama tahun pertama dan kedua di sekolah menengahnya, sebenarnya nilai akademiknya bisa dianggap sangat luar biasa. Namun, pada saat semester akhir, nilai akademiknya sangat menurun dan berubah total dari semester awal. Dia juga sering diejek karena mengenakan pakaian yang kumuh. 

Karena peristiwa yang terjadi selama musim panas itu, harga dirinya yang sangat rendah dan secara psikologis dia merasa tidak aman. Pada saat dia pindah ke lingkungan yang baru, dia menjadi tidak percaya diri dan malu-malu. Seperti tidak pernah cocok dengan segala sesuatu yang dia dapat saat itu dan begitu juga dengan semua orang di sekitarnya, dia merasa tidak cocok. Jika dia tidak mengenal beberapa teman yang baik dengannya, tentu dia akan mudah terkena gangguan mental.

Namun, itu dulu. Saat ini, dia tidak pernah berharap kembali menjalani hidup seperti dulu. Kali ini dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah mengulangi kesalahannya pada masa lalunya.

Nie Yan segera berlari menuju apotek.

Bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya tampak kumuh. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Setelah meningkatnya kecepatan proses urbanisasi, orang-orang yang dulunya tinggal di kota kecil ini bermigrasi ke daerah kota-kota besar. Dan daerah perbatasan kota kecil seperti ini akan menjadi semakin terpencil, karena populasinya semakin sedikit. Mungkin seratus tahun lagi area ini akan dihancurkan dan akan berubah menjadi lapangan terbuka.

Di sana ada sekolah, dan di sini ada supermarket. Dia seperti kuda tua yang sangat mengenal seluruh jalanan ini, Nie Yan menatap bangunan di sekitarnya dengan akrab. Kerangka berpikirnya secara bertahap menjadi lebih optimis. 'Aku sudah kembali! Aku benar-benar kembali!'

Di masa lalu, dia selalu menyimpan banyak kebencian dengan nasibnya karena merasa bahwa hidupnya tidak adil. Namun, sekarang dia berterima kasih kepada Tuhan.

'Aku akan memulai dari awal lagi! Aku akan melakukannya dengan benar kali ini!' Nie Yan tidak tahan untuk meneriakkan kata-kata ini, mengeluarkan semua emosi dalam hatinya yang tidak dapat terlukiskan.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan. 

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya. 

Terimakasih atas pengertian Anda.

avataravatar
Next chapter