webnovel

Coincidence of Fate [INDONESIA]

"Menurutmu apa perbedaan antara kebetulan dan takdir?" Sebuah pertanyaan yang saat itu Ia ucapkan tanpa benar-benar menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Semua hal yang selama ini Ia percayai sebagai bagian dari hidupnya, tertanya menyimpan lapisan rahasia yang terlalu dalam untuk Ia gali. Tidak ada buku panduan dalam hidup untuk menghadapi permainan takdir, tetapi bukan berarti dirimu hanya bisa menunggu bukan? Sama halnya dengan Asha. Ia hanya ingin melakukan apa yang bisa Ia lakukan dalam hidup, supaya paling tidak setiap hembusan nafas miliknya memberikan sebuah makna. Tetapi ketika pertanyaan yang Ia lontarkan ketika masih sangat kecil dan polos itu kembali menghantuinya - Apa yang harus Ia lakukan? "Mengapa kamu menganggap pertemuan kita ini hanya sebatas kebetulan dan bukan sebuah takdir?" Asha hanya berharap untuk mewujudkan harapan yang membuatnya bertahan hidup selama ini. Ia tidak pernah mengharapkan sebuah perubahan drastis. Hidup sebagai rakyat biasa, dikelilingi oleh Crown Prince, penerus Duke dan juga anak seorang Marquess adalah hidup yang tidak pernah diminta oleh Asha. "Aku... menyukaimu Asha." "Aku tahu ini bukanlah hal yang seharusnya aku lakukan. Tapi percayalah hanya dirimu yang... berharga untukku, Asha." "Please Asha, Aku hanya memerlukanmu..." Disitulah Ia, gadis dengan sebuah garis takdir yang terlalu rumit untuk disimpulkan dalam satu blurb. Mulai dari lika-liku pertemanan, keluarga dan juga polemik cinta adalah hal yang harus dihadapinya, tetapi tidak ada yang benar-benar tahu kemana cerita ini akan berakhir. Dan dia adalah Asha - tokoh utama dari cerita ini. Lalu terakhir, menurut kalian... Apakah lebih baik ketika kita mengatakan cinta sebagai sebuah rangkaian dari kebetulan atau sebuah ikatan tali takdir yang menyatukan dua garis nasib yang berbeda? -priscillangel-

priscillangel · Fantasy
Not enough ratings
14 Chs

Part 1

'Tidak ada kebetulan yang terjadi tanpa alasan.'

Sebuah kalimat yang terdengar kontradiktif dan cukup membingungkan untuk anak kecil umur lima tahun itu. 

Asha Rohen. 

Gadis mungil yang memiliki rambut pendek menyerupai merah bunga mawar itu membalik halaman buku tua di tangannya. Hembusan angin yang menunjukkan cuaca mulai memasuki musim dingin menerpa poni miliknya itu, membuat Asha menoleh ke arah jendela yang terbuka di perpustakaan Marquisate Blair ini. 

"Young Lord." Ucap Asha memanggil sosok lain yang ada di perpustakaan bersamanya itu, 

"Brother Klaus – aku sudah memintamu berkali-kali untuk berhenti memanggilku 'Young Lord' Asha." 

"… Brother Klaus." 

"Hm? Ada kalimat yang sulit untukmu?" Klaus yang mendengar namanya disebut itu, langsung berdiri dari tempat duduknya dan bergegas ke arah Asha. 

"Menurutmu apa perbedaan antara kebetulan dan takdir?" tanya Asha, dan Klaus yang tidak pernah menduga pertanyaan itu akan terlontar dari anak dua tahun lebih muda darinya itu terdiam. 

Klaus terlihat bingung dan berusaha untuk memutar otaknya. 

Klaus Blair sendiri masih berumur tujuh tahun, jadi pertanyaan yang sangat 'berat' itu jelas sulit baginya. 

"Hm. Entahlah. Tapi aku rasa… kata 'takdir' lebih terkesan bermakna bagiku dibandingkan 'kebetulan'." Klaus memposisikan dirinya duduk di samping Asha dan Ia melihat buku yang dibaca Asha. 

"Kenapa kamu membaca buku ini? Bukankah Sir Connor memberimu tugas dengan buku bacaan lain?" Klaus menyadari bahwa buku yang dibaca Asha berbeda dengan buku pelajaran yang mereka gunakan. 

Pada kenyataannya Asha sendiri belumlah cukup umur untuk ikut belajar dengan Klaus, tapi Marquess James Blair, ayah dari Klaus, memutuskan untuk mengajak Asha. Marquess James tahu bahwa Asha terlahir dengan kecerdasan luar biasa, jadi tidak ada salahnya mengijinkannya untuk belajar lebih awal. 

"Apa yang sedang kalian lakukan?" 

Suara yang sangat dikenali oleh Asha itu membuat dirinya kembali ke dunia nyata, 

"Mommy!" ucap Asha layaknya anak berumur lima tahun, dan Ia melompat turun dari sofa sebelum berlari kecil mengunjungi sosok Ibunya itu. 

