Setelah itu Jing Xinlei berpura-pura memelas dan menurunkan pandangan matanya.
Zhong Chenghao sepertinya paham dengan maksud dari ucapan Jing Xinlei, "Maksudmu Zuo Weiyi mengetahui kalau kau terjatuh namun dia malah pergi meninggalkanmu?"
Jing Xinlei hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Zhong Chenghao.
Tapi dengan sikap diamnya, Jing Xinlei itu seolah-olah membenarkan pertanyaan Zhong Chenghao.
"Aku tidak terima! Wanita itu jelas-jelas tidak waras!" Xiao Ran menjadi marah mendengar perkataan teman-temannya.
Jing Xinlei tersenyum kemudian berkata, "Mungkin karena dia tahu jika aku adalah mantan kekasih Shi Yuting."
Jing Xinlei berbicara sambil mencuri pandang ke arah Shi Yuting, dia ingin melihat ekspresi Shi Yuting.
Kemudian Jing Xinlei merasa tubuhnya diangkat, dan saat ini dia sudah berada di atas kuda.
Setelah meletakkan tubuh Jing Xinlei di atas kuda, Shi Yuting segera menunggangi kudanya kemudian dia memacu kudanya ke arah persimpangan jalan tadi.
"Ting!" Jing Xinlei membelalakkan matanya tidak percaya melihat Shi Yuting pergi meninggalkannya.
Shi Yuting terlihat sangat cemas, apakah Shi Yuting akan mencari Zuo Weiyi ke pegunungan?
Apakah wanita itu benar-benar memiliki tempat di hati Shi Yuting?
Jing Xinlei perlahan menarik pelana kudanya kemudian dia memacu kudanya dengan enggan!
Hari sudah senja, dan Zuo Weiyi mulai menyadari jika dia mengambil jalur yang salah.
Di depannya ada bangunan mewah bergaya retro dan di atas bangunan itu tertulis 'Ruang Kebebasan'.
Zuo Weiyi mengerutkan keningnya, dia melihat ke atas, saat ini langit ditutupi oleh awan hitam, dia tahu sebentar lagi akan terjadi badai.
Hanya ada dua jalan, dia mengambil salah satu jalannya, namun sudah lebih dari satu jam dia belum juga sampai pada tempat mereka berkumpul tadi.
Dia mengerutkan keningnya merasa ada keanehan, dan tiba-tiba terdengar suara guntur.
Zuo Weiyi tidak punya pilihan lagi, tanpa berpikir panjang dia memacu kudanya ke arah bangunan bergaya retro tadi.
Setidaknya dia mencari tempat berteduh terlebih dahulu sebelum hujan turun.
Dia tidak mengenali tempat ini, awalnya dia melewati sebuah pintu, tak lama setelah itu hujan turun sehingga membuatnya panik kemudian dia bergegas memasuki koridor ruangan.
Di depannya ada gerbang emas yang megah dan di dalamnya ada aula besar yang sangat indah bagai sebuah istana.
Zuo Weiyi terdiam memperhatikan secara seksama ruangan tersebut.
Hujan turun dengan deras disertai dengan angin, jika Zuo Weiyi hanya berdiri di koridor, dia tetap saja akan basah terkena cipratan air hujan.
Di depan gerbang emas itu berdiri dua orang pengawal, meskipun tubuh mereka basah kuyup karena air hujan, namun mereka tetap berdiri tegak dengan tatapan serius.
Meskipun saat ini sedang musim panas, namun sebentar lagi akan musim gugur, sehingga di malam hari pasti turun hujan, Zuo Weiyi hanya bisa menggigil kedinginan karena merasakan hawa dingin yang merayapi seluruh tubuhnya.
Zuo Weiyi mendongak menatap kedua pengawal itu, dia tidak tahu apakah dia bisa masuk melewati gerbang emas itu atau tidak.
Zuo Weiyi mengamati kedua pengawal itu dengan hati-hati, dia perlahan melangkah memasuki gerbang emas itu dan ternyata kedua pengawal itu tidak menghentikannya.
Dia mengerutkan keningnya merasa heran, namun detik berikutnya dia berhasil memasuki gerbang emas itu.
Zuo Weiyi mengamati kedua pengawal itu saat dia sudah berhasil memasuki gerbang emas.
Awalnya Zuo Weiyi mengira hanya orang-orang kalangan kelas atas saja yang bisa memasuki bangunan megah ini, namun kenyataannya tidak.
Zuo Weiyi melangkahkan kakinya menuju aula.
Dia memperhatikan sekelilingnya dan terus berjalan menuju aula.