webnovel

Complicated Love : Menikah Dengan Kekasih Pujaannya

Dewi, Arlan, dan Dimas sudah bersahabat sedari mereka masih balita. Dewi tidak mengetahui bahwa kedua sahabatnya itu terjerat dalam cinta terlarang yang membuat Ibu Arlan terkena serangan jantung saat mengetahui perihal itu. Arlan yang tidak ingin Ibunya kenapa-kenapa akhirnya meminta bantuan kepada Dewi agar mau menikah dengannya untuk meyakinkan Ibundanya bahwa dia tidak gay. Dewi yang sejatinya mencintai Dimas tidak kuasa untuk menolak permintaan Arlan karena Dimas laki-laki yang dia cintai sampai bersimpuh dibawah kakinya agar gadis itu bersedia membantu Arlan.

BayuHidayat · LGBT+
Not enough ratings
2 Chs

Apa Mau Dikata

"Saya punya bukti nyatanya, Tante." ucap Dimas yang tiba-tiba membuka pintu kamar rawat inap Ibu Linda.

Perhatian Pak Ibrahim dan Ibu Linda langsung terpusat ke arah pemuda itu yang kini mulai berjalan mendekat ke arah mereka.

"Bukti nyata seperti apa, Mas?" tanya Ibu Linda.

Dimas menengok ke arah belakang sekilas dengan pandangan yang seolah-olah sedang meminta maaf kepada Arlan.

"Maafin aku ya, Ar! Aku terpaksa bocorin rahasia kamu." ucap Dimas kepada pemuda di di belakangnya yang saat ini masih berdiri di dekat pintu masuk kamar rawat inap ini.

Deg!

Jantung milik Arlan mulai berdetak dengan cepat setelah mendengar penuturan dari kekasih rahasianya itu.

'Aku mohon jangan bocorin hubungan rahasia kita, Mas!' harap Arlan. 'Jika kamu mengatakan hal yang sebenarnya, bisa-bisa Mamaku tidak tertolong lagi. Dan Ayahku pasti akan ikut menyusul Mamaku karena dia punya penyakit yang sama.'

Saat ini Arlan mulai panas dingin menanti apa yang akan terjadi dalam beberapa menit kedepan.

Pak Ibrahim juga tidak kalah gugupnya karena dia juga waswas takut kalau Dimas mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Cepat Mas! Katakan yang sebenarnya! Rahasia anak Tante itu apa?" tuntut Ibu Linda yang sudah tidak sabar ingin tahu perihal itu.

"Tante, sebenarnya ... Arlan punya hubungan khusus sama Dewi." tutur Dimas.

Pak Ibrahim dan Ibu Linda menghela napas lega karena rahasia besar milik Arlan bukanlah hal yang bertentangan dengan norma-norma agama yang mereka anut.

Sedangkan Arlan membulatkan kedua bola matanya. Bagaimana dia tidak kaget dengan perkataan Dimas. Kenyataannya hubungan Arlan dengan Dewi jauh dari kata baik.

Meski Arlan dan Dewi bersahabat sedari kecil tapi tetap saja hal itu tidak menjamin bahwa hubungan keduanya terjalin harmonis.

Mereka berdua bisa mendapatkan status sahabat hanya karena ada Dimas yang menjadi penghubung antara mereka berdua.

Jika tidak ada Dimas yang menjadi penghubungnya, mana mungkin mereka berdua bisa sering bertemu satu sama lain.

"Mas, Mas, tolong jelaskan secara gamblang! Maksud hubungan khusus antara Arlan sama Dewi itu hubungan yang seperti apa?" tanya Ibu Linda tidak sabaran ingin mendengar berita baik dari pemuda di depannya saat ini.

"Sebenarnya Arlan sama Dewi udah pacaran selama setahun lebih, Tante. Tapi mereka nggak berani publikasikan hubungan mereka di muka umum. Mereka takut diledekin, jadinya disembunyiin deh."

"Dewi anaknya Jeng Heni kan, Mas? Yang rumahnya tetanggaan sama kita?"

"Iya, Tante. Dewi anaknya Tante Heni."

"Ya ampun. Tante nggak nyangka ternyata diam-diam anak Tante sama anaknya Jeng Heni menjalin hubungan."

"Itu beneran kan, Mas? Kok ... Om kayak kurang yakin gitu. Secara mereka itu hubungannya kayak kucing dan anjing. Nggak pernah akur satu sama lain." ucap Pak Ibrahim yang kini mulai masuk dalam obrolan.

"Beneran kok, Om." yakin Dimas.

"Tante juga mulai ragu nih, Mas. Kamu nggak lagi bohong kan?" kali ini Ibu Linda yang gantian tidak percaya.