"Nanny!" Klaus yang tidak mau kalah itu juga berlari mengikuti Asha. 

"Ssh, ini adalah perpustakaan. Bukankah kalian berjanji untuk tidak melanggar peraturan yang ada?" ujar Anna Rohen, Ibu dari Asha, berusaha melatih etika yang baik untuk kedua anak kecil di hadapannya itu. Tapi sepertinya itu tidaklah mudah mengingat keduanya masih sangat muda dan sulit untuk di atur. 

"Aku membawakan snack untuk kalian." 

Anna menggandeng tangan mungil Asha dan menuntun kedua anak itu menuju sofa tempat mereka membaca tadi. 

"Wah, croissant?!" teriak Klaus ketika menyadari itu adalah snack favoritnya. "Thank you Nanny!" 

Anna menyerahkan satu roti ke arah Klaus, kemudian menyerahkan satu lagi ke arah Asha setelah memotongnya setengah karena satu roti akan terlalu besar untuk Asha. 

"Ah, Nanny. Tawdi Assa beurtanya hal yang… seulit." 

[baca: Tadi Asha bertanya hal yang… sulit]

"Ssh. Makanlah dulu baru berbicara, Young Lord Klaus." Ujar Anna mengingatkan Klaus. Tapi setelah itu Ia langsung menoleh ke arah Asha, 

"Apa ada yang kamu tidak mengerti?" tanya Anna pada anaknya itu. 

"Menurut Mommy apa perbedaan antara kebetulan dan takdir?" 

Bagi Anna mendengar pertanyaan tidak terduga dari Asha bukanlah hal yang pertama, tapi tetap saja setiap kali itu terjadi, dirinya pasti akan selalu terkejut. 

Anna terdiam sejenak berpikir bagaimana cara menjawab pertanyaan itu sesuai dengan umur mereka. 

"Ada yang mengatakan bahwa kebetulan yang berulang adalah bentuk dari takdir. Tetapi ada juga yang mengatakan kalau kebetulan adalah sesuatu yang tidak direncanakan, sedangkan takdir adalah sesuatu yang sudah direncanakan sebelumnya." 

Setelah mengatakan itu Anna mengusap serpihan roti yang ada di bibir Klaus. 

"Makanlah pelan-pelan." Ucap Anna mengingatkan, 

"Siapa?" 

Suara kecil dari Asha terdengar setelah beberapa detik berlalu. 

"Hm?" tanya Anna, 

"Mom, mengatakan kalau takdir adalah sesuatu yang direncanakan. Jadi siapa yang merencanakannya?" 

Kedua mata hijau terang milik Asha menatap penuh tanya ke arah Anna. 

"Aku tahu… itu pasti Tuhan bukan?" Klaus berteriak memotong pembicaraan keduanya. 

"Young Lord Klaus benar. Dari beberapa buku yang pernah Ibu baca sebelumnya mengatakan bahwa Tuhan adalah sosok yang membuat takdir." 

Asha terdiam dan kembali mengunyah roti miliknya sebelum akhirnya mengangguk seakan semua pertanyaannya itu sudah terjawab. 

Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengapa Asha bertanya hal tadi, itu adalah salah satu karakter Asha yang suka bertanya hal-hal yang baru baginya. Apalagi sejak 3 tahun lalu Ia mulai tinggal menjadi bagian dari Marquisate Blair, pertanyaan yang muncul dalam benaknya menjadi semakin banyak.

Pada dasarnya pertanyaan itu muncul dalam pikiran Asha karena Ia gemar membaca, dan Ia suka memperhatikan sekitarnya. Jadi memasuki kediaman bangsawan seperti Marquess Blair adalah sebuah perubahan besar bagi wawasan Asha. 

Ibu Asha, Anna Rohen adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Asha. 

Dan sejak 3 tahun lalu, Anna Rohen menjadi bagian dari Marquisate Blair, sebagai Nanny dari Young Lord Klaus. 

Sebenarnya Asha tidaklah menjadi bagian dari Marquisate Blair ini dari awal, karena menjadi seorang Nanny tidak mewajibkan Anna untuk tinggal di dalam Marquisate Blair seperti layaknya pelayan pada umumnya. Tetapi tiga tahun lalu Asha yang harus dititipkan oleh Anna ke salah satu tetangganya itu, jatuh sakit sampai tidak sadarkan diri selama beberapa hari. 

Hal itu membuat Marquess James menyadari kondisi Anna dan Asha. Ia pun meminta Anna untuk membawa putri mungilnya itu ke kediaman Marquisate Blair. 

Marquess James menjadi sosok 'penyelamat' bagi Anna dan Asha sejak saat itu. Bahkan kehidupan Anna yang sempat terpuruk itu perlahan membaik setelah Ia merasakan kebaikan dan kedamaian yang ada di Marquisate Blair ini. 

