webnovel

Chapter 4

Kyo Seung menyeruput segelas tehnya, ia mengingat-ingat kembali masa-masa tanpa kedua temannya itu dan mengingat pertanyaan yang ingin ia ajukan ke teman perempuannya itu. "Ada banyak yang terjadi. Banyak sekali, dan semuanya begitu acak−aku tidak bisa menceritakannya ke orang-orang karena aku kesusahan membuat teman…akhir-akhir ini"

"Semakin dewasa kamu akan semakin kesulitan mencari teman. Aku pernah berada di keadaan itu" Haeri mengangguk-angguk, ia juga ikut menyeruput soft drinknya dengan sedotan.

"Aku penasaran, bagaimana bisa kamu dan Dae Joon mengetahui pintu masuk kota ini? Susah mencari pintu masuknya di tengah hutan dan di antara semak-semak"

"Aku tertarik dengan hal-hal mistis sebelum aku dan Dae Joon berada di sini. Aku sering mencari-cari artikel tentang hal-hal mistis dan belum terungkap di internet, lalu suatu artikel menarik perhatianku. Artikel itu diketik oleh seseorang yang berasal dari kota Daegam ini dan ia pindah dari kota ini karena ingin menjelajahi dunia luar kota Daegam yang terang. Aku mencari tahu tentang kota ini dari segala artikel negara luar Korea Selatan, dan bahkan aku membuka kunci untuk masuk ke website thesis negara yang tertutup. Setelah dua bulan mencari informasi, aku berencana untuk mencari pintu masuk ke kota ini. Di suatu artikel yang ditulis oleh salah satu mahasiswa jurusan ilmu sosial di Korea University mengatakan, bahwa pintu masuk kota Daegam berada di kawasan hutan di kota Yeongdeok-gun, sekitar daerah Sunrise Park. Aku tidak memberitahu tentang hal ini ke Dae Joon karena dia pasti 100% akan mengatakan bahwa aku perlu membedakan mana artikel palsu dengan artikel asli, jadi aku pergi sendiri ke sana. Aku sudah biasa pergi ke mana-mana sendirian, jadi tidak masalah bagiku untuk berpergian sendirian ke hutan. Pada akhirnya aku menginap di hutan itu selama sebulan, sesekali aku keluar dari hutan untuk membeli barang kebutuhan untuk seminggu.

Setelah sebulan lamanya menginap di hutan, aku menemukan sebuah goa di bagian timur kawasan utara. Andaikan kalau aku memulai pencarian dari bagian utara, pasti aku hanya butuh waktu seminggu untuk menemukan goa itu. Ah, lalu aku memasuki goa itu dengan senter yang dipasang di kepala, sebelumnya aku mengikat tali ke sebuah batu yang berada di luar goa untuk berjaga-jaga jika ada lubang besar di dalam goa yang gelap itu. Nah, seterusnya aku memasuki goa itu dan menemukan cahaya yang terang sekali, aku membulatkan tekadku untuk masuk ke sana, dan mengambil resiko jika terjadi sesuatu, bahkan aku langsung mengirim pesan ke Dae Joon dua menit sebelum aku masuk semakin dalam ke goa itu−beruntung saat itu sinyal internet masih bisa digapai di sekitar situ. Lalu…yah, begitulah kejadiannya"

Kyo Seung terbelalak, ia butuh waktu untuk memproses semua yang dikatakan oleh temannya itu. "Hah? Kau ke hutan…sendirian…dan kau menginap selama satu bulan di hutan?"

Haeri mengangguk, ia tersenyum pamer. "Aku keren, kan?"

"Sangat keren, dan beresiko. Aku punya banyak pertanyaan. Bagaimana bisa kau bertahan di hutan sendirian? Bagaimana jika ada hewan buas? Lalu bagaimana dengan nyamuk dan serangga lain di hutan itu? Bukankah tidak nyaman menginap di hutan?"

"Aku sangat tersiksa, namun aku tidak menyesal menginap di hutan. Karena stok makanan yang kusiapkan dan kubeli dari toko di luar hutan sedikit, aku bisa menguruskan berat badanku hingga lima kilogram! Memang benar tidak nyaman tidur di dalam tenda dan gampang terjaga setiap malam karena cemas akan hewan buas, tapi setidaknya semua keresahanku di hutan membuahkan hasil. Nah, Kyo Seung, bagaimana denganmu? Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?"