Sebenarnya wanita paruh baya itu percaya-percaya saja. Tapi sikapnya kali ini ditujukan untuk memancing sesuatu yang lebih besar.

"Mana mungkin aku bohong, Tante."

"Tante baru akan percaya kalau Dewi sama Arlan udah nikah titik."

"Hah!" kaget Arlan dan juga Dimas.

***

Di tempat lain.

Seorang gadis berparas biasa saja sedang mengecek kolam ikan miliknya satu persatu yang didampingi oleh orang kepercayaannya.

"Ikan-ikan kecil ini bukannya sudah harus pindah kolam ya, Pak?" tanya Dewi yang saat ini sedang melongok kolam ikan penampungan nomor dua.

"Iya, Nona. Siang ini ikan-ikan itu akan mulai dipindahkan ke kolam yang lain." sahut orang di sampingnya.

"Pokoknya besok semua ikan kecil di sini harus sudah pindah tempat okay."

"Baik, Nona." angguk orang itu patuh.

Dewi mulai menarik diri dari kolam ikan nomor dua. Kini gadis itu mulai melanjutkan jalannya kembali yang diikuti oleh orang kepercayaannya itu.

"Ikan-ikan yang sudah siap panen kapan akan dipanen?" tanya Dewi.

"Besok, Nona. Semua ikan itu akan langsung dikirim kepada para pengepul dan juga restoran yang menjadi langganan kita."

Dewi mengangguk-angguk mengerti.

Langkah kedua orang itu kini mulai memasuki lahan peternakan yang lain.

Bangunan yang didominasi oleh bambu kini mulai terlihat jelas di kedua mata pemiliknya masing-masing.

"Aku tidak suka kalau tempat peternakanku bau. Tolong kebersihannya selalu dijaga!"

"Baik, Nona."

"Kalau aku sampai mendengar keluhan dari masyarakat sekitar yang komplen dengan bau tidak sedap dari peternakanku. Siap-siap saja dikeluarkan dari peternakan ini. Aku tidak suka pekerja yang malas-malasan. Semua pekerja di sini sama. Baik cantik atau pun biasa saja, mereka tidak memiliki posisi yang khusus. Jika sampai aku menemukan ada kecurangan dari kalian para petinggi di peternakanku. Akan aku libas habis kalian dari sini." ancam Dewi.

"Baik, Nona. Insyaallah di sini tidak ada yang dispesialkan baik itu karena rupanya atau karena koneksinya."

"Aku akan selalu memantau. Jadi jangan sekali-kali melakukan hal tidak terpuji itu."

"Baik, Nona."

Dewi adalah seorang pengusaha muda yang awalnya bekerja di perusahaan orang lain.

Semua pekerjaan sudah dia lakoni, mulai dari buruh pabrik sampai menjadi pekerja kantoran.

Sungguh ironis, di dunia kerja di negara berkembang ini orang-orang yang memiliki paras rupawan mendapatkan perlakuan yang khusus dan juga diistimewakan.

Jika Dewi harus berusaha keras setiap hari mengejar target, maka para orang-orang yang dispesialkan itu di jam-jam kerja bisa haha hihi bersama rekan lainnya dan ngemil makanan secara terang-terangan.

Mereka baru akan mulai pura-pura bekerja jika pengawas tertinggi di pabrik itu keliling mengecek setiap bagian. Namun jika pengawas tertinggi tidak datang mengecek, maka mereka semua bisa leyeh-leyeh dengan perasaan yang damai.

Begitu pula dengan orang-orang yang masuk melalui koneksi. Mereka juga bisa santai bekerja semaunya dan mendapatkan posisi terbaik, tidak perlu pusing atau bekerja keras tapi tiap bulan mendapatkan gaji yang sama seperti buruh yang lainnya.

Setelah berhasil menamatkan kuliahnya, Dewi kira akan mudah mendapatkan pekerjaan, namun dia salah.

Orang-orang yang mempunyai koneksi jauh lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan dirinya yang berusaha seorang diri.

Dia yang terlebih dahulu mengajukan surat lamaran kerja, tapi malah orang lain yang paling belakang yang dipanggil untuk interview.

Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan di dunia perkantoran pun Dewi merasakan bahwa sistem kerjanya tidak jauh beda dengan di tempat kerjanya yang dulu.

Orang-orang yang kurang beruntung dari segi fisik dan juga jauh dari koneksi orang dalam harus bekerja ekstra keras agar bisa tetap terus bekerja di perusahaan itu.

Tapi apa mau dikata, jika malang sudah menyapa. Ekspetasi tak seindah realita, itulah yang Dewi alami saat itu.

***

Simpan ke rak buku kalian ya.