Bagi Klaus, kedatangan Anna sebagai Nanny untuknya adalah sebuah keajaiban yang tidak pernah Ia bayangkan pula. Sebab dari Anna-lah Klaus yang harus kehilangan Ibu kandungnya saat Ia dilahirkan mendapatkan kasih sayang yang sebelumnya Ia tidak dapatkan. 

Hubungan yang terbentuk dengan tidak sengaja itu seakan menjadi perubahan yang sangat ditunggu oleh seluruh penghuni Marquisate Blair. 

Kematian dari Marchioness Blair saat kelahiran Klaus adalah hal yang cukup 'tabu' untuk dibicarakan, tetapi mereka semua yang tahu kejadian itu selalu berharap keadaan di dalam Marquisate itu bisa berubah kembali ke masa-masa yang hangat sebelumnya. 

Dimana kedatangan Anna dan Asha adalah salah satu yang berhasil merubah itu. 

Sebenarnya tidak ada yang benar-benar berharap Marquess James untuk mencari pasangan baru, tetapi lima tahun lalu tepatnya saat Klaus berumur dua tahun, Marquess James mulai menyadari seberapa penting kehadiran sosok 'Ibu' pada pertumbuhan anak satu-satunya itu. 

Anna Rohen sendiri bukanlah Nanny pertama yang dimiliki Klaus, bahkan para pelayan di Marquisate Blair tidak lagi mengingat sudah berapa banyak Nanny yang datang dan pergi dari kediaman mereka. 

Ada banyak dari para 'Nanny' yang berasal dari keluarga bangsawan itu datang dengan harapan bisa menjadi pengganti dari mendiang Marchioness Blair. Dan itu tidaklah tanpa alasan, karena kenyataan Marquisate Blair sebagai salah satu keluarga terkaya di Calvert Kingdom adalah fakta yang diketahui oleh seluruh bangsawan yang ada di Kerajaan ini. 

Dan layaknya anak dengan karakter yang sangat sensitif membuat Klaus merasakan ketidak-nyamanan ketika melihat para wanita dewasa itu seakan memperlakukannya sebagai batu loncatan. 

Lalu bagaimana dengan Anna Rohen?

Well, bagi Anna Rohen kemungkinan Ia memasuki Marquisate Blair sendiri adalah sangat kecil. Ia bukanlah bangsawan dan tidak benar-benar berasal dari Calvert Kingdom. Jadi ketika Ia akhirnya datang untuk melakukan wawancara, Anna sendiri tidak menduga Ia akan diterima begitu saja. 

Wawancara yang dilakukannya juga tidaklah sulit, Marquess James hanya mempertemukan Anna dengan Klaus, dimana setelah memperkenalkan keduanya, Ia sengaja pergi dari ruangan. Dan setelah sekian waktu berlalu, Marquess James dan asistennya kembali untuk mengecek perkembangan yang ada. Dimana tentu saja Anna yang memiliki anak juga pada saat itu dengan mudah berhasil merebut hati Klaus. 

Sejak saat itulah Anna menjadi bagian dari Marquisate Blair. Dan selanjutnya semua berjalan dengan begitu mudah. 

Cerita mimpi buruk yang sudah lama Anna pendam itupun perlahan tertutup dengan kisah-kisah baru di kehidupannya bersama Asha di Marquisate Blair. Tentu ini tidaklah berlalu dengan mudah. Mengingat kenyataan bahwa Anna Rohen hanyalah rakyat biasa, membuat banyak keluarga bangsawan lain menganggap remeh dirinya. 

Tetapi kekayaan dan kekuatan dari Marquess James sendiri di dunia politik Calvert Kingdom membuat mereka tidak bisa dengan sembarangan menyerang Anna. Lagi pula Anna sendiri tidak pernah berpikir untuk menduduki posisi Marchioness. Meski Anna tahu ada beberapa pelayan senior di Marquisate Blair yang berusaha membuat itu menjadi kenyataan. 

Keinginan yang cukup aneh dan diluar akal sehat itu sebenarnya didukung dengan aura yang dipancarkan dari Anna Rohen sendiri. 

Anna Rohen, wanita yang masih cukup muda, memiliki rambut blonde panjang dilengkapi dengan sepasang mata berwarna hijau layaknya emerald membuat kecantikannya tidak dengan mudah dipandang sebelah mata. Lalu aura 'noble' yang dimilikinya meski Ia mengatakan kalau dirinya adalah rakyat biasa membuat hampir semua pelayan di Marquisate Blair merasa dirinya pantas berada di posisi Marchioness. 

Apalagi mengingat tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi di masa depan bukan? 

-bersambung-

Pertama kali coba upload di Web Novel, jadi buat yang sempetin baca dan ada saran bisa langsung comment aja yaa. Thanks.

with love,

priscillangel

priscillangelcreators' thoughts