Kyo Seung mengingat-ingat lagi lima tahun sebelum ia berada di kota Daegam. "Ceritanya agak…aneh. Dimulai dari bertemu orang asing dan diakhiri dengan orang asing juga…begitulah, susah menjelaskannya"

Haeri tertawa kecil. "Kau benar-benar berubah ya. Terakhir kali aku bertemu denganmu, kau suka berbicara tanpa henti ke aku dan Dae Joon. Apakah kota ini benar-benar menimpamu sekeras itu?"

"Yah…begitulah. Sebenarnya aku mau bercerita banyak hal, namun kali ini sesuatu mengganggu pikiranku"

"Hm? Apakah kau memikirkan mayat yang dimutilasi itu?"

"Bagaimana kamu tahu−"

"Dae Joon. Kamu lupa? Aku dan Dae Joon menjadi partner untuk misi kami di kota ini. Kami bekerja untuk seseorang. Kamu pasti khawatir kami bekerja untuk siapa, namun kamu tidak perlu khawatir, kami menjunjung tinggi hak kami, dan kami hanya melakukan hal yang menurut kami benar, jadi kamu tidak perlu bertanya-tanya kami bekerja untuk siapa"

Kyo Seung mengatupkan mulutnya rapat, ia berpikir bahwa teman perempuannya ini pasti tidak mau memberitahu banyak hal tentang mereka sekarang. Bisa dilihat dari tingkah laku, kata-kata, dan ekspresi wajah mereka yang memastikan dirinya untuk tidak menanyakan banyak hal tentang mereka. "Baiklah. Aku percaya kalian akan melakukan sesuatu yang benar"

Haeri tersenyum, matanya melihat ke mata Kyo Seung, lalu beralih ke Dae Joon yang sedang membaca buku. "Dae Joon, dia sudah minum lumayan banyak" ungkap Haeri ke Dae Joon. Kyo Seung bingung, namun ia langsung menyadarinya. Ia melihat ke minumannya, melihat ke dalam isi gelasnya itu dan menoleh ke Haeri. "K-kau masukkan apa ke minumanku?"

"Itu bukan apa-apa. Minuman itu bukan teh, tapi suatu minuman rahasia di kafe ini. Kamu tahu kan, semenjak pergantian wali kota Daegam satu tahun yang lalu, kasus penculikan sering terjadi di kafe ini? Aku jadi penasaran, kenapa ya kafe ini tidak menghilangkan menu minuman rahasia itu? Padahal minuman itu membuat orang jadi mengantuk.." Haeri tersenyum miring, matanya menjadi sayu dan ia menyandarkan pelipisnya ke pergelangan tangan kanannya. Di sisi lain, Dae Joon menutup bukunya dan bersiap membopong Kyo Seung ketika temannya itu mulai mengantuk. "Maaf Kyo Seung. Begitu kamu bangun, kita akan melanjutkan perbincangan kita di tempat lain"

Kyo Seung menggaruk sebelah matanya, ia akan dibopong oleh Dae Joon, tapi ia menepis tangan Dae Joon. "Kau mau bawa aku ke mana? Kalian mau apa dariku? Pergi sana…" Kyo Seung langsung tertidur dengan kepala di atas meja dinding. Dae Joon mulai mengangkat tubuhnya perlahan agar tidak membangunkan Kyo Seung.

Dae Joon melirik ke Haeri, "Jadi, kita akan ke tempatmu?".

*

Dua jam kemudian, di sebuah apartemen berada di wilayah barat daya kota Daegam.

Dae Joon merapikan buku-buku yang berserakan di lantai dan meja belajar, ia meletakkan buku-buku itu ke sebuah lemari berwarna putih di sebelah kiri meja belajar. Setelah itu, ia mengambil beberapa pensil dan ballpoint yang tak teratur posisinya dari atas ke tempat peralatan tulis berbentuk gelas. "Tidak disangka, bertangan dua dan berkaki dua namun tidak bisa meletakkan barang-barang ke tempatnya" sindir Dae Joon ke Haeri dengan suara rendah. Haeri hanya membalasnya dengan senyuman, ia menepuk pundak Dae Joon. "Terima kasih sudah dibereskan, hehe" ungkapnya. Haeri berjalan menghampiri Kyo Seung yang sedang berbaring di atas ranjangnya, ia menyeka kening temannya itu. "Dia sedang mimpi buruk, ia terus berkeringat sejak kita memberinya obat tidur"

"'Kita?' lebih tepatnya 'aku'. Kamu yang memiliki rencana untuk meracuninya"

"Yang pertama, ya, lebih tepatnya 'aku' yang melakukannya. Yang kedua, aku tidak meracuninya! Jika kita tidak bisa bertanya pada Mi…Kyo Seung tentang alasan dia ke sini saat ia tersadar, maka kita akan bertanya padanya saat dia tidak menyadarkan diri"

"Jadi…kamu akan bertanya kepada orang yang sedang terbaring lemah karena obat tidur dan sedang bermimpi buruk?"

Haeri memutar bola matanya, ia berpaling ke Kyo Seung dan menyeka leher temannya yang sedang terbaring itu. Dae Joon menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu kamar Haeri dengan lengan terlipat, sembari melihat Kyo Seung yang sedang tertidur. Beberapa saat berlalu, tiba-tiba Kyo Seung bangkit langsung dari kasur, ia dalam posisi duduk dengan kaki yang diluruskan. Ia menyeka pelipisnya, perih dan pening adalah yang ia rasakan dari kepalanya. Kepalanya terasa seakan mau meledak, karena tidak kuat lagi menahannya, Kyo Seung kembali menidurkan kepalanya di atas bantal. Ia melihat ke sekelilingnya, ada Haeri, Dae Joon, dan ruangan yang tidak ia ketahui. Pikirannya serasa kosong, ia bingung dirinya berada di mana, tubuhnya lemas dan ia menjadi susah untuk bergerak. Haeri membangunkan kembali Kyo Seung, dan sekarang temannya sedang dalam posisi duduk bersebalahan dengan dirinya di tepi kasur. "Hai" sapa Haeri serta melambaikan tangannya ke depan wajah Kyo Seung. Saat itu Kyo Seung duduk dengan kepala menunduk ke bawah. "Kyo Seung, kamu dengar aku?"

Mulut Kyo Seung terbuka sedikit, ia agak susah menggerakkan seluruh tubuhnya bahkan rahangnya, seakan-akan ia dibius. Kyo Seung membalas Haeri dengan gumaman dan anggukan kecil. "Aku akan bertanya banyak hal kepadamu, kau mampu menjawab semuanya?" tanya Haeri kepada Kyo Seung.

"Ya…" rintih Kyo Seung. Dae Joon yang awalnya bersandar di kusen pintu, sekarang berubah posisi mendekat ke Kyo Seung, ia mau mendengar suara Kyo Seung lebih jelas.

"Kamu sanggup berbicara? Mau aku ambilkan pena dan kertas untukmu menulis?" tanya Haeri lagi ke Kyo Seung.

"I…iya" respon Kyo Seung tentunya dengan suara rintihan. Haeri mengambil sebuah pil berwarna putih dari kantung bajunya.

"Aku akan memberimu ini, jika kamu minum ini, kamu akan dapat mengendalikan seluruh tubuhmu kembali. Kau mau meminumnya?"

Kyo Seung mengangguk. Haeri langsung mengambil segelas air dari atas meja belajarnya, ia menyodorkan pil yang ia bawa ke Kyo Seung. Kyo Seung hanya diam menatap pil tersebut, ia mau menerimanya namun ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya. Dae Joon dengan sigap langsung menundukkan diri, ia berlutut dengan kaki bagian kiri yang ia jadikan sandaran lengan kirinya di hadapan Kyo Seung. Ia mengambil pil dari tangan Haeri dan membantu Kyo Seung memasukkan pilnya ke dalam mulut Kyo Seung. "Lihat ke atas" tegas Dae Joon kepada Kyo Seung. Kyo Seung berusaha menggerakan kepalanya ke atas, namun ia tidak bisa. Dae Joon, tanpa basa-basi, langsung menarik seluruh rambut Kyo Seung dan ia tarik ke belakang sampai kepala Kyo Seung menghadap ke atas. Kyo Seung memekik sedikit, dan refleks Haeri yang melihat kejadian itu langsung menampar tangan Dae Joon. "Kamu ini kenapa?" ujar Haeri ke Dae Joon dengan nada marah. Dae Joon tidak membalas apapun bahkan tidak melirik ke Haeri. Haeri melupakan kejadian yang barusan terjadi dengan memberi minum Kyo Seung, ia kembali fokus mengurus Kyo Seung. "Kyo Seung, obatnya sudah masuk ke dalam mulutmu. Jadi, sekarang kamu bisa menggerakkan seluruh tubuhmu" Haeri menyenggol Dae Joon di hadapan Kyo Seung untuk segera menyingkir dari tempatnya, Dae Joon berdecak, namun ia segera berpindah tempat. Haeri menempati posisi Dae Joon, berlutut di hadapan Kyo Seung. Ia menggenggam kedua tangan Kyo Seung, lalu mendanga ke atas sehingga ia bisa melihat temannya yang sedang lengah itu.

Dae Joon yang sedang mengawasi dari sudut ruangan, merenungi Haeri yang sedang melakukan suatu teknik psikologi kepada temannya itu. Ia bisa menyadari bahwa Haeri berusaha memakai efek sugesti kepada Kyo Seung, ia tidak tahu bahwa teknik itu akan berhasil semudah itu. Haeri menanyakan beragam pertanyaan kepada Kyo Seung, tapi Kyo Seung hanya mengangguk dan menggelengkan kepala. Setelah berbelas pertanyaan yang dilontarkan oleh Haeri yang hanya dijawab oleh anggukan dan gelengan kepala, Haeri pun menyerah. "Dia benar-benar menyembunyikan semua rahasianya dari kita" cetus Haeri. "Bagaimana ini?" tanyanya ke Dae Joon.

Dae Joon mendanga ke atas, melamun sebentar, lalu kembali menatap temannya itu. "Kalau begitu lontarkan saja pernyataan, atau pertanyaan yang pilihan jawabannya 'iya' dan 'tidak'" saran Dae Joon. Haeri mengiyakan, lalu ia kembali menoleh ke Kyo Seung. "Kyo Seung, kamu berada di kota ini karena diculik seseorang?"

Kyo Seung menggelengkan kepalanya. Haeri pun melanjutkan pernyataannya: "Kamu ke kota ini karena kemauanmu(?)"

Kyo Seung mengangguk. Haeri dan Dae Joon bertukar tatapan. Begitu mengetahui cara mendapatkan informasi dari Kyo Seung, Haeri dan Dae Joon langsung memiliki beribu pertanyaan yang sedang melayang dalam pikiran mereka. Beberapa pertanyaan dan pernyataan diungkapkan satu persatu, dari yang penting sampai ke bagian yang penting. Namun, pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan kota Daegam, selalu diacuhkan oleh Kyo Seung. Waktu tengah malam sudah menguasai seluruh kota, angin berhembus ke arah timur dan terdengar suara keramaian kota dari luar kamar apartemen Haeri. Haeri merebahkan tubuhnya di kasur, tepat di sebelah Kyo Seung yang sedang duduk di tepi kasur. "Dae Joon, dia sudah tidak sebodoh dulu saat kita masih sekolah menengah" cetusnya kepada Dae Joon yang sedang berlutut di hadapan Kyo Seung. "Kita lanjutkan besok saja"

"Dia masih sama naifnya seperti dulu. Kalau memang dia tidak mengungkapkan rahasianya tentang kota ini kepada kita walaupun sudah diberi obat kantuk, maka rahasia ini benar-benar penting. Entah bagi dirinya atau orang lain" kata Dae Joon sembari melirik ke atas, melihat ke mata Kyo Seung.

"Kalau begitu kita lanjutkan besok saja" Haeri bangkit dari kasur, lalu ia menepuk pundak Kyo Seung. "Kyo Seung, waktunya pulang~"

Dae Joon bergerak membelakangi Kyo Seung. Ia mulai membopong temannya itu, dibantu dengan Haeri yang menyilangkan kedua lengan Kyo Seung ke sekeliling leher Dae Joon. "Kau yakin tidak mau dibantu?" tanya Haeri kepada Dae Joon.

"Tidak perlu, kau tidur saja"

Haeri menaikkan pundaknya, lalu ia berjalan menuju pintu keluar, dan membukakan pintu untuk Dae Joon. "Hati-hati di jalan"

Tanpa basa-basi lagi, Dae Joon keluar dari kamar apartemen Haeri sambil membopong Kyo Seung. Ia menaiki lift, turun ke lantai paling bawah yang merupakan tempat parkir. Begitu sampai di mobil yang berwarna hitam, Dae Joon pun meletakkan tubuh temannya itu ke kursi depan di sebelah kursi kemudi. Dengan perlahan ia menyandarkan tubuh temannya itu ke sandaran kursi. Setelah itu ia pergi duduk ke kursi kemudi dan mulai menjalankan mobilnya menuju apartemen temannya itu.